正月
31 December
D-1 New Year
* * *
"Ke Kuil?"
[Name] mengangguk semangat. Dia memberikan selebaran yang dibagikan oleh sekumpulan pemuda yang sepertinya petugas Kuil. Di Selebaran itu tertulis bahwa di Kuil tersebut akan di adakan Joyanokane¹ yang tentunya diselingi dengan berbagai hal yang berbau perayaan menyambut Tahun Baru.
"Hmm.... Kurasa tidak" Putus Ramuda, menarik kain yang tergeletak di sofa
"Eeh?? Ayolah! Kau bisa ajak Jakurai-Sensei atau Gentarou-San, atau Daisu! Pasti akan ramai! Lagipula kau tidak ada acara lagi kan? Semua klienmu meminta pertimbangan design setelah Tanggal 4² nanti!!" Serumu
"Bilang saja kau tidak punya teman dan tidak ada yang menemanimu untuk merayakan Tahun baru." Ketus Ramuda nyelekit
"Urk—"
"Lagipula kenapa tidak pulang saja ke rumahmu sih?" Tanya Ramuda
"Hmm—sepertinya karena gajiku belum turun" Sindirmu, menekan kata Gaji
Ramuda hendak membalas perkataanmu, tetapi bunyi ketukan menginterupsi. Dia melirikmu tanda bahwa kau harus membuka pintu itu dan melihat siapa yang datang.
Sebenarnya kau malas, tapi kalau kau menolak urusannya bisa panjang. Akhirnya kau berjalan ke arah pintu dan membukanya. Terlihat dua insan yang dipercaya sebagai rekan divisi Ramuda, tidak lain adalah Gentaro dan Daisu.
"Pagi [Name], apa Ramuda ada di dalam?" Sapa Daisu
"Ada, dia sedang mengerjakan design terakhir untuk tahun ini. Kenapa?" Tanyamu sebagai Asisten yang baik, tidak ingin pekerjaan Ramuda tertunda yang juga berefek pada kepulanganmu
Ciah, padahal pulang-pulang juga langsung rebahan :(
Gentaro memberikan selebaran yang sama dengan milikmu dari balik Hakama yang dipakainya. Matamu langsung berbinar, dan seringai penuh kemenangan terbit di wajahmu. Dengan ramah kau mengajak (menggeret) kedua lelaki tersebut masuk ke Apartment milik Ramuda yang berantakan.
"Ramuda-san! Ada Gentarou-San dan Daisu!" Serumu senang
Ramuda ber-humm ria sebagai jawaban. Dia masih sibuk di depan mesin jahit. Kau pun menyuruh kedua pasangan itu untuk duduk selagi menunggu Ramuda. Kau menuju Dapur untuk membuat teh serta mengeluarkan Wagashi³ yang kau bawa pagi tadi dan menyajikannya untuk kedua tamu tak diundang itu.
"Ne, Ramuda-san, biar aku yang lanjutkan saja. Kasihan Gentarou-san dan Daisu sudah menunggumu daritadi." Ujarmu sambil tersenyum manis
".... Habis kenapa kau?" Tanya Ramuda dengan pandangan menyelidik
"Aish, sudahlah, sana, sana! Nanti kalau kau sakit jadi beban!" Serumu blak-blakkan sambil mendorongnya menuju Sofa
Ramuda bersungut melihat tingkahmu yang mencurigakan. Tapi dia bersikap bodo amat setelahnya ketika melihat kedua rekannya duduk manis di Sofa berwarna pastel miliknya. Dengan riang dia duduk di depan mereka.
"Gentarou! Daisu! Ada apa kesini?" Serunya senang
"Daisu menemukan ini, dia ingin mengajakmu. Kebetulan juga katanya dibagikan makanan gratis bagi warga tidak mampu" Jawab Gentaro, nyelekit seperti biasanya
"Ayolah Genta! Aku kan hanya ingin makanan Gratis! Siapa yang tidak ingin Gratisan sih?" Ucap Daisu Antusias
"Kami" Jawab Ramuda dan Gentarou serempak
"Ayolah...." Daisu mulai merengek
Ramuda mengulum permennya sambil berpikir. Sebenarnya dia juga ingin pergi kesana. Entah kapan terakhir dia melakukan hal-hal seperti itu. Belakangan ini dia sibuk mengurus Divisi atau melakukan hal yang terkait dengan Pekerjaan, baik yang asli atau yang tambahan.
