Nuri

Pagi yang cerah—atau kebalikannya. Langit tertutupi kabut coklat dan asap hitam. Di atas tanah, beberapa kali cairan biru terang terlihat menggenang. Kota-kota langit bernama Dee-Ai tampak kusam, menambah kengerian wilayah yang dipimpin oleh Marshiness, penguasa Mars.

Di tempat pembuangan sampah kota itu—letaknya di bawah kota Dee-Ai, sebuah rumah kecil berdiri. Terbuat dari lembaran besi dan beberapa kabel yang melilit batang bundar tembaga. Tidak pantas untuk ditinggali. Terdapat sebuah lubang di sisi samping rumah, berguna sebagai jendela dan pintu kecil di depannya.

Di dalam sana, perabotan berantakan. Sembarang letak. Ditambah kerangka manusia yang sudah kehilangan kulitnya. Di sampingnya, human-robot berjenis kelamin perempuan duduk sambil mengenggam salah satu kerangka jari tangannya.

Nuri namanya. Manusia setengah robot buatan Martin Landy. Sekarang, orang itu telah menjadi kerangka. Dan Nuri tidak mau menguburkannya, mengingat Marshiness mengincar lelaki itu untuk dibakar, dan dirinya untuk diperbudak.

Martin adalah pahlawan, dulunya. Ia membuat sangat banyak robot untuk membantu penduduk Dee-Ai. Berbagai penghargaan diterimanya dari walikota. Robotnya didesain sangat ramah dan berwajah manusia supaya tidak terlihat membahayakan. Dan setelah berhasil, Martin mendirikan sebuah sekolah dan mengajarkan semua penduduk Dee-Ai untuk membuat benda itu.

Nuri dibuat saat Martin merindukan istri dan anaknya. Istrinya sudah meninggal lebih awal darinya, depresi tidak sengaja membunuh bayinya sendiri di dalam janin. Namun, setelah dibuat, kekuatan Nuri saat dites bertarung membuat pemimpin Mars tertarik. Ia ingin mengambilnya, tetapi Martin tidak mau, dan akhirnya Marshiness marah dan turun ke Bumi, menghancurkan semua akhlak penduduk Dee-Ai dan mengajak mereka untuk membunuh Martin.

Nuri ingin menangis mengingat kejadian itu. Sayangnya, Martin tidak memogramnya untuk menjadi seorang yang cengeng. Martin membuatnya dengan raga lima ribu kesatria. Nuri adalah robot terkuat yang pernah dibuatnya, hanya saja ia memiliki kelemahan tidak bisa membuat rencana.

Nuri berencana ingin membalaskan dendam Dee-Ai kepada pemimpin Deep Altantice itu. Namun, ia tidak tahu bagaimana.

Nuri pun melepaskan tangan besinya dari kerangka jari Martin dan pergi ke luar. Ia beranjak dari rumahnya, ingin menemui sahabat baiknya. Nuri tidak menyadari ada seseorang yang melihatnya pergi—prajurit Mars. Dia tersenyum, lalu menghampiri rumahnya dan masuk ke sana.

"Aye!" Nuri tidak menyangka di tengah perjalanan ia menemukan temannya berjalan dari arah berlawanan. Lelaki yang sepenuhnya bertubuh besi itu mengembangkan senyum membalas seruannya.

"Aku baru saja ingin ke rumahmu," kata Aye sambil mendekatinya. Kaosnya yang panjang melayang-layang diterpa angin.

"Kenapa?" tanya Nuri, mengernyit. Aye merupakan pribadi yang malas keluar rumah dan jika Nuri ingin menemuinya, dia bisa datang sendiri ke tempatnya.

"Ingin bertemu saja," jawab Aye. Nuri membulatkan mulut.

"Ngomong-ngomong, aku mau bicara denganmu," kata Nuri setelah basa-basi, "Aku ingin meminta pendapatmu mengenai apa yang nanti akan kubicarakan."

Aye menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kurasa kita harus ke rumahku. Berbahaya jika berbicara di luar sini."

Tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nuri dan bergegas pergi. Nuri hanya mengikutinya, ia juga sebelumnya ingin mengajak Aye untuk ke rumahnya. Karena di tempat pembuangan sampah pun, prajurit Mars banyak ditemukan. Takutnya saat mereka berbicara di luar, mereka muncul dan menembak mereka dengan senapan bertenagakan nuklir. Dan peluru itu akan membunuh mereka sebelum mereka merasakan sakitnya.

