Jatuh cinta
Tidak ada keraguan dari sorot matanya yang kelam, dia menunggu di dalam kegelapan dan keheningan yang memuakkan. Kulepas kaitan kancing kebayaku satu persatu. Suara siulan yang menggoda terdengar bersusulan dari bilik sel tahanan. Raden Mas Banyu ingin mempermalukanku di depan semua orang maka akan kuberikan dia kesempatan.
Kulepaskan kebaya yang kukenakan dan hanya menyisahkan kemben yang menjadi pelapisan akhir. Hawa dingin langsung menyergap tubuhku, memelukku dengan rasa sakit yang coba kutahan karena harga diri yang hilang, tapi dia tetap diam. Seperti belum cukup untuk membuatku malu. Dia tersenyum meremehkan. Tatapanku padanya tak kubiarkan terputus. Aku ingin dia melihat kesungguhanku mempertahankan kepercayaan dan kejujuran yang masih tersisa di antara kami berdua.
Mulai sekarang aku akan melakukan apa saja yang dia mau. Sepenuhnya aku telah menjadi orang yang berbeda. Aku ingin menjadi bagian dari hidup Banyu yang bebas, aku ingin menyeimbangi dunianya yang luas. Tidak terpaku pada aturan tradisi yang baku. Aku teringat malam-malam saat tubuhnya beraroma perempuan-perempuan yang bercinta dengannya. Raden Mas Banyu pernah berbagi ranjang yang sama dengan mereka semua, tapi denganku tidak.
Semakin mengingatnya, tekadku semakin kuat, saat aku hendak melepaskan kaitan kembenku yang terakhir, seseorang dari arah belakang mengibaskan jubah yang menutupi tubuhku seluruhnya. Aku terperanjat karena terkejut. Nyaliku tiba-tiba menjadi ciut. Bukan hanya aku tapi Raden Mas Banyu juga melihat ke arah orang itu. Perempuan berparas ayu berusaha melindungiku.
"Aku rasa kau sudah kehilangan kewarasan, Banyu. Bagaimana bisa kau mempermalukan istrimu seperti ini?"
Raden Mas Banyu mendengus kesal. "Kau bawa kuncinya?"
Perempuan itu melempar sesuatu ke arah suamiku dan Raden Mas Banyu menangkapnya cekatan. Dengan gerakan yang cepat dia bisa membuka pintu penjara tanpa kesulitan. Orang-orang yang masih terbelenggu dalam sel tahanan lain berteriak memanggil, memohon agar mereka juga dilepaskan, tapi baik Raden Mas Banyu dan perempuan itu tidak peduli.
"Kau juga sama gilanya. Jika dia meminta nyawamu, apa kau juga akan memberikannya dengan cuma-cuma? Semua orang punya jatah menjadi bodoh dalam hidup, tapi jangan kau pakai jatah itu semua hanya karena sedang jatuh cinta. Bukan cuma akan jadi bodoh, tapi kau juga akan jadi gila. Begitulah orang kalau sudah dimabuk asmara. Tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tapi kubicara seperti ini juga percuma. Kau dan dia tidak akan mendengarkan juga."
Perempuan itu menyerahkan pakaianku, aku memandang ke arah Raden Mas Banyu yang melewatiku begitu saja seperti tidak terjadi apa-apa, tanpa berpikir dua kali aku memakai pakaianku kembali. Terasa konyol memang, tapi aku tidak memiliki pilihan. Jika ingin mendapatkan posisi di dalam hidupnya, aku harus keluar dari jalur hidupku. Aku tidak bisa hanya diam menunggu orang berbicara tentang kebenaran, sedangkan kepercayaanku pada mereka telah hilang.
"Kita harus cepat, sebelum Abimanyu dan ayahku tau. Apa kau sengaja mengundangnya?"
"Dia datang sendiri."
"Oh bagus, itu artinya kalian memang tidak terpisahkan. Seperti Rama dan Shinta."