"Jadi bagaimana Ramuda? Kau mau kan? Ayolah! Disana pasti banyak Onee-san juga!!" Bujuk Daisu, memasang pose memohon
"Daisu, untuk apa dia mengincar para Onee-san jika sudah punya gandengan." Sindir Gentarou manis
Bola mata biru itu mengerling. Dia mulai tahu kemana topik ini akan berakhir. Berhubung dia tidak ingin Gentarou makin menyindirnya dengan mulut manis serta ocehan Daisu yang tidak ada ujungnya, akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, tapi,"
"Tapi?" Tanya Daisu
"Kalian cari teman laki untum [Name] biar dia tidak jadi serangga" Pinta Ramuda
"HEI! AKU MENDENGARMU YA!"
"Teman laki ya? Baiklah! Akan kita cari! Ayo Genta!!" Seru Daisu semangat setelah mendengar persetujuan ketua mereka
"Hm? Memang kata siapa aku ikut denganmu?" Gentaro menaikkan sebelah alisnya
"E-eh?" Daisu gelagapan
"Hari ini aku ada Interview mengenai buku yang baru aku terbitkan, jadi aku tidak bisa ikut." Terangnya sambil memasukan Wagashi ke dalam mulutnya.
"Eeh!? T-tapi tadi kau setuju saja waktu kita mau ke rumah Ramuda!" Seru Daisu panik
"Kan aku setuju saja karena mau menemanimu, bukan berarti aku bisa datang." Gentarou membalas kalem
Ramuda tertawa dalam hati. Tentu saja Gentarou bohong. Dia sudah melakukan Interviewnya tempo hari, dan bisa dipastikan tidak akan ada acara di malam tahun baru karena mayoritas orang pasti akan pergi ke kuil untuk melakukan Joyanokane.
"B-begitu ya, baiklah kalau kau sibuk," Daisu ngambek
Gentarou tertawa pelan. Dia meminum tegukan terakhir dari cawan halus berwarna hijau zamrud yang berada di tangannya. Setelahnya, dia mengeluarkan kalimat andalannya yang masih saja bisa menipu Daisu.
"Daisu, aku bohong kok."
Telinga Kucing Imajiner seolah muncul di kepala Daisu. Dengan semangat dia menarik tangan Gentarou menuju pintu depan sambil berlari. Tidak lupa memberikan salam perpisahan kepada Ramuda dan [Name] yang hanya dibalas dengan dehaman tidak jelas.
"Hei, kau mau ajak Jakurai-Sensei kan?" Tanyamu, meletakkan design baju yang setengah jadi di salah satu manekin yang tersedia.
"Hmm.... Tidak tahu. Kalau dia ada pasien pasti tidak bisa." Jawab Ramuda sekenaknya
Namun, kau bisa melihat sirat kesedihan di mata berwarna biru jernihnya itu. Merasa tidak tega, kau pun mengirim pesan kepada Dokter kebanggan Shinjuku yang berstatus sebagai Dokter langgananmu juga.
[Fullname]
Sensei! Selamat siang!
Jakurai-Sensei punya Ramuda
Selamat siang [Lastname]. Ada apa? Apa magh mu sakit lagi?
[Fullname]
Untungnya tidak Sensei. Terima kasih untuk perhatiannya.
[Fullname]
Sebenarnya aku ingin mengajak Sensei pergi ke Kuil malam ini, ada Joyanokane. Kebetulan Ramuda dan teman divisinya akan ikut. Jadi aku sekalian ajak Sensei saja!
[Fullname]
Ah! Tapi aku tidak memaksa. Jika Sensei sedang sibuk, tidak perlu dipaksakan. Begitu kata Ramuda.
Jakurai-Sensei punya Ramuda
Aah, sepertinya malam ini aku tidak ada pasien. Terima kasih atas beritanya [Lastname]. Aku akan membahasnya dengan Amemura-kun.
Kau tersenyum puas melihat jawaban yang diketik oleh Dokter yang baiknya kelewatan itu. Ramuda menoleh ke arahmu dengan pandangan menyelidik, sempat berpikir bahwa kau kembali membuka link laknat yang pernah dikirim oleh Polisi asal Yokohama—atau mungkin kelinci—karena memang kalian berdua dekat.