Dan setelah sampai di rumah Aye yang kurang lebih sama dengan rumahnya, Nuri berbicara.

"Sudah 10 tahun pemimpin Mars mencariku. Dan juga sudah 10 tahun Tuan Martin meninggalkanku," katanya, "Aku sangat ingin membunuh Marshiness karena kematian Tuan Martin. Tapi, sampai detik ini, aku tidak dapat melakukannya tanpa teman dan aku tidak bi-"

"Apakah kau menginginkan aku untuk menjadi partner-mu dan mati bersamamu, huh?" potong Aye dengan alis mencuram, langsung ke inti, "Aku tidak mau."

"Ayolah! Apakah kau tidak merindukan Dee-Ai yang dulu?" tanya Nuri, "Jika kau tidak mau menemaniku tidak mengapa, tapi buatkan aku rencana." Dia memohon.

Aye tampak berpikir. "Terakhir aku ke tempat Marshiness 3 bulan yang lalu ... Aku bisa membantu membuat rencana, tapi mungkin tidak terlalu matang," katanya. Nuri membuang napas.

"Terserah. Aku mungkin bisa menyelesaikan sisanya. Apa rencananya?"

Aye tersenyum miring. "Dengarkan aku!"

Dan Nuri pun mendengarkannya.

~~~

Setelah mendapat sajian oli hangat dari Aye, Nuri pulang. Hari sudah siang, tetapi terlihat sudah malam karena tebalnya asap akibat pembakaran sampah. Di jalan, ia memikirkan rencana yang dibuat Aye. Lelaki itu juga akan membantunya, entah apa yang akan dia bantu.

Nuri merenungi perkataan Aye saat dia ditangkap dan dibawa ke kapal luar angkasa Marshiness. Seandainya dia tidak berhasil kabur, dia mungkin hidup tanpa kedua tangan dan kakinya. Ia bahkan melihat beberapa anak manusia menangis minta dilepaskan sebelum berakhir menggenaskan—ditusuk oleh jarum tepat di mata. Marshiness melihat itu semua, dan dia gila karena menyukai hal-hal seperti itu.

Nuri tahu Dee-Ai sudah rusak, tetapi itu mengerikan. Beberapa orang yang berhasil dihipnotis Marshiness bekerja bersamanya dan melakukan semuanya. Rakyat Dee-Ai tidak sekejam itu. Mereka berubah seperti iblis dan Nuri tidak menyukainya.

Nuri mendongak setelah leher kabelnya berbunyi, lelah menunduk. Nuri berhenti sejenak dan terbelalak melihat rumahnya. Api sedang membakarnya. Nuri bergegas masuk walaupun tahu besi akan meleleh jika terkena panas. Dia ingin menyelamatkan Martin.

"Tuan Martin!!!" teriak Nuri. Dilihatnya ke tempat kerangka pria itu terletak. Dia menghilang, hanya ada tengkorak kepalanya saja. Nuri merasa seluruh sistemnya berasap, bekerja ekstra karena tidak percaya. "Marshiness ...." Mata kanan Nuri yang ditutupi topeng besi bersinar marah. Ia segera keluar dari sana, tak peduli beberapa bagian tubuh besinya meleleh terkena api.

Dengan besi runcing dari tempat sampah, Nuri pergi ke kapal luar angkasa Marshiness. Kemarahannya meledak-ledak, minta dilampiaskan.

Beberapa kali di perjalanan Nuri bertemu dengan prajurit Mars. Melihat seorang penduduk Dee-Ai masih hidup, mereka menyiapkan senapannya. Nuri menghindari lesatan nuklir yang mengarah kepadanya, lalu erlari secepat cahaya dan menusuk kepala mereka dengan besi runcing miliknya, sebelum bergegas lagi tanpa memedulikan mereka.

Dari jauh terlihat kapal luar angkasa Marshiness yang besar dan tinggi. Di sekitarnya, pasukan Mars dan penduduk Dee-Ai yang masih terhipnotis bekerja. Melihat ada penyusup dari arah depan membuat sebagian dari mereka menyerang. Nuri melupakan rencana Aye, tidak berguna memakai rencana itu sekarang.

Nuri melawan mereka dengan modal sebatang besi kecil. Beberapa kali tusukan dan pukulan menghantam keras badan mereka. Berpuluh lesatan nuklir berusaha membidik tubuhnya. Namun, Nuri bisa menghindar dan menyerang mereka semua sendirian.

