First Love

Park Corp. tengah mengembangkan produk dengan daya saing yang benar-benar menunjukan kuasanya. Park Corp, merupakan salah satu pengembang dengan indrustri profit dan non-profit terbesar di Korea. Mempunyai Brand dan Merk yang sudah menjelajahi dunia. Tidak heran keluarga Park tidak akan Jatuh miskin, terlebih setelah pewaris selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak perlu di ragukan. Kharismanya tentu jangan di pertanyakan.

Park Jimin pewaris dengan ribuan pesonanya dan sisi gelap kehidupannya yang tidak pernah terungkap. Duda kaya raya, siapa yang tidak tertarik.

Hari ini merupakan Rapat penting dengan perusahaan asing dan tentu tidak boleh ada celah. Tender hari ini mutlak harus di menanginya, Ambisi kuat seorang Park Jimin.

"baik, kita tanda tangani."satu senyum kemenangan terkembang dari bibirnya.

Setelah tanda tangan lalu berjabat tangan sebagai tanda persetujuan tentang pengembangan Ilmu Kedokteran yang harus semakin maju.

"Good Job Mr. Park. We believe Our project will succes." Ujar Marco, Ceo salah satu rekan bisnis Jimin.

Tersenyum pongah di depan anggota rapat, Umurnya memang masih di bawah orang-orang yang ada disini. Tapi itu tidak menjadikan Jimin di pandang rendah disini. Dirinya harus menjadi yang terkuasa.

Setelah selesai rapat, Jimin berjalan menuju ruangannya. Jalannya bak model papan atas setiap orang menunduk hormat.

"apa jadwalku selanjutnya?" tanya Jimin kepada sekretaris barunya, Hyeri.

"Menandatangi berkas terkait persetujuan interview di salah satu stasiu TV Pak, dan acara makan malam resmi dengan kolega Perusahaan cabang kita di Jepang." Jawab Hyeri

"Baiklah kalau begitu, Kau boleh kembali ke mejamu."kata Jimin

Setelah memasuki ruangannya, Jimin teringat jika Eve akan mulai bekerja sebagai pemagang di perusahaannya. Ide terlintas di kepalanya. Apapun yang terjadi Eve harus kembali menjadi miliknya. Persetan dengan masa lalu.

Duduk di kursi kebanggaannya dan di meja terpampang nama Park Jimin serta jabatannya yang menegaskan kuasanya di Park Corp.

Menekan nomor 1 di telpon kantornya yang terhubung langsung dengan sekretarisnya. Jimin meminta untuk membawakan formulir pemagang ke mejanya.

Hyeri masuk dengan setumpuk berkas file pemagang yang telah lolos untuk magang di Park Corp.

"ini berkas yang bapak minta."kata Hyeri

"Letakan di situ." Jawab Jimin singkat sambil melihat berkas dan menemukan Eve disana. Terima kasih kepada Tuhan sejauh ini karna telah mendukungnya saat ini.

"kali ini yang lolos hanya Ainsley Eve, kau bisa menghubunginya dan besok dia mulai bekerja."

"baik pak."

Senyumnya terkembang.

Eve menjadi satu-satunya yang ingin Jimin loloskan, ada rencana besar di kepalanya untuk membuat keadaan menjadi sesuai keinginannya. Kali ini tidak boleh gagal, dia akan berjuang untuk kebahagiannya dan memberitahu Eve semuanya, kebodohannya semua yang terjadi 2 tahun kebelakang.

--

"Yonggi, apa kau menyayangiku?" Yonggi terkejut mendengar itu dari mulut Eve, sangat tiba-tiba dan ada yang aneh. Dia paham betul sikap gadisnya belakangan ini mulai aneh dan sering gelisah.

"kenapa tiba-tiba bertanya?"

"jawab saja." Suasana menjadi tidak mengenakan, seharusnya ini menjadi kencan paling manis. Yonggi sudah membuat rencana dengan membawa stroberi kesukaan kekasihnya itu.

