01. Perpustakaan dan Seorang Gadis

Indespectus』. Sihir kelas tinggi yang dalam penggunaannya memakan banyak energi sihir, setidaknya begitulah yang tertulis pada buku yang pernah aku baca sebelumnya.

Bagiku, sihir itu seperti menyeruput energi sihirku dengan sedotan kecil. Tidak terasa efeknya sama sekali. Jadi aku memakainya setiap hari.

Sihir yang aku temukan pada buku『Grimoire』volume ke.... kalau tidak salah volume ke-95. Entahlah, sudah berbulan-bulan yang lalu aku membaca buku itu, pokoknya aku membaca buku itu setelah kedamaian yang sempat dihancurkan Raja Iblis kembali.

Lagi pula 『Grimoire』itu punya ratusan volume, aku tidak begitu ingat.

Indespectus』itu sendiri seperti sihir yang mampu menghapus aura keberadaan penggunanya. Setelah pengguna membaca mantera sihir tersebut, keberadaannya akan sulit disadari oleh orang lain, kecuali pengguna melakukan kontak fisik atau seseorang memang sedang mencarinya.

Sihir yang sangat sederhana, tapi aku jarang melihat orang lain menggunakannya—um tidak, kurasa orang biasa yang tidak melatih sihirnya tidak akan bisa menggunakan 『Indespectus』yang menyerap banyak energi sihir, meski begitu, tetap saja aku belum pernah melihat mage lain menggunakannya.


Padahal sihir ini sangat berguna.

Seperti ketika aku harus ke pasar untuk membeli persediaan, aku tidak akan ditawari benda aneh-aneh oleh para penjual yang selalu berisik mempromosikan produknya, atau ketika aku berjalan bersama Kuroo dan seseorang menyapanya, aku tidak perlu menyapa kenalan Kuroo dan bisa pergi tanpa sepengetahuan mereka.

Yang paling penting, identitasku jadi tidak seperti Kageyama, Iwaizumi, Aone atau bahkan Hinata yang paling terkenal diantara kami semua.

Popularitas yang tidak aku inginkan itu muncul hanya karena kelompok kami telah menjatuhkan Raja Iblis. Padahal keikutsertaanku hanya untuk bertemu Kuroo dan mencaritahu alasannya memihak pada Raja Iblis.


"Kenma,"

Aku tidak banyak bicara dan menoleh pada Kuroo yang hanya membaca sekilas buku-buku di rak sambil berjalan dibelakangku.

".... tidakkah kau pikir Akaashi itu orang yang sangat sabar?"

Apa maksud ucapanmu. Kau baru menyadarinya?

"Ya... dia bisa bertahan berteman dengan dirimu dan Bokuto, jadi dia sudah pasti orang yang sangat sabar." Aku membalas sambil kembali mengalihkan pandanganku ke rak.

"Hei, Jangan samakan aku dengan bocah itu!"

"Kalau begitu berhenti bicara dan mencarilah dengan sungguh-sungguh."

"Aku sedang melakukannya."

Aku tidak mengerti bagaimana bisa orang seperti Kuroo adalah black mage yang punya energi sihir kuat dan wawasan yang luas. Setahuku, dia sangat pemilih dalam membaca buku.


Dari pada mempertanyakan darimana kejeniusan orang itu berasal, aku lebih baik kembali mencari buku yang tepat untuk dibaca. Buku yang memiliki informasi tentang suatu sihir unik yang terdapat pada bunga. Kami butuh informasi lebih banyak tentang sihir itu untuk membantu Akaashi.

Kekasihnya amnesia karena sihir unik tersebut.

Saat aku dan Kuroo mengunjunginya, aku cukup terkejut dengan keadaan Akaashi. Dia terlihat putus asa. Akaashi yang kukenal tidak pernah menunjukan kelemahannya, kini terlihat tak berdaya.

Sejujurnya aku tidak mengerti. Akaashi yang juga merupakan white mage seperti diriku selalu aku aku anggap hebat kemampuannya, saat dia melindungi desanya pun dia sangat percaya diri dan tenang. Jika yang amnesia adalah kekasihnya, kenapa malah Akaashi yang tidak berdaya?

Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Akaashi.


Sebuah buku dengan nama salah satu penulis yang aku kenal menarik perhatianku. Entah mengapa aku meraih buku itu hanya karena aku mengenal penulisnya, konten buku itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sihir unik yang kucari atau bahkan tanaman.

Ah. Sekarang aku baru sadar. Sihir unik yang sedang aku cari bekerja sesuai dengan bahasa bunga, berarti bisa saja informasi yang kita inginkan ada di buku tentang bunga.

"Kuroo, akan lebih efektif jika kita membagi tugas."

Aku tidak mengalihkan pandanganku dari buku yang kupegang, tapi aku tahu Kuroo memandangiku.

"Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Kau lebih baik mencari informasi tentang sihir unik itu di rak bagian tanaman. Buku-buku tentang tanaman ada di lantai atas, jadi kita berpisah."

"Entah kenapa itu terdengar seperti kau mengusirku. Tapi baiklah, akan aku lakukan. Semoga beruntung."

Kuroo pun meninggalkanku dan aku hanya membalas ucapannya dengan dehaman. Kami benar-benar perpisah setelah itu. Kuroo mungkin terlihat tidak serius membantu, tapi aku percaya dia sebenarnya juga khawatir dengan Akaashi.


Perpustakaan Kota Cattwood rumornya merupakan perpustakaan terbesar di wilayah timur. Aku sendiri tidak begitu yakin, tapi dilihat dari gedung besar menjulang tinggi dengan pondasi batu yang kokoh serta berdiri megah di tengah-tengah kota, kurasa masuk akal jika disebut sebagai perpus terbesar.

Bangunan ini terdiri dari 4 lantai dengan lantai dasar yang terlihat paling megah. Setelah masuk dari pintu depan dan melewati meja resepsionis, ruangan luas yang didominasi warna coklat dari furniture kayu dan abu-abu dari dinding batu menjadi ruangan pertama yang akan kalian lihat. Di tengah-tengah ruangan luas tersebut tertata meja-meja dan kursi-kursi kayu, sedangkan di sisi-sisinya berjajar rapi rak buku tinggi berbahan kayu dengan ukiran-ukiran detail.

Aku sendiri tidak pernah duduk di tengah-tengah ruangan sebesar itu, rasanya seperti menarik perhatian meski hanya duduk diam dan membaca. Karena di antara rak-rak buku disediakan juga beberapa tempat duduk, aku lebih sering duduk di sana. Jika sedang beruntung, aku bisa menemukan tempat membaca di samping jendela yang sepi.

Tempat terpencil seperti ini terasa lebih nyaman. Aku tidak perlu khawatir apa『Indespectus』yang kupakai masih bekerja atau tidak.


Baiklah, mengingat alasanku lebih senang di tempat yang tidak banyak orang membuatku khawatir apa『Indespectus』yang aku gunakan saat ini benar-benar masih bekerja. Sebuah mantra aku rapalkan. Rupanya sejak awal sihirku masih bekerja.

Ini tidak bagus, aku gelisah meski tidak ada orang disekitar sini. Aku bahkan belum menemukan buku dengan isi yang sesuai dengan apa yang aku cari, lebih baik aku fokus mencarinya.

Sebuah rongga di rak yang menampakan sisi seberang rak buku muncul setelah aku menarik sebuah buku. Perhatianku sempat tertuju sejenak pada sisi lain rak, karena aku melihat seseorang menghadap ke arahku dengan pandangan yang sedikit lebih tinggi dari rongga yang kubuat.

Dari pakaiannya, sepertinya seorang cleric. Baju putih dengan pola garis-garis tipis melengkung berwarna emas.

Yah, tidak ada gunanya juga menebak-nebak siapa dia. Dia juga tidak akan bisa melihatku karena『Indespectus』.

Aa—

............

Mata coklat itu menatap lurus ke arahku dengan polos.

Apa dia baru saja melihatku?

Buru-buru aku menarik diri dari sana dan pergi ketika orang di depan sana bertukar kontak mata denganku.

Aneh, sangat aneh. Karena aku yakin『Indespectus』-ku masih bekerja. Kami tidak melakukan kontak fisik, dan orang itu juga tidak terlihat sedang mencariku, aku bahkan tidak mengenal dia. Jadi dia tidak mungkin menyadari keberadaanku.

Atau mungkin aku melupakan sesuatu?

[][][]


Warna matanya russet, dia punya bulu mata yang lentik dan mata yang besar. Aku rasa dia seorang perempuan mengingat cleric rata-rata adalah perempuan. Lagi pula wajahnya kecil.

Aku harap yang tadi itu hanya kesalahpahamanku.

"Kuroo, apa sihirku tidak bekerja?"

"Maksudmu sihir hikikomori yang kau gunakan setiap hari itu?"

"『Indespectus』bukan sihir hikikomori."

"Tapi kalau kau yang memakainya, itu jadi punya kesan hikikomori."

Apa ini. Aku sudah cukup lelah membaca belasan buku hari ini, di tambah aku harus berjalan pulang ke rumah dengan sisa-sisa tenagaku. Aku tidak butuh menguras tenagaku lebih banyak lagi untuk berdebat hal yang tidak penting dengan Kuroo. Jadi aku menghela nafas dan mengalah.

"Apapun itu. Tapi apa menurutmu sihirku tidak bekerja?"

