Yonggi

Jangan lupa untuk Vote yaa.


Eve.

Jalanan Seoul malam ini tidak begitu ramai, Eve dengan wajah kusutnya duduk di halte menunggu bis nya datang, kakinya di ayun-ayunkan kedepan dan kebelakang dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya. Matanya memejam menikmati, sampai dering panggilan masuk mengusik ketenangannya. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, senyumnya merekah dan bersemangat untuk mengangkatnya.

"Kau dimana sekarang Eve?" Eve masih tersenyum, kedua sudut bibirnya tertarik keatas begitu sempurna. Wajah kusutnya terganti dengan wajah manis. Tidak begitu sering kekasihnya ini berterus terang menanyakan perihal keberadaannya dan ini membuatnya senang bukan main.

"ah, ya Aku masih di halte Bis. Kenapa yonggi?" tanya Eve

"sudah makan?" wajahnya memanas sekarang.

Ingin teriak tapi malu, tapi rasanya ingin di luapkan. Kekasihnya mendadak manis bak gulali malam ini.

"sudah." jawab Eve singkat

"mau Aku jemput? Aku merindukanmu." sekarang stock udara mandadak menipis, ingin teriak. Yonggi manis sekali malam ini. Suka.

Bisnya datang, fikirannya mendadak dilema. Ingin bertemu Yonggi, berbohong sesekali tidak apa-apa Eve Batinnya.

"tentu, aku di halte depan kampus ku ya. Aku tunggu." Jawab Eve lembut,

"ingin Chesee burger sekalian?" Yonggi masih betah dengan panggilannya.

"tentu saja Pak Dokter."

"Baiklah, tunggu aku." Diakhiri panggilannya.

Menjalin hubungan dengan Yonggi tentu tidak selalu berjalan dengan mulus, hati nya harus kuat. Terlebih sikap Yonggi yang memang dingin. Tapi, entah kenapa rasanya begitu nyaman dan terlindungi jika bersama Yonggi sejak pertama kali bertemu di Kanada beberapa tahun lalu.

Tidak banyak bicara dan seperti kulkas berjalan, menjawab seadanya.

Beruntungnya Eve karna Yonggi adalah Dokter khusus keluarganya selama di Kanada, itu menjadikan peluang bagi Eve untuk meluluhkan hati Yonggi. Dirinya harus setiap hari menjadi gadis cerewet yang terus bertanya ini itu. Pertanyaan sederhana yang akan terus di tanyakan setiap hari. Kadang Eve tahu Yonggi akan bosan padanya dengan menanyakan kapan jadwal terapi dilakukan, jam berapa. Hal-hal sepele yang membuatnya ingin terus menempel pada Yonggi.

Usaha yang terus di lakukan Eve tidak sia-sia.

Pada akhirnya jatuh kepelukan Eve. Dan itu membuatnya bahagia sampai sekarang. Cintanya hanya untuk Yonggi.

Kebahagiannya lengkap, Yonggi ada disisinya itu cukup. Tidak kurang tidak lebih.

Kebahagiaannya adalah Yonggi.

--

Jimin.

"Pak, akan ada pertemuan kolega sore ini, dan untuk besok selebihnya tidak ada jadwal." Hyeri, sekertaris baru Jimin menggantikan Taehyung yang izin cuti karna harus menuruti permintaan Taekwon, bocah kecil menggemaskan untuk berlibur ke Daegu beberapa minggu.

Bagaimana bisa Jimin menolak permintaan keponakannya itu, menggemaskan sekali. Beberapa kali berkunjung kerumah Taehyung dan Jea, keluarga kecil itu sedang sibuk dengan bayi manisnya yang baru berumur 4 bulan. Dan Jimin akan dengan senang hati menculik Taekwon untuk di ajaknya jalan-jalan untuk meringankan pekerjaan sahabatnya, Ayah dua anak itu.

Mungkin, Anaknya juga sebesar Taekwon sekarang, merengek meminta di belikan mainan dan merecoki setiap pagi Jimin. Mencium pipi gembulnnya dan menggendongnya kemanapun. Pasti menyenangkan. Membayangkannya membuatnya perih.

"baiklah" jawab Jimin

Setelah pertemuan dengan kolega Jimin hanya ingin pulang keapatementnya dan istirahat. Jam menunjukan pukul 10 malam dan rasanya ingin cepat-cepat sampai.

Lelah.