"Hei, kau kenapa?" Tanya Ramuda
"Hmm? Hanya senang atas kebahagiaan seseorang saja, memangnya tidak boleh?" Balasmu
"Ah, ngomong-ngomong. Ini design terakhir kan?" Tanyamu, mengalihkan topik.
"Iya, sungguh, yang memesannya benar-benar banyak mau!" Keluh Ramuda kesal
"Aah, dia ya? Lagipula kenapa kau menyanggupinya kalau sudah tahu dia banyak mau?" Tanyamu
Asyik, nge-Gibah (*・∀・*)V
"Kenapa? Kalau aku tolak dia pasti akan merengek terus! Lebih parah daripada rengekan Daisu!" Jawab Ramuda, menggigit Wagashi dengan kasar
"Aih, menyebalkan sekali. Kalau aku sih, langsung putus hubungan saja," Timpalmu, memberikan atasanmu cawan dengan isi teh susu homemade.
"Aku juga inginnya begitu, tapi, aku tidak mau berakhir dengan kasus yang dialami Gigolo Shinjuku itu."
"Ooh, yang itu," Ucapmu sambil tersenyum kecut mengingat hal itu.
"Perempuan memang gila ya. Aku sering pergi dengan para Onee-san belakangan ini, dan mereka berebut seperti orang gila." Keluhnya, tidak sadar bahwa kau yang duduk di sebelahnya juga seorang perempuan
"Kau juga gila kok, tenang saja." Sindirmu
"Sialan kau, mau gajimu ku turunkan lagi?" Ancam Ramuda, meletakan cawan ke atas meja dengan kasar.
"Aih! Kau kenapa sih mengancamnya gaji terus? Bagaimana jika aku berakhir seperti Daisu huh? Kau tidak keberatan dengan adanya Gembel tambahan dalam hidupmu huh?" Balasmu dengan nada the matter of fact tanda-tanda sudah siap untuk adu mulut
Gibah yang berujung dengan adu mulut itu tidak enak ya ges. Jangan ditiru :(
Ramuda sudah membuka mulutnya. Namun kembali menutup ketika ponsel di dalam saku jaketnya bergetar. Dengan kesal dia mengangkat panggilan yang tiba-tiba itu, bahkan tidak berpikir untuk melihat ID Callernya.
"Halo?"
Kau melihat raut wajah Ramuda yang berubah, yakin seratus persen bahwa yang menelponnya adalah Jakurai. Setelah berbicara selama 5 menit Ramuda memutuskan panggilan secara sepihak kemudian dia memandangmu kesal.
"Apa yang kau katakan kepadanya?" Ramuda mengintrogasi
"Aku? Daritadi kan kita berdua gibah, mana sempat menelpon Jakurai-Sensei" Jawabmu, membuat alibi
Gaenak banget alesannya nge-gibah, hangan ditiru ya ges sekali lagi :(
"Memangnya kenapa?" Selidikmu
"Mnn,, dia mengajakku seperti kau mengajakku tadi" Jawab Ramuda SPJ
"Yatta! Berarti kau bisa datang kan?"
"....ya...."
Kau memekik senang. Bodo amat soal Ramuda yang sekarang menatapmu seolah kau seekor Kecoak yang harus segera dibasmi. Dengan semangat yang membara kau merapihkan barang-barangmu dan juga Apartmentnya yang terlihat seperti kapal pecah.
"Lalu, Sensei bilang apa?"
"Temui dia di Stasiun Jam 8, nanti kita berangkat bersama." Jawab Ramuda
Kau mengangguk mengerti. Setelah selesai bebersih, kau mendorong Ramuda keluar dari Apartmentnya sendiri dan mengunci pintunya. Tidak lupa memberikan kuncinya kembali kepada pemilik asli.
"Hei, ini Unit Apartmentku tahu," Protesnya
"Habis, kalau aku biarkan kau pasti akan bersantai sampai mepet ke waktu pertemuan. Daripada begitu, lebih baik sekarang kau pesan tiket kereta ke Shinjuku lalu ganti baju. Kau belum ganti baju dari tadi kan?" Celotehmu panjang lebar
"[Nickname] Sialan." Umpatnya tepat di depanmu
"Ramuda Sialan." Balasmu
"Diam kau, pendecc"
Kalian main tatap-tatapan. Sebenarnya kau benci mengakui ini, tapi tinggimu lebih pendek 2 cm daripada Ramuda sehingga tidak mungkin mengatainya Chibi jika kau sendiri adalah seorang Chibi. Jadi kau hanya bisa mengatainya dengan kosakata mainstream seperti Sialan, bodoh, jelek, dan sebagainya. Sedangkan dia bisa mengataimu reinkarnasi liliput, pendek sialan, dan berbagai ejekan lain yang menyangkut tinggi badanmu.
