A Pieces of dark Memories
Lee hyun- You are here
Kenangan bagi sebagian orang seperti tape yang bisa di putar, mengingat kembali peristiwa-peristiwa menyenangkan atau menyakitkan di masa lalu. Kadang Kau bisa tersenyum ketika mengingatnya atau bahkan bisa tertawa ketika berbagi kenangan dengan orang yang yang cintai. Sisi buruknya ketika kenangan buruk datang menyusup ke otakmu mengirim perasaan pahit yang menusuk hati Kau hanya bisa tersenyum pahit atau bahkan menangis pilu mengingatnya.
"Jim, Kau harus makan sudah seharian ini Kau tidak menyentuh apapun" Kim Taehyung laki-laki berkulit Tan membawa sekantung makanan cepat saji, memberikannya kepada sahabatnya yang satu itu. Taehyung sebenarnya tidak tega melihat Jimin seperti ini. Melihat keadaannya hati nya tertegun iba.
"Biarkan saja disitu Tae, Terima kasih" masih pilu tidak selera untuk memasukan makanan ke perutnya dan memandang gadis yang dicintai masih terbaring lemas setelah beberapa suntikan obat penenang. Jimin tidak tega melihatnya hatinya tersayat perih. Eve menangis pilu dan Trauma bahkan melihat wajahnya sekalipun Eve meraung minta di jauhkan.
Jimin menyesal seumur hidupnya.
"Eve akan baik-baik saja Jim. Kau melakukan keputusan terbaik dengan menyetujui terapinya" Taehyung memberi semangat untuk sahabatnya atas tindakan yang akan di lakukan Jimin.
Jimin bangkit dan mengecup dahi sang Istri dan bergabung duduk di sofa. Meneguk air mineral dan membuka makanan yang Taehyung belikan.
"Aku tidak tau Tae apakah keputusan ini benar, atau memperburuk semuanya." Matanya memanas ketika mengingat peristiwa memilukan yang terjadi dalam hidupnya, terlebih kenapa harus harus Eve yang mengalaminya. Kenapa tidak dia saja. Jimin selalu menyesal setengah mati rasanya Dia tidak berguna menjadi Seorang Suami.
"Kita harus mencoba Jim, Eve tidak bisa terpuruk terus mengingat kejadian itu."
"Itu akan membuatnya merasa gagal"
Jimin bersumpah akan membunuhnya ketika Bajingan itu di temukan, tidak peduli Adiknya sekalipun. Jimin bersumpah akan membunuhnya. Dalam hatinya begitu sesak, menyimpan kekeecewaan begitu mendalam di campur dendam gelap yang menyelimuti. Dia bisa kalap kapanpun.
"Aku akan hubungi Ayahku untuk segera menjadwalkannya" Taehyung merangkul bahu Jimin menyalurkan semangat untuknya. Bahwa Jimin harus selalu kuat dan tidak terus menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian semua ini, semuanya bukan kehendaknya semua terjadi bukan keinginannya.
"Terima kasih sekali lagi Tae, hubungi Aku segera setelah dapat jadwalnya. Aku akan membawa Eve"
"Baiklah, Aku harus pergi. Jea harus check Up kandungannya sore ini" Taehyung bangkit sedikit ragu untuk pulang. Jika hari ini Dia dan Jea tidak ada jadwal check up, Dia pasti akan menemani Jimin disini.
"Jaga Jea dengan baik Tae, Dia sudah seperti Adik kecilku"Tersenyum kecut mengingat calon Bayi kecilnya yang mendahuluinya ke Surga sebelum melihat Dunia yang bahkan usianya masih 3 Minggu dalam kandungan Eve.
Seharusnya beberapa hari yang lalu Dia pulang lebih awal. Dan mencegah semuanya terjadi, Eve tidak akan sedepresi ini. Tidak akan meraung-raung kesakitan, Trauma yang mendalam dan tidak akan mendapat jahitan ditubuhnya.
Gadisnya yang dicintainya. Gadis yang yang dulu selalu tersenyum manis kepadanya, menyambut setiap pulang dari perjalanan melelahkan di luar Kota bahkan di luar negri. Istana Kebahagian yang di bangunnya kini runtuh seketika,harapan-harapan masa depan yang sudah di rencanakan dengan manis kini begitu kecut untuk di ingat.
Jimin menelan pil pahit atas semuanya,mungkin di kehidupan terdalu Dia melakukan dosa besar dan sekarang harus di tanggungnya.
"Sayangku Jimin harus cepat pulang, Eve merindukan Jimin." ucapnya begitu manja dari sambungan videocall.
"Aku punya kejutan untukmu, kejutan yang membuat Kita semua Bahagia." Eve tersenyum manis sambil melihat benda bergaris 2 yang kini ada di tangannya. Senyumnya sedari tadi belum luntur, kebahagiannya dengan Jimin akan lengkap dengan kehadiran Buah cintanya.