Memberentikan mobilnya tepat lampu merah Jimin melihat sosok yang begitu di kenalnya berjalan dengan seorang pria disampingnya tersenyum bahagia dengan kurva bibir yang tertarik sempurna, sesekali merapikan anak rambut dan mengusap rambut sang gadis. Melewati mobilnya, hatinya mendadak nyeri. Ingin gadisnya bahagia tanpanya tapi Jimin tidak rela. Ingin marah.

Terlambat, bahkan di saat ingin melangkah maju satu langkah. Sudah di patahkan.

Kenapa semuanya tidak pernah berjalan dengan lancar.

Jimin muak dengan takdir yang mempermainkannya dengan begitu apik, membuatnya pilu dan terlihat bodoh. Kebahagiannya hanya lelucon.

Menancap gas dan melajukan mobilnya kesetanan, hatinya sesak.

---

Entah sudah berapa botol vodka yang di tenggak Jimin, matanya memerah.

Melempar botol hingga pecahannya berserak dilantai, kepalanya serasa ingin pecah. Apa tidak ada bahagia untuk dirinya.

"Eve, apa tidak ada kesempatan untukku mencoba sekali lagi?"

"Kenapa mencintaimu sesulit ini, seharusnya aku bahagia melihatmu bahagia dengan yang lain. Tapi, kenapa bisa menjadi seperih ini," Terduduk dengan perasaan begitu kalut,

Hidup Jimin seluruhnya adalah Eve.

"Aku akan berjuang kembali Ev."

---

Pagi ini suasana hati Eve sedang bagus-bagusnya, setelah kemarin menghabiskan hari dengan Yonggi kini efeknya masih terasa. Melakukan kencan manis dengan beberapa kecupan manis di pipi, membayangkannya saja sudah membuat hatinya kembali berdebar.

Kembali ke aktivitas kampusnya, bergelut dengan berbagai macam laporan yang harus di revisi tetapi Eve mengerjakannya tentu dengan semangat. Kemarin sudah di charge dengan berbagai hal manis.

"Hera, sudah mendapat tempat magang?" tanya Eve

"belum. Kau?"

"belum juga." Bibirnya mengerucut,

Memikirkan untuk bermagang di tempat mana untuk semester yang akan datang, Eve tidak ingin di Perusahaan Ayahnya. Akan tidak nyaman baginya. Sudah mengirim ke beberapa perusahaan tetapi masih belum dapat jawaban.

"Eve, bagaimana jika kita meminta rekomendasi dosen untuk tempat magang." Hera,

Kenapa tidak terfikir olehnya sedari jauh-jauh hari. Mengangguk setuju dengan ide Hera. Dua gadis itu bergegas untuk ke ruangan Dosen.

--

Kaki jenjangnya melangkah keluar Mobil, hari ini Eve akan melakukan Interview untuk menjadi pemagang setelah lulus di tahap ujian tertulis. Dosennya merekomendasikan beberapa Perusahaan bagus beberapa minggu yang lalu.

"Jangan gugup, Kau pasti bisa Eve." Kata Yonggi dari dalam mobilnya.

"Doakan Aku agar berjalan dengan lancar." Jawab Eve

"Kau kan cerewet, pasti bisa menjawab dengan lancar iya kan?" goda Yonggi, senyum gummy nya terkembang melihat kerucutan bibir kekasihnya.

"Baik,baik Aku doakan semoga kau lulus. Hwaiting!" semangat Yonggi

Eve tersenyum dan melambaikan tangan ke Yonggi, kekasihnya akhir-akhirnya begitu manis.

--

Setelah setengah jam di dalam ruang interview, akhirnya Eve bisa bernafas lega. Beberapa pertanyaan dijawabnya dengan lancar dan sangat yakin akan lolos di tahap ini.

Ingin segera pulang dan merebahkan diri setelah bekerja keras interview tadi, Eve melangkahkan kakinya keluar gedung Perusahaan. Langkahnya terhenti di Lobby melihat Park Jimin melangkahkan kaki dengan angkuhnya dan orang di lewatinya membungkuk hormat.

Dalam fikirannya, siapa Park Jimin ini sebernarnya.

Terkejut, Matanya bersibobrok dan dengan tatapan mengintimidasi Jimin, melewati Eve dengan begitu Pongah. Dia ingin menunjukan kuasanya. Semua Harus tunduk dengannya.

"Selamat datang Eve, Dan aku tidak akanmelepaskanmu kali ini. Kau milikku." Batin Jimin



regards.

-Blue-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top