Chapter 8 - Geer?
"Fungsi-fungsi manajemen menurut GR Terry terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerak dan pengawasan. Dimulai dari perencanaan atau planning yang mempunyai lima dasar utama, yaitu What.... "
"Jangan-jangan dia suka sama gue?" Batin Nuansa terus berdengung.
"Who.... " Suara Pak Hendro seperti lalat terbang.
"Ah nggak mungkin. Nggak mungkin itu gue." Nuansa masih bergelut dengan batinnya.
"Where.... "
"Tapi gambar itu mirip gue!" Hatinya meneriakkan keyakinan, pun dengan mata yang menatap tajam punggung Lazuardi.
"Why ... Nuansa!"
Nuansa langsung terkesiap saat namanya tersentil. Seluruh perhatian tertuju pada cewek berambut pendek itu.
"Why?"
"Ah?" Kini Nuansa mirip seperti Bolot. Otaknya terlalu ramai dengan pergulatan hingga pertanyaan Pak Hendro nggak mampu dijawabnya.
Pak Hendro mengembuskan napas panjang. Matanya melirik ke arah Lazuardi yang tetap memandang lurus ke depan. "Why? Do you know what I mean?"
"Oh, i-iya, Pak. Why.... " Nuansa ingin sekali merosot ke bawah bangku. "Why.... "
"Kenapa kamu terus liatin Lazuardi?" potong Pak Hendro.
Damn! Kali ini wajah Nuansa seperti terkena air raksa, terkelupas hingga memerah. Lebih baik terkena air raksa daripada harus menahan malu.
Dalam sekejap, dengungan teman-temannya menyeruak.
Sedangkan Lazuardi hanya menoleh ke arah Nuansa dengan tenang. Nuansa melirik Lazuardi menggunakan ekor matanya. Ternyata perkiraannya salah besar! Dia nggak menemukan percikan mencurigakan dari wajah itu.
"Eng-enggak, kok, Pak."
"Iya juga nggak pa-pa, kali!" seru Jacki yang duduk di belakang Nuansa.
Dan dalam sekejap, suara ledekan memenuhi kelas. Nuansa hanya mengumpat dalam hati, dia akan membuat perhitungan dengan cowok berdahi lebar itu. Tari yang duduk di depan Nuansa menoleh dengan cebikan di bibir. Astaga, cewek satu ini benar-benar menghina Nuansa.
"Kamu kira Bapak nggak tahu? Bahkan kamu ngelamun kotor pun Bapak tahu!"
Kalah dukun, batin Nuansa.
"Dan kamu baru saja menyebut Bapak sebagai dukun!"
Nuansa langsung menelan saliva dan begidik ngeri. Sedangkan tawa temannya menjadi iringan lagu orkestra yang memuakkan.
Semua ini gara-gara gambar yang ia temukan di pesawat kertas milik Lazuardi. Kalau saja dia nggak dengan lancang mengambil kertas itu, mungkin pemikiran mustahil ini nggak melayang-layang di otaknya. Dan gambar itu ... gambar itu membuatnya geer setengah mati. Masa iya Lazuardi suka gambar wajahnya? Apalagi di gambar itu Nuansa terlihat lebih kalem, iya kalem, kayak putri tidur yang matanya melek.
*****
I will fly into you'r arm.
And be with you till the end of time.
Why....
"Stop, stop!" Puguh menghentikan permainan keyboard-nya.
Reno mengembuskan napas panjang. "Lo kenapa, sih, Sa?"
"Ah?" Lagi-lagi Nuansa seperti Bolot yang lagi ngelawak di ruang ekskul.
Banyu melepas gitar yang ia kalungkan. Dia turun dari panggung kecil untuk duduk di sebelah Lazuardi. Sore ini Romancious Band sedang mengadakan latihan untuk mengisi pentas seni SMA Sejahterah yang akan diadakan seminggu lagi. Sudah hampir tiga kali Nuansa menyanyi di nada yang salah sehingga suaranya nggak menyatu dengan permainan musik teman-temannya.
"Lo ketinggian nadanya!" tambah Puguh.
"Lo latihan nggak sih di rumah? Nggak dengerin lagu itu?" Reno semakin kesal.
Sedangkan Banyu dan Lazuardi hanya melempar pandangan penuh arti. Banyu sama sekali nggak memedulikan kedua temannya yang sedang menghakimi Nuansa. Dia lebih memilih bermain isyarat dengan Lazuardi. Di latihan kali ini, Banyu mengajak Lazuardi untuk menemaninya latihan band sampai selesai. Sekali-sekali latihan ditemani sahabat nggak ada salahnya, 'kan? Lagi pula kehadiran Lazuardi sanggup meredam emosinya.
"Nggak usah mojokin, ya. Tinggal latihan lagi apa susahnya? Lagian masih seminggu lagi."
Reno bangkit dari belakang drum, kemudian menarik bahu Nuansa hingga tubuh itu berputar. "Lo kira seminggu kayak setahun!" Mata Reno memelotot.
Lazuardi dan Banyu menegakkan badan saat melihat ekspresi itu.
"Kalau lo masih nyampurin urusan band dengan urusan pribadi, sebaiknya lo keluar dari band ini!"