"Apa Aku harus memakai Jet pribadi ku dan pulang malam ini Eve?Tapi apa yang ada di tanganmu Sayang?" godanya dari seberang sana, suaranya terdengar begitu manis dari sambungan ponselnya.
"Apakah itu Testpack?bagaimana hasilnya?" lanjutnya penasaran, sebenarnya Jimin sudah menebak dari raut wajah istrinya yang tersenyum manis dari awal sambungan videocall.
"Kau kan hanya di Busan, berlebihan sekali pulang memakai Jet. Dasar tukang pamer."
"Jika ingin tau cepatlah pulang." titah sang istri
Jimin tertawa renyah dan mendekatkan wajahnya ke layar ponselnya.
"Beritahu Hadiahku Eve, melihat wajahmu sekarang membuatku rindu setengah mati. Astaga Eve Kau lakukan apa padaku sampai Aku tergila-gila padamu seperti ini. Sumpah, Eve Akunya gila ingin mencium mu dari sini."
Jimin mengoceh dari sana, dan Eve hanya tertawa mendengar penuturan suaminya yang kelewat manis seperti itu. Jimin itu manis sekali sih.
"Yakk Park Jimin Kau itu yaa, membuatku Malu" Eve mengomel karna pipinya memerah mendengan jimin berkata seperti itu. itu membuatnya malu.
"Astaga kalu sedang malu kenapa semakin cantik sih, Akunya tambah sayang." Jimin masih terus gencar mengoda istrinya, sesekali tertawa melihat tingkah menggemaskan sang istri sampai matanya berubah segaris.
"Kalau masih seperti itu Aku tutup yaa telponnya" ancam Eve, Jimin selalu menggodanya seperti ini. Wajahnya lama-lama bisa memerah seperti kepiting rebus.
"Baik, baik Aku bercanda sayang" kata Jimin
"Aku akan pulang besok pagi, pergi tidurlah, jangan lupa untuk mengecek pintu sudah terkunci semua."lanjutnya lagi
Khawatir karena istrinya itu pelupa dan ceroboh, membuat Jimin harus ekstra mengingatkan Eve. Takut-takut ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
"Aku pasti akan memeriksanya, ku tutup yaa telponnya ya"
"Baiklah, Aku mencintaimu Eve" Jimin tersenyum manis di tambah kecupan dari layar ponselnya dan membuatnya salah tingkah sendiri.
-----
Jimin tidak sabar untuk pulang dan menemui Eve mengajaknya jalan-jalan menikmati udara sore di Sungai Han dan membelikan eskrim kesukaan Istri nya. Jimin menelponnya pagi ini tetapi tidak di angkat, mungkin saja Eve belum bangun. Fikirnya begitu.
"Jim," Taehyung sampai di kamarnya dan hampir jatuh jika tidak menyeimbangkan langkahnya, dengan raut wajah gelisah bukan main. Takut-takut untuk menyampaikan pesan ini dan Jimin kalap tidak bisa mengendalikan diri.
"Ada apa Tae?" memasang raut bingung memandang Taehyung, Dia masih membereskan pakaiannya dan memasukannya ke koper sebelum pulang dan menemui Eve di rumah.
"Eve, Istrimu Jim. Hampir dibunuh dan di perkosa oleh Jin Go"
"Sekarang Koma di rumah sakit" Taehyung tidak kuasa menyampaikan ini ke Jimin. Temannya itu bersemangat sekali untuk pulang dan bertemu Eve.
Seketika udara di sekitar Jimin menyusut,sesak menjulur ke Ulu hatinya. Mengepalkan tangan begitu kuat dan tatapan matanya menggelap.
Jimin hancur, mengingat Adiknya sendiri yang mencoba membunuh istrinya.
"Keparat, akan ku bunuh Keparat sialan itu"
Taehyung mencoba untuk menahan Jimin sekuat tenaga
"Ingat Eve Jim, Kita harus ke rumah sakit segera. Dia butuh Kau disisinya."
Jimin merosot kelantai menangis terisak pilu mengingat Eve, Dia tidak berguna. Dia tidak bisa menjaga Eve dengan baik, Dia gagal.
"Maafkan Aku Eve, Maapkan Aku"
-Blue-
Kali ini aku bawa story tentang Jimin, aku nulis ini sepenuh hati sekali. aku harap kalian suka dan menikmati setiap kata yang aku tulis disini. semoga feelnya dapet yaa. sebenarnya aku agak ragu buat nulis Sad romance begini. Tapi, idenya sayang kalau di biarin di draf. dan semoga aku bisa ngehandle 3 story On going disini.
Jadwal up story ini Selasa-Minggu akan ku usahain biar on time sesuai jadwal.
Jangan lupa Untuk Vote dan Commentnya ya.
Regards.
Your Blue.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top