"Baiklah, terserah kau. Toh, nanti juga pasti bakal ke Shinjuku kan, aku kasihan saja jika Sensei melihatmu dengan pakaian itu yang tidak ada manis-manisnya." Kau menyerah sambil berlalu menuju Lift
Tidak kau duga Ramuda ikut menunggu di sebelahmu. Wajahnya memerah entah karena kesal atau malu. Kau mengangkat sebelah alismu heran melihat pemandangan yang mungkin bisa masuk ke World's Unsolved Mystery.
"Kenapa kau?" Tanyamu bingung sebingung-bingungnya
"Bukan urusanmu!" Ketusnya
Lift terbuka dan kalian berdua pun masuk ke dalam. Ramuda sibuk bermain ponsel, sedangkan kau membaca buku saku yang sempat kau beli di pasar loak. Kau bisa melihat Ramuda tengah serius membaca dari ekor matamu. Kau kepo setengah mati apa yang sebenarnya merasuki lelaki itu.
"Oi,"
"Waa!"
Ramuda menjatuhkan ponselnya. Buru-buru kau membantu mengambilnya. Matamu sempat melihat apa yang tengah dibaca oleh lelaki itu pun melebar kaget. Ramuda yang panik langsung mengambil ponselnya dari tanganmu, bersamaan dengan itu lift sampai di lantai 1. Ramuda buru-buru keluar sambil menghentakkan kakinya di setiap langkah.
Kau terbengong tidak percaya. Dengan perasaan kaget sekaligus senang ketika melihat bahwa Ramuda sebenarnya serius. Kau melangkah keluar lift dengan langkah ringan, tidak sadar bahwa hidungmu sudah mimisan parah.
* * *
Jakurai menatap jam yang tertera di layar ponselnya. Ada Pasien dadakan, membuatnya harus pulang 30 menit lebih lambat dari yang ia janjikan kepada Ramuda dan juga otomatis membuat waktu untuk bertemu dengan [Name] mundur lebih lama.
Lagi-lagi ia menghela nafas. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas hari ini, rasanya seperti umurnya makin tua saja. Gerbong kereta pun penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor, berhubung bahwa hari ini adalah hari Omisake⁴ jadi banyak orang yang berlomba-lomba untuk pulang pada jam ini.
Kereta bergerak melambat tanda Stasiun yang dituju sudah dekat. Jakurai bersiap-siap untuk keluar dari gerbong ketika kereta sudah berhenti sepenuhnya. Dia pun menjejalkan kaki ke peron yang penuh dengan manusia.
Dia tetap berjalan menuju ke lobi utama, berusaha mencari sosok berambut pink di antara kerumunan orang-orang. Beruntung dia cukup tinggi untuk melihat lebih baik.
"Eh? Sensei!!"
Bukannya sosok berambut pink, malah sosok berambut Kuning dan merah yang mendatanginya. Tidak lain tidak bukan dan tentu saja Kapal sebagian umat manusia Hifumi dan Doppo. Kedua lelaki yang sangat bertolak belakang itu menghampirinya.
"Selamat Sore, Hifumi-kun, Doppo-kun" Sapa Jakurai ramah
"Selamat Sore Sensei! Wah, ternyata Sensei baru pulang kerja juga ya? Kebetulan sekali! Iyakan Doppo?" Seru Hifumi antusias
"Ya? Ada apa?" Tanya Jakurai
"A-ah, ini Sensei, t-tadi saya diberikan ini dari r-rekan kerja,"
Doppo mengeluarkan selebaran yang isinya sama seperti yang [Name] jelaskan. Jakurai mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku juga ada rencana kesana, [Lastname] memberitahuku tadi." Ujarnya
"E-eh? Se-Sensei sudah tahu? Maaf! Maaf! Aku memberitahu informasi yang tidak penting! Maafkan aku!"
