04. Tiga Pengecualian

Sudah beberapa hari berlalu, tapi aku belum menemukan petunjuk tentang sihir unik pada bunga untuk membantu Akaashi menyembuhkan kekasihnya. Aku juga belum bisa menemukan 『Grimoire』volume 95.

Lalu, kenapa Shiro belum datang hari ini? Ini sudah melewati jam makan siang.

Mungkin dia sudah pulang ke Crowflight. Jika memang dia pulang, bukankah tidak sopan tidak berpamitan?

.....

Sudahlah, lupakan.

Lebih baik aku mencari buku lain.

Aku pun berdiri dari kursi jendela tempat biasanya aku membaca bersama Shiro. Kini tempat itu dipenuhi dengan tumpukan buku. Penjaga perpus pasti akan marah jika menyadari ini.

Ketika aku keluar dari lorong rak buku, aku menemukan seorang pemuda yang kukenal berjalan bersama seorang perempuan berambut hitam bergelombang yang tengah memeluk sebuah buku. Aku memang ingin menanyakan sesuatu pada orang itu, jadi aku memangginya.

"Kai-san."

Orang itu menoleh.

"Oh, Kenma. Aku akhir-akhir ini sibuk, jadi sudah lama tidak melihatmu."

"Iya, kau jarang terlihat."

Sebenarnya aku ingin langsung menanyakan tentang sihir unik yang diderita kekasih Akaashi, tapi perempuan berkacamata disamping Kai-san lebih menarik perhatianku. Dia adalah perempuan yang kulihat bersama Shiro sebelumnya.

Kai-san sepertinya menyadari tatapanku dan mulai mengenalkan gadis itu.

"Ah iya, dia ini temanku Shiori. Kami sedang melakukan sebuah penelitian bersama. Shiori, ini temanku di kota ini, namanya Kenma."

Perempuan itu tersenyum ramah.

"Salam kenal, Kenma-san."

Tidak salah lagi, dia orang yang bersama Shiro.

"Salam kenal. Anu... apa kau kakaknya Shiro?"

Mata perempuan itu terbelalak.

"Eh? Apa kau kenal Shiro?"

"Hm. Dia membaca buku bersamaku beberapa minggu ini."

"Dia tidak bercerita apapun tentang ini. Maafkan aku."

Wajahnya terlihat jelas seperti merasa kurang puas. Dia khawatir. Aku bisa menebak seberapa dekatnya Shiro dan Shiori hanya dari kedua ekspresi perempuan ini saat mereka membahas tentang satu sama lain.

"Tidak apa-apa. Kudengar dari Shiro, kau sedang sibuk."

"Iya, kurasa aku terlalu sibuk sampai-sampai kurang memperhatikannya. Astaga, aku tidak seharusnya begini. Terima kasih Kenma-san, sudah menemani Shiro."

"A-ah... iya."

Tapi menurutku, perhatianmu pada Shiro sudah seperti seorang ibu yang memanjakan anaknya. Perempuan ini sangat dewasa. Bahkan orang yang mendengar suara lembutnya saja sudah bisa merasakan betapa dewasanya orang ini.

"Hari ini Shiro sedikit kurang sehat. Jadi dia sedang beristirahat di penginapan."

Pantas saja dia tidak datang hari ini.

Tapi, bukankah sudah jelas bahwa keadaan Shiro kurang sehat setelah dia bercerita harus minum 『Drynix』setiap hari? Dia selalu terlihat bersemangat sampai-sampai aku lupa hal itu.

Hm?

Aku hendak menanyakan penyakit apa yang diderita Shiro, tapi buku yang dipeluk Shiori lebih menarik perhatianku.

Grimoire』volume 95.

"Buku itu... boleh aku meminjamnya sebentar?"

"Hm? Ah, tentu saja. Kami baru mau mengembalikannya."

Shiori memberikan buku itu padaku. Tanpa menunggu pun aku langsung meletakan buku itu di meja dan mencari halaman spesifik tentang sihir『Indespectus』.

"Kami memakai buku itu untuk refrensi penelitian kami."

Kai-san menjelaskan, tapi aku tidak begitu mendengarkannya karena sibuk mencari halaman.

Hingga aku berhenti pada satu halaman dan membacanya sekilas. Aku yakin aku melupakan sesuatu.

Ketika aku menyadari apa yang aku lupakan, tubuhku serasa membeku.

"Shiori-san," Panggilku. "Sebenarnya, apa yang diderita Shiro?"

Ketika aku bertanya demikian, aku bisa melihat tubuh Shiori yang tersentak. Ekspresinya yang tenang pun berubah menjadi murung.

"Kau menyadarinya ya... Kenma-san."

[][][]


"Shiro mungkin bertubuh kecil, tapi dia dulu sangat bangga menjadi seorang paladin (ksatira suci). Dia bahkan ikut berperang melawan Raja Iblis dan kelompoknya berhasil menembus pertahanan terakhir Raja Iblis dan berhadapan langsung. Sayangnya kelompoknya berhasil dikalahkan Raja Iblis, semua kawannya mati terbunuh. Shiro satu-satunya orang yang selamat. Aku sangat bersyukur dia masih hidup saat itu.

Tapi keadaannya semakin melemah sejak kejadian itu. Shiro terkena kutukan Raja Iblis yang dapat mempercepat waktu kematian. Tubuhnya semakin melemah, kami tidak bisa mematahkan kutukan itu. Ketika Raja Iblis berhasil dikalahkan, dia mengangkat semua kutukan yang pernah dia buat, termasuk kutukan Shiro. Tapi karena waktu hidup Shiro sudah termakan cukup banyak, tubuhnya tetap semakin lemah.

Shiro yang selalu bangga menjadi seorang paladin saat itu harus berhenti dari pekerjaannya. Dia terpaksa menjadi cleric hanya untuk mencari kesibukan.

Meski begitu, Shiro tidak pernah berubah dan selalu bersemangat seperti biasanya. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Aku ini seorang healer, aku pasti bisa menyembuhkan Shiro. Oleh sebab itu aku datang kesini, untuk mencari cara menyembuhkan Shiro bersama Kai-san."


Otakku masih mencerna apa yang baru saja aku dengar dari Shiori bahkan dalam perjalan pulang.

Itu benar-benar tidak terduga. Siapa yang mengira Shiro yang selalu bersemangat itu pernah mengalami hal demikian.

Tapi bukan hanya itu yang membuatku lebih kaget.

Penjelasan masa lalu Shiro yang Shiori ceritakan lebih seperti penguat hipotesisku. Karena dari apa yang kubaca di buku mengenai 『Indespectus』, ada tiga hal yang membuat sihir itu tidak bekerja.

Seseorang yang dengan sengaja mencari pengguna, seseorang yang melakukan kontak fisik dengan pengguna,

—Dan seseorang yang diikuti oleh kematian.

[][][]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top