Perempuan itu menatap aku dan Raden Mas Banyu bergantian. Aku tau ucapannya bukan sebuah pujian melainkan sindiran. Raden Mas Banyu yang lebih dulu pergi mendahului kami menjadi tameng terdepan untuk melihat situasi. Aku berusaha tetap tenang dan tidak mengeluarkan pertanyaan sebelum kami benar-benar keluar dari penjara.
Meski terlihat sangat membahayakan, aku bersyukur ada seseorang yang membantu Raden Mas Banyu. Apa pun hubungan mereka, yang terpenting ada seseorang yang memihaknya. Kulihat para pengawal di pintu masuk sudah tergeletak tak sadarkan diri. Di dalam kegelapan malam yang muram. Aku mengikuti mereka dalam diam. Dengan mudahnya mereka menghindari prajurit yang berjaga pada pos-pos istana. Aku menebak-nebak siapakah perempuan yang berpakaian seperti laki-laki ini yang mengingatkanku pada penampilan Dahayu. Tapi aku tetap tidak menemukan jawabannya pastinya sampai kami berada di perbatasan antara istana dan hutan belantara. Raden Mas Banyu menghentikan langkah dan berbalik menatap kami secara bergantian.
"Kita berpisah di sini. Antar dia kembali ke kamarnya."
"Lalu apa rencanamu?"
"Akan aku pikirkan nanti."
Perempuan itu mengangguk sekali tapi aku bergerak lebih dulu mencegah Raden Mas Banyu meninggalkanku.
"Jangan tinggalkan saya sendiri," ucapku sungguh-sungguh.
"Ada baiknya saya membunuhmu."
Perempuan itu mendengus geli dan tertawa. "Monyetpun tau kau jatuh cinta padanya. Bagaimana caranya kau membunuhnya?"
Aku melihat perempuan itu dengan pandangan bertanya tapi dia hanya menggerakan pundaknya, tak peduli.
"Apa kalian akan terus begini? Belum terlambat untuk melarikan diri bersama-sama. Lagi pula aku jadi tidak punya alasan untuk melindunginya dari ayah atau Abimanyu meski aku tau mereka tidak akan menyakitinya."
"Dia milik Abimanyu, jika Abimanyu menginginkannya akan aku biarkan dia memilikinya."
"Ha? Kau rela dia dimiliki adikmu? Setelah melepas kesempatan menjadi raja, sekarang kau juga akan merelakan orang yang kau cinta? Kau benar-benar gila."
"Tutup mulutmu, Ambar. Sejak awal bukan ini kesepakatan kita."
Ambar? Aku memperhatikan wajah perempuan itu. Apa dia Ambar calon istri Raden Mas Banyu?
"Buang-buang waktu berbicara denganmu. Sudahlah. Aku yakin dia juga tidak ingin kembali ke dalam istana. Semua terserah padanya. Apa dia ingin ikut denganku atau denganmu."
Raden Mas Banyu kembali menatapku. Aku yang masih berusaha menetapkan hati untuk setia disisinya, berusaha tak bergerak meski seincipun. Ke mana pun dia pergi, aku harus ikut.
"Tapi apa kau pernah berpikir, Banyu? Bukankah jika kau menjadi raja semua akan lebih mudah kau genggam? Termasuk dia. Lagi pula dia sudah tau semuanya, rencanamu gagal total. Buat apa kau semakin memperumit? Bukankah dendammu tertuju pada ayahku?"
"Kau pikir ayahmu bodoh? Mungkin aku bisa mempercayaimu tapi tidak dengannya. Dia hanya ingin memperalatku untuk mendapatkan kekuasaan."
"Mau sampai kapan kau akan lari? Dengar, bukannya aku berharap bisa menikah denganmu, tapi pernahkah kau berpikir jika mempertahankan dia sebagai istrimu, kau akan lebih punya banyak dukungan?"