"Tidak apa-apa Doppo-kun, oh iya, apa kalian melihat Amemura-kun di sekitar sini?" Tanya Jakurai
Hifumi menampilkan wajah kebingungan. Dia menelengkan kepalanya sambil mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Berlainan dengan Doppo yang gelagapan akan pertanyaan Jakurai.
"Tidak~ memang ada apa Sensei mencarinya?" Tanya Hifumi
"Ah, aku—"
"Oi Ossan."
Ketiga lelaki itu menoleh ke arah samping, kemudian membatu. Ramuda berdiri di sebelah mereka. Dia melipat tangannya di depan dada dengan muka kesal. Tapi yang membuat mereka membatu adalah pakaiannya. Ramuda memakai Kimono berwarna putih dengan dengan obi berwarna merah muda, senada dengan rambutnya.
Ramuda yang kesal karena di tatap pun kembali mengeluarkan suaranya. Tidak tanggung-tanggung untuk mengejek ketiga orang di depannya yang sebenarnya adalah musuh dari Divisinya.
"Kalian, berhenti menatapku sialan. Jika menurut kalian aku ini jelek, sebaiknya kalian bercermin dulu, wajah kalian yang terkejut itu lebih jelek. Sangat jelek."
Jakurai tersadar, dia pun segera berjalan ke arah Ramuda dan menggandeng tangan lelaki kecil itu. Sebenarnya dia bisa saja lepas kendali jika mengingat kalau ini bukan tempat umum. Jakurai terhenti dan menoleh kepada kedua rekannya yang masih terbengong ria di tempat mereka semula.
"Hifumi-kun, Doppo-kun, apa kalian ingin pergi bersama? Kebetulan aku bawa mobil. Jarak dari sini ke Kuil Yasukuni agak jauh kan?" Tawarnya ramah, sangat berbanding dengan Ramuda yang masih menatap mereka dengan galak
"Eeh? Boleh Sensei? Tentu saja mau! Ayo Doppo! Ayoo!!"
Hifumi 100% mengabaikan tatapan galak yang masih Ramuda berikan dan menarik tangan Doppo untuk menyusul Jakurai yang sudah pergi ke lahan parkir lebih dulu. Sedangkan Doppo, lelaki itu hanya bisa menangis dalam hati karena takut dengan tatapan Ramuda yang seperti memakan 15 tahun sisa hidupnya.
* * *
"Nah, kita sampai."
"Cih,"
"Amemura-kun, jangan mendecih"
Ramuda merotasikan iris birunya. Dia kesal di karenakan kedua rekan divisi Jakurai ikut serta dalam mobil. Dia kan ingin waktu berdua, bukannya berempat. Tapi sepertinya Jakurai tidak menangkap kodenya dan malah menganggap kalau Ramuda marah kepadanya.
"Waah! Ramai sekali! Ngomong-ngomong dimana Koneko-chan yang Sensei bicarakan?" Tanya Hifumi yang sudah dalam mode Jas.
"Asistenku bukan kucing, bodoh." Ejek Ramuda
"Sudah, sudah, tadi aku [Lastname] mengirimkan pesan padaku, katanya dia menunggu di depan kios ramalan dengan Yumeno-kun dan Arisugawa-kun" Lerai Jakurai
Keempat orang itu pun berjalan menuju Kios yang dimaksud. Dan Ramuda langsung mendapati Asisten laknatnya tengah berbincang dengan perempuan yang mungkin seumuran dengannya. Seolah radar Onee-sannya sudah aktif, dia langsung berlari ke arah keduanya.
"[Nickname]-Oneesan!!" Serunya
Kau memasang wajah yang-benar-saja saat melihat Ramuda berlari ke arahmu dengan radar Onee-san yang sudah aktif karena melihat perempuan di sebelahmu yang tidak lain adalah teman sekelasmu saat SMA dulu.
"Hei, kau telat," Sapamu singkat
"Maafkan aku Onee-san! Tadi ada sedikit kesalahan!" Serunya
Temanmu kaget melihat Ramuda, disaat yang bersamaan gemas karena kalian berdua memiliki tinggi yang hampir sama. Di matanya seperti pasangan yang sama-sama memiliki takdir menjadi orang pendek.
"Astaga [Name]! Lucu sekali! Kalian seperti pasangan! Hahaha!"