Kuroo nampak ragu sejenak. Pandangannya jadi tidak fokus pada jalan, tapi memperhatikan sekitar alun-alun kota yang meski sudah sore masih saja ramai oleh anak-anak kecil yang berlari-lari bermain.

"Entahlah, karena aku bisa melihatmu dengan mudah. Reaksi para penduduk juga tidak bisa dijadikan alat ukur."

Aku hedak berbicara, tapi sesuatu terasa menahan langkahku sehingga aku terhenti. Kemudian terdengar rintihan kecil. Sepertinya anak ini berlari-lari dan menabrakku.

"Sihirnya masih bekerja kok." Kuroo menjawab.

"Kalau seperti ini aku tidak perlu bertanya padamu."

Sembari berjongkok membantu anak itu berdiri, aku menanyakan keadaannya. Tapi bukan jawaban dari pertanyaanku yang anak itu ucapkan.

"Ughhh... aku yakin sekali tadi hanya paman rambut aneh yang ada disini."

Pfftt. Paman rambut aneh katanya.

"Kau dengar Kuroo?"

"Berisik, Kenma."

Anak itu memang belum tinggi, bahkan setelah kembali berdiri, tingginya tidak lebih dari aku yang berjongkok. Anak itu mulai mengusap matanya.

"Maafkan aku. Kurasa ada yang salah dengan mataku."

"Tidak apa-apa, ini hal yang wajar, jadi kau tidak perlu khawatir."

Itu benar. Aku yang memakai『Indespectus』jadi jika kau tidak melihatku, itu wajar.

Kemudian teman-teman anak itu mulai datang. Mereka pun kembali bermain setelah anak yang menabrakku sebelumnya membungkuk dengan sopan dan meminta maaf. Orang tuanya membesarkan anak itu cukup baik, huh.

"Bocah yang sopan."

Kuroo rupanya berpikir sama, hanya saja dia mengatakannya.

"Iya, tidak seperti dirimu yang bahkan pernah menjadi pelayan Raja Iblis."

"Hei. Aku melakukan itu dengan tujuan baik."

Setelah itu aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan Kuroo dan melanjutkan perjalanan pulang. Entah apa yang dia katakan, dia semacam mengatakan tentang prihatin kepadaku dan 『Indespectus』yang kugunakan. Entahlah, aku tidak memperhatikannya.


Justu yang menangkap perhatianku adalah dua perempuan yang berjalan berlawanan arah dengan kami di depan sana. Satunya berambut hitam panjang bergelombang, dan yang satunya lagi berambut coklat pendek. Hanya saja yang paling menarik perhatianku adalah seragam cleric yang dipakai perempuan berambut pendek.

Aku tidak mengenal mereka berdua. Tapi ketika kami saling berpapasan, saat itulah aku sadar mata russet yang melirik ke arahku adalah mata yang sama yang kulihat di perpus tadi pagi.

Tunggu, apa dia baru saja tersenyum padaku?

Aku berhenti berjalan dan memotong celotehan Kuroo yang sejak tadi belum berhenti.

".... dan kau harus tau betapa kesulitannya aku tiap kali mencoba mencarimu!"

"Kuroo."

Panggilanku membuat Kuroo ikut berhenti berjalan.

"Kau lihat perempuan yang tadi?"

"Maksudmu perempuan berambut panjang yang berpapasan dengan kita tadi? Aku lihat, dia cukup menarik."

"Bukan yang itu. Yang rambut pendek."

Kuroo pun menoleh kebelakang, mastikan orang yang aku maksud.

"Ya, perempuan itu. Memangnya kenapa?"

"Aku rasa sihirku tidak mempan padanya."

"Mungkin dia mencarimu. Sihir itu tidak bekerja pada orang yang sengaja mencarimu bukan?"

Jika itu memang alasannya, aku tidak akan sebingung ini sejak tadi pagi.

"Tidak mungkin. Kami tidak saling kenal, dan seandainya dia mengenalku dan mencariku, dia pasti menegurku tadi."

Aku sedikit lelah setelah berbicara, apa aku bicara terlalu bersemangat?

Kuroo terdiam cukup lama, lalu kembali bertanya.

"Jadi, kau mau apa?"

Aku rasa, aku melupakan sesuatu tentang『Indespectus』, aku harus membaca buku itu lagi besok. Untuk sekarang, aku lebih baik tidak memikirkannya dan beristirahat.

"Entahlah."

Aku menjawab sambil kembali melanjutkan berjalan pulang. Kuroo sempat berjalan dibelakangku sebelum akhirnya mempercepat jalannya dan merangkulku. Aku benci kalau dia sudah merangkul seperti ini.

"Aku bisa bantu kau mencarikan info tentang perempuan itu."

"Kau hanya ingin dekat dengan yang rambut panjang itu kan, Kuroo?"

"Ayolah, sesama teman harus saling membantu."

[][][]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top