"tentu saja aku menyayangimu, kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Yonggi

"tidak, aku hanya bertanya saja." Jawab Eve

Eve masih tidak mengerti akhir-akhir ini sekelebat ingatan itu terus muncul dengan Jimin yang terus terlibat. Dia tidak melihat Yonggi disana, kekasihnya tidak muncul disana. Dia yakin itu ingatan masa lalunya dan sangat yakin ada hal yang ditutupi.

Mencoba mengingat tapi akhirnya malah membuat kepalanya pening bukan kepalang, seolah sudah di hapus dan sulit untuk menyambungkan semuanya. Hanya beberapa potong, dia tidak yakin kenapa Jimin selalu muncul diingatan nya itu.

"hei, kau melamun?" Yonggi yakin ada hal yang tidak beres dan dia takut hal yang ada di fikirannya benar. Yonggi tidak ingin Eve membencinya.

"Eve kau baik-baik saja? Apa kita pulang saja?" pertanyaan beruntun membuat Eve melihat Yonggi dengan tatapan tulus.

Eve begitu menyayangi lelakinya satu ini tapi kenapa ada yang berbeda, rasanya pada dirinya sendiri. Seperti ada yang salah.

"tidak apa-apa aku baik yonggii." Dengan suara mengayun dan diakhiri senyum manis Eve menyakinkan bahwa dia baik-baik saja dan dia ingin melupakan ingatan-ingatan itu.

Dia sudah punya yonggi dihidupnya, dan itu sudah cukup.

"baiklah." Yonggi membawa Eve kepelukannya dan mengusap rambut gadisnya. Sungguh dia tidak ingin kehilangan Eve.

"Ayo, aku lapar ingin makan cheesse burger."

Yonggi tersenyum manis melihat Eve, menjawil hidung sang kekasih dan mengecupnya.

Harum sekali.

"Baik ayo kita cari cheesse burgermu itu."

Selagi libur Eve harus memanfaatkan waktu ini untuk melepas rindu, jarang sekali yonggi mendapat libur dan waktunya pas sekali, akhir pekan.

Sesampainya di restoran cepat saji, Eve menunggu Yonggi mengantri dan mencari tempat duduk. Tepat di sudut, favoritnya.

Eve duduk melihat Yonggi mengantri, kejadian biasa namun manis. Yonggi yang dia kenal dulu dengan sekarang jauh berbeda, yonggi menunjukkan sisi yang berbeda.

Menoleh dan mencari Eve, senyumnya ikut terkembang melihat Yonggi tersenyum padanya.

--

Jimin masuk dan mengantri, restoran cepat saji begitu ramai di akhir pekan. Setelah selesai dan mencari tempat duduk .

"Hei.. Bung hati-hati." Ucapnya

Baju nya hampir ketumpahan cola jika tidak menahan nampan, tapi lebih terkejut dengan orang yang menabraknya.

"Ah, Aku minta maaf. Kau tidak apa-apa?"

"tidak, tidak."

"kau mencari tempat duduk? Sebagai permintaan maaf ayo kita duduk bersama, ada kursi kosong disana." Ujar Yonggi

"Ah, tentu. Terima kasih."

Keduanya berjalan dan sampai di depan Eve, Jimin sudah menduga.

"Oh kenalkan, Aku Yonggi dan ini kekasihku Eve." Kata yonggi

Eve melihat Jimin dan sebenarnya dia penasaran kenapa Jimin ini yang ada di ingatannya dan tentunya Eve baru bertemu beberapa kali dan tidak mungkin apa yang di fikirannya terjadi.

" Aku Jimin."

"apa aku tidak menggangu kalian? Sepertinya kalian sedang berkencan." Kata Jimin,

"tentu tidak, iyakan Eve?" Eve mengangguk santai.

"meja di sana penuh pasti kau tidak kebagian tempat duduk." Ujar Yonggi.

Jimin mengangguk dan melihat Eve sesekali, gadisnya masih sama. Memesan double Cheesse.

Senang sekaligus sesak. Cinta pertamanya duduk di hadapannya dan tidak mengenalnya sama sekali.











lama banget ini engga up ya, aduhh.

EHEHEEHEHEH HAI!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top