There something About Us.

Eve.

"Jimin.. Jimin, bagaimana jika kita di rumah saja akhir pekan ini?" ucap gadis itu dengan gaya khas berbinar binar matanya membujuk sang Kekasih agar menuruti permintaannya. Matanya melurus kearah mata Jimin dan mendekatkan wajahnya sambil memperlihatkan senyum manis dan dibalas tatapan heran Jimin dan tentu saja di akhiri dengan Jimin mengusap lembut kepala Eve dan menyatukan hidung mereka dan mengusap lembut pipi gadisnya.

Jimin masih setia mendengarkan ocehan-ocehan yang keluar dari mulur Eve, pasalnya dia sangat menyukai saat Eve cerewet seperti ini. Mengusap anak rambut gadisnya yang sekarang memeluknya dengan erat jangan lupa senyum manis dengan lesung pipi menawannya.

"Baik, baik kita akan dirumah saja. Tapi bukannya Kau ingin jalan-jalan kemarin, Hm?"

"kenapa berubah fikiran?"kata Jimin

"Sebenarnya ingin, tapi aku tidak bisa" katanya, wajahnya cemberut.

"Hm.. ada apa?" jimin bertanya

"Tidak Jim, tidak ada apa-apa"

"Jimin, Jimin...!!" teriakku bangun dengan terkejut, melihat seisi kelas menatap bingung.

Astaga astaga bodoh sekali kau Eve memalukan sekali, batinnya

"Maaf, maaf" Eve menundukan kepala sambil bercicit dan menutupi wajahnya dengan tas. kenapa mimpinya aneh sekali dan siapa itu Jimin. Siapa pria itu dan kenapa aku langsung lupa wajahnya tadi itu di mimpi.

Ah, sial. Dasar mimpi sialan.

Aku beranjak dari kelasku menuju kantin, mencari Haejin untuk di ajak membeli burger atau pergi kemana sajalah. Setelah menghubungi Haejin dan memberitahu dia di restoran cepat saji dekat kampus.

Haejin melambaikan tanganya menyuruhku untuk duduk di mejanya. Gadis berambut pendek itu sedang mengunyah Burgernya.

"Kenapa kusut sekali?"tanya nya dengan pipi mengembung karna Burgernya memenuhi mulut.

"Entahlah akhir-akhir ini aku sering bermimpi tidak jelas dan mungkin berhalusinasi akupun tidak tahu."jelasku

Mimpi itu seperti berkelanjutan tapi muaknya Aku sendiri tidak tau yang di mimpiku itu aku atau bukan, gadis berambut panjang dan terus tersenyum manis dengan lesung pipi. Tapi jika di fikir lagi mirip sekali tapi jika terus di fikir aku tidak pernah punya rambut sepanjang itu.

"Hei, kau terlalu banyak melamun" kata Haejin

---

Jimin.

Mencintai bagi seseorang kadang memiliki arti mendalam, mencintai dan dicintai. Kau akan setengah mati bahagia jika orang yang kau cintai hidup sehat bahagia, bahkan hanya dengan melihat dari jauh. Tersenyum bahagia dan membuat hatimu merambat hangat.

Itulah yang Aku rasakan.

Diam-diam mencari tahu kabar Eve, walau dari pihak keluarga kami sudah memutus hubungan atas kejadian pahit di masalalu. Aku mencoba sekuat hati menerima keadaan. Kacau hancur sejadi-jadinya. Jika di ibaratkan rasanya sudah hancur berkeping-keping.

"Jim, sampai kapan kau akan terus menatapnya dari sini dan menjadi pengecut setelah menemukannya sampai di korea dan terapinya berhasil." Taehyung selalu memberitahuku tentang apa yang di alami Eve selama menjalani terapi, hanya 2 minggu yang awalnya di tangani oleh Ayah Taehyung sampai keluarga Eve mengambil alih dan membawanya keluar Korea untuk penanganan yang lebih intensif.

Dan setelah itu aku tidak pernah melihat Eve barang sekalipun.

Tapi sekarang yang aku lakukan hanya diam,

Hanya melihat Eve dari dalam mobil. Melihatnya duduk di salah satu restoran cepat saji bersama temannya mungkin; Mengoceh lalu sesekali tertawa, Aku ikut larut melihat Eve. Cantik, gadisku cantik sekali dengan rambut sebahu.

Sebenarnya ide Taehyung mengajakku makan siang di luar, tidak menyangka akan bertemu Eve lagi hari ini. Apa memang takdir senang mempermainkanku seperti ini?

"ayo keluar aku tidak tahan perutku keroncongan dari tadi, ingin sekali aku makan burger dengan soda. Jim, ayo." Aku menoleh dan mengikuti Taehyung untuk masuk.

Melihat-lihat apakah ada kursi kosong untuk di tempati, dan memilih untuk duduk agak jauh dari Eve di pojok sana. Melewati kursi Eve dan menuju sudut restoran.

"disini Tae." Aku melambaikan tangan pada Taehyung yang membawa nampan berisi burger dan cup soda.

"bisa bantu aku Jim, kemari sebentar." Teriak Taehyung

Aku berdiri dan menghampiri Taehyung yang memang sulit untuk membawa dua nampan sekaligus. Saat akan kembali ke tempat awal-

"maaf, tadi apakah kau menyebut nama Jimin?" gadis ini berdiri persis di depanku dan menghalangi jalanku untuk kembali ke tempat semula. Terkejut, tentu saja aku tidak menyangka Eve akan mengenaliku.

"Jimin siapa maksudmu nona?"Tanya Taehyung

"Aku hanya bertanya, apakah salah satu kalian ada yang bernama Jimin." Ucap Eve

"Ya, Aku Jimin. Park jimin" menjawab dengan tegas dan menatap tajam ke arah Eve seolah ingin menunjukan mereka adalah dua orang asing, tidak saling mengenal. Taehyung terjekut dan menyenggol lengan Jimin.