"Idih, amit-amit." Kau terang-terangan menunjukkan ketidak sukaanmu
"Benar! Lebih baik aku bersama Onee-san saja daripada [Name]-Onesan! Onee-san jauh lebih manis dan baik!" Balas Ramuda
"Ahaha, terima kasih banyak Amemura-kun" Ucap temanmu
"Panggil saja aku Ramuda, Onee-san!"
"Ahaha, baiklah, Ramuda."
Kau mendesis mendengar cara PDKTnya yang ekstrim. Kemudian merasakan hawa tidak enak yang datang dari Jakurai yang sudah tersenyum miring. Sedangkan HifuDo dan DaiGen sudah ngacir entah kemana. Kau sangat tidak ingin terjebak situasi antara kedua orang ini. Tapi seolah tahu kalau kau akan kabur, Ramuda menahan bagian ujung Sweat shirt hijaumu.
Karena canggung, kau mencari topik untuk dibicarakan kepada Dokter langgananmu yang tengah dilanda dengan emosi bernama cemburu tersebut.
"Ah Sensei! Apa Pasien dadakan tadi tidak apa-apa?" Tanyamu
"Ah, dia mengalami Flu yang cukup parah. Jadi memang memeriksanya butuh waktu yang cukup lama."
"Wah, ternyata masih ada ya yang kena flu pada tanggal segini."
"Ahaha, cuaca yang dingin memang bisa menjadi pemicunya. Lebih baik kau pakai pakaian yang lebih hangat jika ingin keluar [Lastname]"
"Eeh, baiklah Sensei"
Kau melirik arlojimu. Sudah pukul 23.58, sebentar lagi Joyanokane akan dimulai. Kau pun segera memanggil temanmu dan menunjukkan waktu yang tertera. Kalian berdua buru-buru pamit dan kabur untuk melihat kembang api. Meninggalkan Ramuda dan Jakurai yang saling diam.
108
Ramuda mencibir kesal. Dia diam-diam melirik Jakurai yang berdiri tegak tidak jauh darinya. Ramuda sadar, Jakurai masih memakai baju kerjanya. Mereka langsung pergi menuju Kuil untuk mengikuti Joyanokane.
107
Bahkan dia tidak sempat bertanya apa Jakurai sudah makan atau belum. Dirinya pun sebenarnya belum makan, tetapi rasa lapar itu seperti terbuang jauh-jauh karena kekesalannya tadi.
106
Bunyi perut menginterupsi. Ramuda menoleh ke arah Jakurai yang tertawa kikuk karena bunyi perutnya yang seperti menganggu momen.
"Kau belum makan?"
"Ahaha, ya, Rumah Sakit sangat padat tadi"
Tanpa banyak omong. Ramuda menarik tangan Jakurai menuju kios makanan. Sedikit mengomel selagi menarik tangan lelaki yang lebih tua darinya itu. Di antaranya adalah omelan soal menjaga diri dan makan teratur. Jakurai hanya tersenyum manis mendengar omelan Ramuda yang tidak ada ujungnya itu.
105
"Kau mau makan apa?" Tanya Ramuda
"Hmm...."
"Jangan lama-lama Ossan! Nanti perutmu sakit!"
Jakurai berhenti berpikir. Sebuah pikiran terlintas di kepalanya begitu saja. Dia memandang Ramuda sambil tersenyum manis. Sedangkan Ramuda melihatnya seperti itu adalah tanda buruk.
"Bagaimana jika kau yang pilihkan?"
104
103
102
100
Ramuda terdiam selama 4 detik mendengarnya. Tidak lama setelahnya dia memasang wajah kesal. Kembali melipat tangannya di depan dada dan menatap Jakurai dengan alis terangkat.
"Apa maksudmu begitu hah?"
99
98
"Aku hanya meminta tolong. Apa tidak boleh?" Tanya Jakurai, setengah menggoda
"Kau saja yang putuskan sendiri, kau yang belum makan," Ketus Ramuda
Namun. Seperti pengkhianatan, perutnya berbunyi. Jakurai menatapnya setengah menahan tawa. Yang ditatap hanya diam dengan wajah semerah kepiting rebus.
97
"Baiklah! Okonomiyaki! Kita makan Okonomiyaki!" Putus Ramuda cepat untuk menutupi rasa malunya yang tidak karu-karuan.