Setelah dirasa tidak ada lagi yang berani melawannya, Nuri masuk ke dalam kapal luar angkasa Marshiness. Ia kembali melawan pasukan Mars yang menghalau jalannya. Namun, itu hanya sementara. Melihat banyaknya pasukan Mars yang mulai muncul membuatnya berubah pikiran dari melawan mereka ke membunuh Marshiness.

Nuri pun berusaha menghindar. Ia berlari dan menerobos pasukan Mars tanpa melukainya. Ia mengingat kembali prioritasnya. Nuri tidak boleh menyia-nyiakan kekuatannya hanya untuk melawan pasukan Mars tadi.

Nuri teringat peta kapal luar angkasa Marshiness yang tadi Aye beritahu. Nuri tahu di mana Marshiness berada.

Nuri melangkahkan lagi kakinya dan mendobrak pintu di depannya. Tepat setelah pintu didobrak, terlihat Marshiness berdiri dari duduknya karena kaget. Kepalanya yang botak dan tubuh berwarna merah dibalut dengan pakaian tebal panjang. Dia terlihat marah, lalu memberi perintah untuk menangkap Nuri.

Nuri meneguk ludah. Kali ini pasukan Mars yang disuruh mempunyai persenjataan dan perlindungan yang sangat lengkap. Sulit baginya untuk menusuk mereka hanya dengan besi runcing. Mereka bisa dikalahkan dengan strategi, dan Dinda tidak tahu strateginya apa. Rencana yang dibuat Aye berlawanan dengan hal yang sekarang dihadapinya.

Sambil berpikir, Nuri berusaha menghindari lesatan nuklir dan pedang merah yang telah di bakar. Jika pedang itu mengenainya, maka akan memotong salah satu anggota tubuhnya dan rasa panas akan menyiksanya setelah pedang itu menyentuh kulitnya.

Nuri berhenti berpikir saat pasukan Mars itu mengepungnya. Nuri berusaha mencari cara untuk keluar, tetapi mereka menutup rapat-rapat jalan keluarnya. Nuri kalut, ia takut. Sebelumnya, ia pernah mengalami ini, di saat-saat Martin masih berkorban untuknya. Sekarang tidak ada dia. Nuri tidak tahu harus melakukan apa.

"ARGH!" Karena lengah, seorang prajurit Mars mengayunkan pedangnya dan mengenai tangan besi Nuri. Oli dan asap muncul bersamaan, diiringi Nuri yang terduduk tepat di samping tangannya yang sudah terlepas. Nuri terbelalak menahan sakit akibat salah satu mesin tubuhnya dipotong. Sengatan listrik kecil terdengar lewat lengannya, menambah ngilu yang dirasakan.

Marshiness tersenyum puas melihat Nuri jatuh. Pasukan Mars memaksa Nuri untuk bangkit. Mereka mengenggam erat Nuri, agar tidak dapat membebaskan diri. Marshiness mengambil pedang salah satu prajuritnya dan mengayunkannya ke kaki kanan Nuri.

Nuri berteriak kembali. Sekali lagi salah satu mesin tubuhnya dipotong. Walaupun wujudnya tiga perempat manusia, tetapi karena semua mesin yang ada di tubuhnya tersambung ke kulitnya, kabel-kabel kecil yang menyambungkan akan menyengatnya dengan listrik secara bersamaan.

"Kau tidak sehebat yang kukira," kata Marshiness, mengejek, "Martin sama sekali tidak bisa membuat robot yang berguna."

"Diam!" Nuri memberontak walaupun tangan dan kaki kanannya sudah terlepas. Marshiness hanya tertawa, suka dengan ekspresi marah dan kesakitan Nuri. Gadis robot itu tidak akan bisa melakukan apa-apa jika tangan dan kakinya terlepas.

"Kau yang diam, sebelum aku yang membuatmu bungkam selamanya," sahut Marshiness, tak kalah keras.

"Pengecut! Bilang saja kau tidak berani membunuhku!" teriak Nuri. Wajah Marshiness perlahan membiru, memendam amarah karena dimaki dan harga dirinya direndahkan.

"Kau rupanya mau dibunuh ya?" tanya Marshiness. Ia menarik tangan Nuri dan melepaskannya dari cengkeraman tangan prajurit-prajuritnya, lalu menariknya paksa sampai Nuri terjerembab jatuh dan diseret.