"apa kau mengenalku, atau kita punya hubungan tertentu?" Eve memberanikan diri untuk bertanya. Lancang memang bertanya kepada pemuda asing yang membuatnya penasaran setengah mati setelah tahu bernama Jimin. Siapa itu Jimin,apa hubungannya dan mengapa pas sekali situasinya. Jimin, jimin, jimin. Rasanya kepalanya mau pecah hanya nama itu yang terus melintas di kepalanya.

"Nona, aku tidak mengenalmu dan tolong menjauh dari hadapanku. Di mengerti?" berjalan dengan pongahnya melewati gadis yang jelas-jelas menatapnya penuh tanya. Tidak percaya.

Satu hal, Jimin hanya tidak ingin hadir kembali dan mengoyak luka yang sudah tertutup rapat.

---

Eve.

Terduduk dan rasanya kenapa sakit sekali, jelas-jelas tidak ada hubungan apapun, tapi kenapa Eve begitu yakin jika ada sesuatu di antara mereka. Hatinya perih, terhantam fakta yang bukan membuatnya lega tapi malah semakin penasaran. Seharusnya dia mengingat wajah Jimin seperti apa yang ada mimpi sialannya itu. Brengsek sekali.

Kepala nya seakan memutar kembali adegan didalam mimpinya dengan bayangan kabur,seseorang yang mirip dengannya berlari dan memanggil nama Jimin.

"sial, Aku bisa gila jika seperti ini terus."

"Eve tunggu aku, astaga gadis licik itu" Haejin yang melihat kejadian tadi tidak menyangka temannya akan selancang itu bertanya keorang asing. Dia hanya tau akhir-akhir ini gadis itu sedang di hantui mimpi aneh tentang seseorang tapi tidak sampai separah ini. Bahkan dia tidak tahu wajah Jimin yang bagaimana yang ada di mimpi Eve. Gadis bodoh itu merepotkan. Sialan, Burgerku sia-sia di dalam sana.

Musim gugur sebentar lagi berakhir Aku tidak menyukai musim dingin yang sebentar lagi datang. Semua akan menjadi merepotkan, Aku akan sering flu seperti tahun-tahun lalu. Dan itu rasanya sangat merepotkan. Tidak suka.

Masih terbayang kejadian beberapa saat lalu, saat Aku menanyai orang yang kusangka itu Jimin yang ada di mimpiku. Itu hanya spontan dan sial kenapa dia jadi marah-marah seperti itu. Double sialnya Aku mempermalukan diri sendiri disana. Bodoh.

Tapi, serius Aku hanya mengikuti kata hati dan sisanya rasa nekat untuk bertanya tadi. Aku masih ingat tatapannya itu. Menakutkan sekali.

Nama dan wajahnya akan ku ingat sampai Aku mati, bagaimana bisa dia berkata sarkas seperti itu. Aku akan membalaskan dendamku, awas saja Aku akan mencari tahu siapa kau Park Jimin.

"Huh, rasanya Aku ingin terbang saja kelangit."

---

"Jim, praktek ini belum ada yang berhasil dan akhirnya belum tentu memuaskan. Tidak bisa aplikasikan begitu saja. Melihat Eve saat ini kondisinya tidak sangat stabil, kita tidak bisa memaksakan begitu saja." Jelas Pak Park, Ayah jimin.

"Tapi Ayah, aku tidak bisa melihat Eve terus menerus seperti ini. Hatiku rasanya perih." Air matanya tidak bisa lagi di bendung dan tumpah begitu saja di hadapan sang Ayah. Menolak dengan apa yang Jimin rencanakan untuk Eve.

"Walaupun Ayah Taehyung mampu tidak berarti semuanya akan berjalan baik, apalagi ini sangan beresiko."lagi, Ayahnya mencoba menyakinkan.

"tidak Ayah, Aku akan tetap melakukannya." Tekad bulat dan mengusap air matanya, berjala keluar dari kediaman rumah Park. Tekadnya sudah bulat dan Dia yakin Eve akan sembuh dan hidup dengan normal.

Aku melihat keluar jendela dengan tatapan kosong, memikirkan tidak mungkin Eve gagal menjalani terapi, buktinya dia tidak mengenali Jimin saat pertama kali bertemu. Dan kenapa anehnya beberapa saat yang lalu mengapa secara tiba-tiba dia menanyakan perihal tentangku.

Kepalanya berdenyut memikirkan cara untuk tidak bertemu Eve kembali, menghindar adalah prioritasnya saat ini. Menjauh dari Eve dan biarkan Eve hidup dengan normal tanpa mengetahui kejadian pahit di masa lalu.

Mencintai itu bukan perkara kau ada di sisinya atau tidak, mencintai itu adalah cara bagaimana kau bisa yakin untuk membuatnya bahagia bahkan dengan atau tidak kau disisinya. Kau bisa berkata kau mencintainya setiap saat untuk sekedar melihat senyum malu dan merah merona dipipinya. Tapi, hal yang paling membahagiakan saat kau mencintai seseorang dalam diam yaitu kau menjaganya dengan dia tahu atau tidak kau selalu ada untuk nya.

"Aku memang bukan orang yang tepat Eve, seharusnya Aku tidak mengajakmu menikah saat itu. kau mungkin tidak akan mengalami hal itu."

"Aku bersumpah, akan menjagamu dengan seluruh hidupku."

Jimin meletakan testpack Eve yang masih dia simpan sampai saat ini.

"Nak, doakan Ayah agar rencana kali ini benar-benar berhasil." 







Your -Blue-

Peluk cium dari Jimin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top