Nuansa bukanlah cewek yang bisa mengatur emosi dengan baik. Mata cewek itu menyalang tajam. "Lo ngusir gue!"
"Lo ngusir diri lo sendiri!" Reno menunjuk wajah Nuansa dengan stick drumnya.
Tangan Nuansa langsung menepis stick itu hingga terjatuh ke lantai. "Gue tanpa band ini juga bisa idup! Elonya aja goblok, nggak ngerti dengan ekspresi temen lo sendiri!"
Baru saja Reno akan membuka mulut dan maju selangkah, Puguh dan Banyu sudah menghentikan gerakannya.
"Udah nggak usah bertengkar!" sergah Puguh.
"Gue nggak.... "
"Sebaiknya lo keluar dari ruangan ini!" Banyu memotong perkataan Reno, dan menoleh ke arah Nuansa.
Dada Nuansa bergemuruh hebat. Entah kenapa mata cokelat itu menusuk hatinya hingga sakit. Tanpa berpikir panjang, Nuansa langsung mengambil tas yang tergeletak di kursi. Gerakannya terhenti saat melihat Lazuardi. Dia langsung melengos dan meninggalkan ruang ekskul.
Rentetan peristiwa memalukan dan menyebalkan ini semua berakar dari Lazuardi. Iya, cowok berkepala plontos itu sanggup membuat otaknya pecah! Berceceran memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi. Nuansa jadi salah tingkah setelah melihat sketsa yang terpampang di lipatan kertas pesawat itu. Sketsa wajah itu mirip sekali dengan wajahnya, ditambah lagi kata puitis yang tertulis di sudut kanan bawah kertas itu.
Jika rasa ini nyata.
Kuingin mendengar senandungmu sekali lagi...
Di dekatku.
Puitis banget! Sangat puitis dan mendamba!
Dan lebih bagusnya lagi, Lazuardi ada di ruangan ekskul, melihatnya latihan. Cewek normal mana yang nggak salah tingkah saat mata legam itu menatap dengan intens dan nggak berpindah sama sekali. Geer? Tentu saja enggak, karena sudah dua kali ini Nuansa mendapati tatapan itu tertuju padanya. Lagian, ngapain juga tuh cowok pakai ikutan nungguin Banyu latihan!
Ada apa dengan cowok plontos itu?
Nuansa sudah sampai di tempat parkiran dengan dada yang naik-turun, menahan amarah. Dia mengeluarkan motor dengan sekuat tenaga. Entah kenapa motor ini terasa begitu berat. Nuansa menarik dan mengembuskan napas dalam-dalam setelah berhasil mengeluarkan motornya dari himpitan motor yang lain. Tiba-tiba rasa curiganya menyeruak saat motor itu susah didorong.
Jangan. Jangan sampai ini terjadi, batin Nuansa.
Dan benar saja, ban motornya kempes! KEM-PES!
"SIALAN!" Wajah Nuansa langsung merah padam.
Semalam dia mimpi apa hingga rentetan peritiwa sial ini menghatamnya? Sudah jatuh, tertimpa tangga pula; sudah dipermalukan di depan umum, bertengkar dengan temannya, dan ban motor yang kempes; lengkap sudah penderitaannya kali ini. Senin yang ruar biasa!
Nuansa langsung berjongkok di depan motor, memandangi ban yang sudah kempes dan pipih. Seluruh umpatan kebun binatang ia gumamkan untuk melampiaskan kekesalan di hati.
"Bocor?"
Sebuah suara membuat Nuansa langsung menoleh. Dan dengan sekejap, dia membuang muka, nggak peduli dengan kehadiran cowok itu.
"Mau gue bantu dorong?"
Pundak Nuansa naik-turun dengan kentara. Dia malas meladeni cowok yang sudah membuat harinya berantakan.
"Lo nggak akan nangis di parkiran, 'kan?"
"Nggak usah peduliin gue, mau apa lo nyamperin gue? Gue nggak butuh penghiburan lo!" Kepala Nuansa mendongak.
Satu sudut bibir Lazuardi terangkat kemudian dia menyodorkan ponsel berlapis karet berwarna biru. "Gue cuma mau ngembaliin ponsel lo yang ketinggalan."
Shit! Wajah Nuansa tak berbentuk lagi!
Nuansa menyambar ponsel itu dengan kasar kemudian merogoh sesuatu di dalam tasnya.
"Nggak usah salah tingkah. Kalau lo suka gue bilang aja."
"Apa? Suka sama lo?!" Nuansa bangkit kemudian menghantamkan kertas sketsa ke dada Lazuardi. "Gue jijik sama lo! Lo pengen tahu kenapa di kelas gue mandangi lo!"
Satu alis Lazuardi terangkat, dan tangannya meraih kertas pemberian Nuansa.
"Ini, kan, yang lo cari dari kemarin? Lo bisa jelasin kenapa wajah di sketsa ini mirip gue?!" Mata Nuansa memelotot.
Lazuardi melihat sketsa itu dengan wajah yang begitu tenang. "Emangnya yang punya wajah kayak begini cuma elo? Gue gambar wajah ini asal. Jadi jangan geer."
What? Geer? Geer?
Habislah sudah wajah Nuansa di depan cowok sok ini! Amplas, mana amplas?!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top