"Aku tidak suka ada penduduk Dee-Ai yang masih hidup," katanya, "Maka hari ini, aku akan membunuhmu, sesuai keinginanmu."

Nuri berhenti memberontak sementara. Dia tidak mau mati sebelum merebut kembali Dee-Ai dari tangan Marshiness. Namun, sepertinya tidak akan bisa, karena tanpa rencana yang matang, semuanya sia-sia. Apa gunanya ia menjadi manusia besi terkuat di Dee-Ai.

Aye, Nuri mengingat Aye. Katanya dia ingin membantunya, tetapi tidak muncul saat ia sangat membutuhkannya. Apakah dia berkhianat? Tidak, dia adalah sahabatnya. Mereka senasib, seperjuangan, satu cita-cita; merebut kembali Dee-Ai dari tangan kotor kepala merah itu.

Nuri dilemparkan ke depan saat pikirannya kembali ke dunia nyata. Setelah dilempar, sebuah mesin pencabit menarik kepalanya ke atas. Lehernya rasanya ingin putus. Beberapa saat kemudian, ia ditarik kencang ke belakang, membentur dinding, lalu diikat dengan tali karet yang membuatnya tidak dapat bergerak.

Mesin besar keluar dari atas dengan jarumnya yang runcing. Nuri melebarkan mata, itulah alat yang digunakan Marshiness untuk membunuh anak-anak manusia Dee-Ai. Perlahan, jarum itu menuju ke matanya. Nuri memberontak kembali untuk melepaskan diri, tidak ingin ditusuk oleh jarum itu.

Namun, kepalanya ditahan oleh mesin lain. Ia tidak bisa bergerak lagi untuk menghindar. Jarum itu semakin dekat, siap menusuk matanya. Marshiness tertawa terbahak-bahak melihatnya ketakutan.

Mungkin inilah akhir hidupnya sebagai pembawa sial. Dia akan menyusul Martin dan meninggalkan Aye. Aye, Nuri tak dapat berharap kalau lelaki itu akan menyelamatkannya. Seandainya bisa, matanya mungkin sudah ditusuk jarum.

Mata Nuri terpejam. Jarum itu akan menembuk kelopak matanya, lalu pupilnya. Nuri tidak mau melihatnya. Dia harap dia langsung dibunuh, jarum itu langsung menembuk kepalanya, agar dia tidak merasakan sakit akibat tusukannya.

Namun, semuanya tidak terjadi. Sebuah benda menerobos dan menghancurkan bagian atas kapal, lalu mendarat tepat di depan Marshiness. Aye keluar dari benda berbentuk mobil dengan empat rodanya menghadap ke atas itu dengan tangannya yang berbentuk sabit malaikat maut. Ia membunuh satu-persatu prajurit Mars, lalu menghampiri Marshiness yang siap melawan.

Terjadi pertempuran sengit antara Aye dan Marshiness. Namun, kepala merah itu tidak dapat melawan Aye yang lebih gesit darinya. Tidak ada yang dapat menaklukkan kecepatan robot ciptaan Martin. Tak lama kemudian, Marshiness berhasil ditusuk dengan tangan Aye, membuat semua orang seketika menyerahkan diri, hipnotis terhenti, dan mesin mati.

Nuri jatuh dengan keras ke atas lantai. Aye langsung menghampirinya dan menggendongnya. Yang lain tidak berani menghentikan mereka. Penduduk-penduduk Dee-Ai yang terhipnotis hanya terheran-heran bagaimana bisa mereka berada di dalam sana.

Aye pun membawa Nuri pulang. Tidak peduli dengan mereka.

~~~

Sudah lima bulan sejak kejadian itu terjadi, dan Dee-Ai sudah kembali ke genggaman. Pasukan Mars sudah pergi, menambah ketentraman penduduk yang sebenarnya masih khawatir mereka akan datang lagi. Nuri sudah baikan dengan tangan dan kaki buatan dari Aye. Sekarang, ia dan lelaki itu hidup bersama, sebagai sahabat.

Nuri membuang napas. Seandainya Martin ada di sini, dia pasti akan bangga. Robot-robot buatannya berhasil merebut kembali tanah kelahirannya. Dan mereka menjadi pahlawan, sama sepertinya.

Nuri bersyukur Martin menciptakannya, dan juga bersyukur pria itu telah melindunginya.

~~~

Tag: famts_writer

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top