96
Jakurai mengangguk menyetujui. Dia menggandeng tangan Ramuda menuju kios Okonomiyaki yang kebetulan berada di belakang.
95
94
93
92
Mereka berdua saling diam selama perjalanan. Hanya tangan mereka yang salit bertautan dan memancar kehangatan bagi satu sama lain. Menurut Jakurai ini sudah lebih dari cukup. Sedangkan Ramuda, merasa gatal ingin membuka percakapan tapi tidak tahu topik apa yang harus dia bahas.
"Amemura-kun" Panggil Jakurai. Memecah keheningan.
"Ya?"
"Terima kasih"
91
90
89
"....Untuk apa?"
"Kimononya, benar-benar membuatku senang"
88
"Hah? Kenapa? Aku tidak memakai Kimono ini untukmu Ossan. Aku hanya ingin mengikuti hawa Tahun baru saja!" Serunya, berbanding terbalik dengan wajahnya yang memerah
"Hmm. Begitu kah?"
"Iya. Oi Ossan, kita sudah sampai"
87
Jakurai menatap daftar menu yang terpampang di selembar kertas berwarna kuning. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya dia memesan Okonomiyaki yang biasa saja. Ramuda sendiri memilih untuk memesan Monjayaki.
"Amemura-kun"
"Apa?"
"Apa harapanmu untuk tahun baru?"
86
Ramuda diam mendengar pertanyaan itu. Biasanya memang para Onee-Sannya sering bertanya hal seperti itu. Tapi dia akan segera menjawabnya dengan sekedsr gombalan kepada mereka, bukan hal yang serius.
Sedangkan ini. Pertanyaan ini diberikan oleh seorang Jakurai Jinguji. Masa iya dia bilang bahwa harapan tahun barunya agar bisa bersama terus? Gombal sekali.
"Hmm.... Kalau kau apa?" Tanya Ramuda balik
"Kau belum menjawab pertanyaanku"
"Kau dulu saja yang jawab pertanyaanku, Ossan!"
Jakurai hanya dapat mengeluh dalam hati mendengarnya. Sifat Ramuda yang seperti ini adalah satu dari sekian sifat yang tidak dia sukai. Tapi, ya, jika dia mengucapkannya pasti bisa habis di tempat.
"Baiklah,"
Untuk kesekian kalinya dia mengalah. Sayup-sayup dia mendengar suara orang-orang yang menghitung mundur sampai angka 60. Dia sudah masa bodoh dengan hitungan mundur di karena kan oleh l‘ontaran pertanyaan balik’ dari Ramuda.
"Baiklah! Okonomiyakinya sudah jadi!!"
Sang lelaki di hadapan mereka memberikan olahan tepung tersebut. Jakurai membayar nominal yang dibutuhkan lalu mengambil pesanan mereka berdua.
"Ayo cari tempat untuk makan, Amemura-kun"
"Tidak usah disuruh pun aku tahu itu, Ossan"
Jakurai kembali mengeluh dalam hati. Terlebih lagi ketika Ramuda malah pergi ke para Onee-san yang berkumpul di sekitar stan makanan, meninggalkannya sendiri dengan Okonomiyaki dan Monjayaki yang masih mengeluarkan asap mengepul
* * *
"
Gochisousama Deshita."
"Fuah! Kenyang!"
Jakurai mengumpulkan bekas sisa makan mereka dan membuangnya di tong sampah terdekat. Samar-samar dia mendengar suara orang-orang yang masih menghitung mundur.
"Kau tidak ikut menghitung mundur?" Tanya Ramuda
"Ah? Tidak, lagipula sudah telat juga" Jawab Jakurai, kembali duduk di sebelah Ramuda
"Tidak juga, sekarang hitungan ke 8 kan?"
"Ya,"
Kemudian hening kembali menyelimuti. Berhubung mereka mencari tempat yang jauh dari kerumunan—atas permintaan Ramuda—jadi di tempat itu hanya mereka berdua. Benar-benar berdua.
7
"Ngomong-ngomong, soal Permohonan Tahun baruku tadi," Jakurai membuka topik
"Kau juga belum menyiapkannya kan?"
"Hahaha, ya, begitulah"
6
Ramuda mendengus jengkel. Dia melipat tangannya di depan dada sambil menunduk, menatap kakinya yang masih bergoyang ke depan dan ke belakang.
