Sweet Talk
Reccomend song : Sad Fate by Park hye soo
2 Tahun kemudian..
Eve.
Aku berlari menuju ruang kelasku, Aku tidak ingin nasibku berujung seperti minggu lalu yang di keluarkan dari kelas. Dosen itu benar-benar tepat waktu sekali. Menjadi mahasiswa tingkat akhir benar-benar membuatku frustasi ingin segera lulus. Tugas yang semakin menumpuk, laporan yang harus di selesaikan segera. Kadang deadlinenya tidak main-main, muak sekali rasanya. Ingin cepat lulus tapi kadang Akunya malas. Tahu begini aku tidak usah melanjutkan ke Universitas aja lebih baik berkeliling ke tempat-tempat menyenangkan dan memotret sesuka hati.
Membayangkannnya saja sudah membuatku mati kegirangan.
Menjelajah satu persatu object dan memotretnya, bersama angin sejuk atau bahkan di musim panas sekalipun asal bersama kamera ku akan sangat menyenangkan.
Tidak tidak....setidaknya wanita harus punya satu title agar tidak di remehkan, Jangan berfikir seperti itu Eve. Hilangkan-hilangkan tidak boleh mengeluh lagi. Pikirkan realitanya Eve.
Kadang hati dan otak memang tidak berjalan bersama. Kadang berfikir seperti ini tapi kadang juga tidak sejalan.
Aku melirik jam di lengan kiriku dan 5 menit lagi kelas benar-benar akan di mulai. Aku memacu langkah lebih cepat, kenapa sih harus kelas di ujung sana kan jauh sekali dari lift harus berjalan lagi.
"Aduhh.."
"Bagaimana sih, kalau jalan tuh lihat pakai mata Aku sedang terburu-buru tau dan jika terlambat mau tanggung jawab?" cerocosku sambil mengambil bukuku yang berserak di lantai. Kesal sekali rasanya ingin marah-marah.
"Maaf, Aku tidak sengaja Kau tidak apa-apa?"sedikit tertegun melihat Eve. Terdiam sebentar.
"Ah.. Aku tidak apa-apa." jawabku tergagap
Sepertinya aku mengenal pria ini tapi dimana, aku sering melihatnya. Rasanya kami begitu dekat. Tapi bagaimana mungkin, tidak mungkin.
Tapi kenapa dia melihatku seperti itu, tatapannya kenapa dalam sekali padaku, memangnya wajahku aneh yaa, atau bagaimana.
"Ahjussi? Hello? Kau baik-baik saja?"tanyaku, matanya masih terpaku padaku
Dia meggaruk tengkuknya dan terlihat malu saat ku tanya, Dia itu kenapa. Aneh sekali tapi kenapa jadinya manis sekali, menggemaskan sekali. Rasanya aku ingin teriak saja. Manis sekali, tampan.
Aku melihatnya kembali.
"Tentu Aku baik-baik saja Nona, maaf menabrakmu tadi." jawabnya di selingi senyum dan membenarkan sedikit letak rambutnya. Dilihat dari jarak seperti ini saja manis sekali astaga, Ahjussi ini umurnya berapa ya. Apa dia sudah mempunyai istri. Kataku dalam hati.
"Baiklah Nona Aku permisi dan Aku minta maaf sekali lagi."ujarnya membungkuk sopan. Aku membalas sopan dan teringat jika Aku harus ke kelas dan berlari berharap Dosenku tidak masuk karna bisa dipastikan jika dia masuk aku akan diusir untuk kedua kalinya.
---
Jimin tidak menyangka akan bertemu gadis itu secepat ini dengan waktu yang bahkan tidak dapat di prediksinya, selama ini dia sangat menghindari hal-hal yang terkait gadis itu. Jimin berusaha setengah mati agar tidak berkemungkinan bertemu dengannya.
Tapi sepertinya takdir berkata lain, pasti cepat atau lambat akan bertemu. Hatinya merambat hangat melihat Eve, ada perasaan senang tidak bisa di jabarkan. Rasanya ingin teriak sekencang mungkin melihat gadisnya hidup normal kembali.
Gadisnya masih sama dengan aroma vanilla yang begitu manis menyeruak ke indra penciumannya. Aroma tidak berubah sama sekali.
Ah gadisnya, rasanya Jimin ingin tak pantas lagi menyebut Eve sebagai gadisnya.