Perempuan bernama Ambar menghela napas. "Baiklah jika itu maumu, tapi kau jelas tau ayahku tidak akan melepaskanmu begitu saja, menurutku daripada kau membuang waktu untuk melarikan diri, lebih baik ikuti arusnya. Pertahankan dia. Siapa tau itu lebih menguntungkanmu. Aku yakin pendukung Sultan akan menjadi pendukungmu selama dia bisa merebut hati ayahnya. Bagaimanapun buruknya hubungan mendiang Permaisuri dan Sultan, mereka pernah saling jatuh cinta."
"Jika benar begitu, Permaisuri tidak akan pernah berselingkuh dengan ayahmu."
"Permaisuri memang tidak pernah berselingkuh dengan ayahku. Walau aku benci ayahku sendiri. Aku tau mereka tidak punya hubungan apa pun selain hanya persahabatan."
"Tidak ada persahabatan di antara laki-laki dan perempuan, Ambar."
"Ini cinta sepihak. Atas dasar apa kau akan terus keras kepala? Karena Permaisuri telah meninggal, jadi kau akan membalaskan dendam kepada anaknya? Dia bahkan tidak mengenal ibunya sendiri. Kau yang paling tau apa yang terjadi dua puluh satu tahun yang lalu. Kau yang menyelamatkannya dari kematian. Dan kau sekarang berkata akan membunuhnya? Aku lebih percaya suatu hari monyet bisa terbang daripada percaya kalau kau bisa melepaskan dia."
Raden Mas Banyu menatapku. "Bukankah alasanku cukup besar setiap kali melihat wajahnya. Dia sangat mirip seperti ibunya."
"Ya, ya, ya. Wajahmu dengan Abimanyu juga mirip, tapi apa kalian orang yang sama? Jelas berbeda. Saat ibumu dibunuh, dia bahkan baru saja lahir dan jangan terus membohongi diri, karena wajah itulah kau jatuh hati."
"Kau hanya percaya apa yang ingin kau percaya. Semua terserah padamu, Banyu. Tapi setelah ini aku tidak mau ikut campur, yang terpenting kau sudah membayar lunas jasaku. Sebelum fajar aku akan pergi. Kau hadapi sendiri akibatnya jika terus menentang takdirmu. Kau pikir setiap orang yang terlahir tidak membawa bebannya sendiri-sendiri? Pasti bukan tanpa maksud Dewa memilihmu menjadi raja selanjutnya. Pikirkan mendiang ibumu, cari cara membalaskan dendammu tanpa perlu mengorbankan orang yang kau cinta. Ayahku memang salah, aku tidak akan membelanya. Tapi sebagai teman lama, aku tidak ingin kau mengambil jalan yang salah."
"Bagaimana denganmu? Apa kau tidak takut ayahmu akan murka dan mengejarmu sampai ke ujung dunia karena menolak menikah denganku?"
"Aku yakin dia akan marah, tapi selama ada dia," Ambar melihat ke arahku saat kalimatnya menggantung, "Aku yakin, ayah lebih mudah melupakanku. Kalau tidak melihat sendiri bagaimana Sultan dan Permaisuri pernah saling jatuh hati, aku akan percaya gosip itu benar, bahwa permaisuri berselingkuh dengan ayahku, bahwa alasan Sultan ingin membunuh anaknya karena Sultan pikir, dia anak ayahku. Ya ampun, harusnya aku memang tidak terlahir ke dunia untuk menghadapi semua drama ini."
Sejujurnya aku tidak mengerti apa maksud Ambar. Perempuan itu menghilang lebih cepat daripada angin setelah mengatakan hal-hal yang tak kupahami. Mereka bertengkar di depanku seperti aku tidak ada di antara mereka. Semua makin terasa rumit. Kini yang tertinggal hanya aku dan Raden Mas Banyu yang saling menutup mulut. Raden Mas Banyu melangkah menjauhiku. Aku yang tidak ingin tertinggal mencoba memecah keheningan.