5
"Ne, Os—Jakurai"
"Hah?"
Jakurai kaget. Namanya dipanggil seperti itu oleh Ramuda. Entah dia harus bersyukur apa terkejut mendengarnya. Agak tidak elite ketika dia kehilangan coolnya hanya karena panggilan nama.
Sementara Ramuda nampak acuh tak acuh. Meskipun dia menunduk, wajahnya sudah semerah kepiting rebus sekarang. Tapi, dia tidak ingin termakan oleh gengsi nya lagi.
4
"Aku sudah menemukannya,"
Jakurai menelengkan kepalanya.
"Menemukan?"
"Harapan tahun baruku"
Ramuda tersenyum simpul. Dia mengangkat wajahnya yang masih menyisakan beberapa warna merah, terutama di bagian pipi putih susunya.
3
"Hmm, kalau begitu biar aku yang mengucapkan harapanku terlebih dahulu." Pinta Jakurai kalem
"Hah? Kau sudah menemukannya? Jangan bilang kau hanya ingin mengetesku saja ya?" Selidik Ramuda
Jakurai mengabaikan protes dari lelaki kecil di sebelahnya. Dia kemudian membuka mulutnya, untuk mengucapkan harapan tahun barunya.
2
"Aku berharap, untuk divisiku, agar terus diberkahi. Lalu untuk Pasien-pasienku agar terus diberi kesehatan. Dan terakhir, untuk kita—"
1
"Aku berharap agar kita terus diberi kebahagiaan"
Cliche memang, Jakurai tahu. Tapi itu semua harapan yang tulus dari hatinya. Harapan yang ia harap Tuhan mendengar dan mengabulkannya.
Setelah jeda yang panjang. Jakurai kembali membuka mulutnya.
0
"Selamat Tahun baru, Amemura Ramuda."
Bunyi kembang Api memenuhi indra pendengaran. Kedua lelaki beda usia itu saling tatap-menatap.
Ramuda tertawa dalam hati. Dia dulu pernah bilang kalau dia paling anti dengan yang namanya Drama Cliche seperti ini. Tapi dia malah disuguhi dengan yang seperti ini.
Parahnya lagi, ada jantung yang berdebar-debar dengan tidak tahu malunya. Ramuda tersenyum tipis, kemudian sedikit mengadah.
"Hei, menunduk sedikit,"
"Hm?"
Jakurai menurut. Dia menunduk. Kemudian dengan tidak di duga-duga. Sebuah kecupan mendarat di bibirnya. Tidak lama, mungkin hanya 3 detik sebentarnya. Tapi rasa bibir itu sepertinya bisa berbekas selama berhari-hari.
Ramuda terkekeh melihat Jakurai yang terbengong. Meskipun wajahnya masih merah, dia cukup senang karena berhasil membeku kan Jakurai yang notebanenya adalah orang yang tidak dia sukai.
"Selamat Tahun baru juga, Jinguji Jakurai."
*FINN*
.
.
.
.
.
Glosarium:
[1] Joyanokane : Bel yang dibunyikan saat malam tahun baru sebanyak 108 kali, mewakilkan 108 dosa manusia.
[2] Setelah tanggal 4 : Liburan Tahun baru di Jepang selesai pada tanggal 3/4 (tergantung berapa hari dalam sebulan)
[3] Wagashi : Manisan tradisional Jepang
[4] Omisake : hari-hari sebelum malam tahun baru. Tanggal 29 atau 30, tergantung banyaknya hari dalam sebulan.
Note:
WAAA!!! AKHIRNYA SELESAI!!
I spent 5 days writing this. Akhirnya rampung juga hueee, ingin menangid bahagia rasanya (ಥ ͜ʖಥ)(ಥ ͜ʖಥ)
Ini pertama kalinya ku nulis Fanfic. Memang udah lama masuk ke fandom Hipumai, but i prefer read the fanfic rather than writing it. Jadi maaf kalau ada yang OOC, atau kekurangan lainnya. I'm new to these kind of thing, heuheu :"D
Lastly! Untuk yang aku beri hadiah ini untuk Event Secret Santa, i hope you liked this story. Karena aku gabisa gambar dan nyanyi, aku cuma confidence di menulis. Hehe. Semoga enjoy dengan ceritanya ya!
Have a nice Holiday Everyone!!
•Maya Andrea ★
23/12/2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top