"Jim, cepatlah." Jimin berjalan cepat, temannya Taehyung sudah mengeluh karna dia terlalu lama di kampus ini. Ada beberapa kesepakatan yang harus di bicarakan dengan Ketua yayasan. Jimin selaku Direktur di perusahaan dan yayasan ini di bawah naungannya jadi dia harus menangani masalah ini. Tapi Jimin kenapa tidak mengetahui jika Eve berkuliah disini.
"Kenapa lama sekali, Kau tau kita harus segera ke kantor ada rapat Investor." Taehyung mengoceh.
Jimin masih diam dan masih terbayang wajah Eve yang mengomel seperti tadi, menggemaskan sekali wajahnya. Tidak bertemu dengannya beberapa tahun rindunya tiba-tiba membuncah di level teratas. Rambutnya sekarang dibiarkan sebahu tergerai indah begitu saja.
Jimin Jatuh cinta lagi pada Eve untuk kesekian kalinya...
Dadanya membuncah seketika,
"Jim Kau baik-baik saja kenapa senyum senyum begitu. Kok aku jadi merinding ya." cerocos Kim dengan tatapan heran, Taehyung berfikir apakah Jimin diikuti hantu atau bagaimana, tingkahnya aneh.
Jimin melihatnya tajam, tidak tahu orang lagi bahagia ya. Dasar perusak mood saja Kim Taehyung itu. kenapa juga aku harus ajak dia, cerewet sekali. Seperti nenek-nenek, batin jimin. Masih menatap tajam.
"Hei apa kenapa melihat ku seperti itu?" Taehyung meninggikan suaranya tidak terima temannya melihat tajam memangnya salah apa dia.
"Berisik Tae, Ayo berangkat." Titah Jimin dan diangguk pasrah oleh Taehyung
------
Akhir-akhir ini Jimin sangat sibuk mengingat banyak rapat yang harus di hadiri dan segudang laporan yang harus dia baca dan tanda tangani. Setidaknya melihat Eve hari ini membuatnya bahagia luar biasa, tidak lagi harus melihat bingkai foto di meja kerjanya.
Foto berdua mereka tersenyum melihat kamera, Eve dengan lesung pipi dan wajah manisnya selalu membuat Jimin tersenyum sendiri. Tapi terkadang melihat Eve seketika percikan memori masa lalu selalu membuat dadanya sesak.
"Aku merindukan mu Eve, bahkan hari ini saat semesta mempertemukan kita Pun, Aku tidak bisa memelukmu dan berkata merindukanmu. Pengecut sekali Aku ini."
Jimin termangu di meja kerjanya dan mengusap bingkai foto mereka berdua, melihat dengan begitu dalam. Teringat kenangan dimana saat dia bisa memeluk Eve sesuka hatinya, mencium sesukanya atau bahkan menghabiskan waktu sepanjang hari hanya dengan Eve saja. Jimin merindukan masa-masa itu.
Beberapa tahun belakang, Jimin kacau sekali. Hidupnya benar-benar berantakan.
Dia juga tidak bisa membayangkan hidup Eve seperti apa akhirnya, Dia sangat mencintai Eve. Sangat mencintainya. Sampai akhirnya dia sadar Eve harus hidup normal dan tidak perlu mengingat apapun yang menyakitkan.
Memori mengerikan harus dihilangkan bagaimanapun caranya, gadisnya harus bahagia dengan atau tanpanya. Pikirnya saat itu.
Ingin rasanya dia menghilang dari dunia ini, saat melihat Eve. Bahagia dan rasa perih menyakitkan merambat naik dan menusuk begitu dalam sampai dia begitu sesak, dan rasanya ini semua salahnya, seharusnya dia yang di hukum. Bukan gadisnya yang tidak mengetahui apapun, gadisnya tidak salah apapun untuk menanggung penderitaan seumur hidupnya.
Masih termenung membawa ingatan-ingatan dahulu, bagaimana dia dengan begitu cerobohnya, seharusnya dia segera pulang saat itu juga tanpa menunggu hari esok. Harusnya begitu.
Hatinya mendadak sesak..
Gadisnya sekarang begitu cantik dan hidup dengan normal dan itu seharusnya membuatmu cukup bahagia Jim, jangan sampai kehilangan untuk kedua kalinya. Kalimat itu yang terus diucapkan jimin yang terus diulang sampai dirinya merasa lebih baik.
"Aku merindukanmu Eve."
"Sangat."
"Dan tentu saja bayi kita."
Regards
-Blue-
Akhirnyaaaa.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top