"Apa yang dikatakan Ambar itu benar? Bahwa Mas Banyu cinta pada saya?"
"Sepertinya cuma itu yang kau pikirkan."
"Mas Banyu hanya tinggal menjawabnya."
"Apa pentingnya?" Raden Mas Banyu berbalik melangkah mendekatiku. "Selama ini bagiku kau hanya anak dari pembunuh. Setiap kali mengingatnya, aku semakin merasa jijik padamu. Aku tidak akan pernah lupa apa yang dilakukan ibumu pada ibuku. Meski rencanaku gagal. Aku tetap tidak akan merubah tujuanku. Aku ingin kau menderita, Pembanyun."
Raden Mas Banyu berjalan meninggalkanku di tengah kegelapan malam, tapi aku terus mengikutinya masuk ke dalam hutan. Kugenggam erat-erat janji setiaku padanya yang sempat kendur karena keraguan. Jika aku boleh berharap meski hanya sedikit, aku meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatanku untuk menjadi bagian dari hidupnya. Masih ada kesempatan bagiku untuk menemukan kebenaran.
Walau sekarang aku hanya mampu memandangi punggungnya yang bergerak menjauhiku. Tak mengapa, untuk sekarang semua ini lebih dari cukup. Dia memang melukai harga diriku, tidak pernah menganggapku, meremehkanku, tapi bagaimanapun dia tetap suamiku. Rasa sakitnya adalah rasa sakitku. Lukanya adalah lukaku. Aku ingin hanya melihat ke arahnya. Hanya dia. Suamiku.
Saat aku melihat punggungnya semakin menjauh. Apa yang kukhawatirkan kembali muncul ke permukaan. Aku yakin dengan apa yang kini kulihat. Sekuat tenaga aku berlari mengejarnya. Jika memang aku adalah penyebab dari penderitaan dalam hidupnya. Jika yang benar-benar dia inginkan adalah membuatku menderita. Maka aku benar-benar akan membayarnya. Asalkan dia bisa bahagia. Asalkan dia bisa melepas semua penderitaan di dalam hidupnya. Aku akan mengorbankan segala yang kupunya.
Kuraih tangan Raden Mas Banyu. Kutarik tubuhnya dalam dekapanku. Hunusan anak panah itu menancap tepat di punggungku. Dia menatapku dengan pandangan terkejut tapi aku tersenyum padanya sebagai caraku menelan ketakutanku sendiri. Kekhawatiranku musnah seketika saat aku lihat dia baik-baik saja. Keinginannya terkabul.
Hunusan kedua membuatku tersentak. Aku mendekap tubuhnya lebih erat. Dada kami saling terikat. Aku harap mata anak panah itu tak melukainya. Tak ada yang boleh menyakitinya. Pada hunusan anak panah ketiga, rasa sakit sedikit demi sedikit datang. Rasa panasnya menyebar. Anehnya bukan kebahagiaan yang kulihat ada di sorot matanya. Dia meneriakan namaku dengan suara yang tercekat. Ketakutanku seperti menular padanya.
Bukankah ini yang dia mau? Bukankah melihatku menderita itu adalah harapannya? Kenapa aku justru menemukan hal yang berbeda ada di kedua manik matanya?
❤️❤️❤️
TAMAT
❤️❤️❤️
Hallo guys!!!!
Untuk Kisah Nyimas Senja sudah tamat ya. Mulai minggu depan kita ganti POV jadi beralih ke Kang Mas Banyu. Nanti aku update pake judul yang beda. Jadi besok kita ganti lapak.
Untuk minggu ini hanya update satu part yang berisi 2000 kata ya, setara dengan 2 part langsung. Jadwal update tetap sama, setiap akhir pekan. See you next week!!!
Jangan lupa terus vote cerita Senja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top