Chapter 18 - Gue Suka Sama Lo

Gedung Kesenian.

Latihan selama satu bulan berjalan dengan lancar dan malam ini band mereka akan manggung sebagai band tamu dari sekolah lain. Kepopuleran Romanciuos Band ini tidak luput dari campur tangan sekolah yang selalu mendukung kegiatan mereka. Mereka terbuka dengan tawaran-tawaran matra sekolah dan para anggota Osis membantu promo band mereka melalui sebuah log milik sekolah.

Acara pentas seni SMA Sejahterah diadakan di sebuah gedung kesenian yang terletak di tengah kota. Gedung yang mampu menampung ribuan orang itu sering dijadikan ajang konser dan acara-acara seperti ini. Nuansa mengecek ponsel setelah turun dari mobil yang dikendarai papanya. Dia harus mengetahui di mana temannya berada untuk mempersiapkan kekompakan mereka.

Seulas senyum mengembang setelah pesannya dibalas oleh Puguh. Dia langsung melangkah, membelah kerumunan orang-orang yang seumuran dengannya. Matanya melihat satu-persatu pakaian yang menjadi dress code malam pentas seni SMA Sejahtera. SMA ini mengusung dress code serba putih untuk menambah kelip malam di hall tempat acara tersebut berlangsung. Lagu yang diusung juga bertemakan jazz yang populer di tahu 2000-an. Akhir-akhir ini banyak penyanyi jazz baru yang bermunculan dan membawakan lagu-lagu yang begitu enak didengar.

Langkah Nuansa semakin bertambah cepat saat melihat Puguh mengangkat tangan untuk memberi kode. Dia sudah berada di back stage dan melewati para panitia yang sangat sibuk.

"Banyu mana?" tanya Nuansa.

"Bentar lagi nyampe. Dia masih nyari tempat parkir."

"Kita tampil jam delapan, 'kan?"

Puguh mengangguk menjawab pertanyaan Nuansa. "Kurang satu jam lagi. Gue udah nunggu dari tadi sama Reno."

Nuansa melihat Reno yang sedang asyik mengobrol dengan salah satu panitia di sana. "Ck, dari gladi resik kemarin mereka udah kayak perangko."

"Paling habis ini jadian," tambah Puguh.

"Sori, gue paling terakhir datangnya."

Suara Banyu merambah gendang telinga Nuansa hingga membuat darahnya berdesir. Untuk sesaat, Nuansa nggak mau menoleh. Akan tetapi, dia mengingat sesuatu. Nuansa langsung menoleh ke belakang dan sebuah senyum mengembang sempurna saat melihat sosok itu ada di belakang Banyu.

Mulut Banyu langsung mengatup saat melihat penampilan Nuansa yang selalu sempurna di matanya. Ini adalah salah satu magis yang menarik hati Banyu selain suara merdu cewek ini.

"Gue kira lo nggak datang."

Lazuardi tersenyum tipis. Matanya memindai penampilan Nuansa; sepatu kets berwarna merah, rok A-line berwarna putih dipadu dengan atasan sabrina dan ... japit rambut pemberiannya.

"Lo pakai japit rambut itu?"

Banyu tercenung ketika mengetahui bahwa itu adalah japit rambut pemberian Lazuardi.

Nuansa tersenyum lebar sambil menyentuh japit itu. "Biar keliatan manusiawi."

Mereka berdua tergelak. Sedangkan Banyu merasa terasing dengan tawa mereka.

Acara pentas seni berlangsung dengan sangat teratur dan lancar. Pukul delapan malam, Romancious Band mulai naik panggung dengan membawakan dua lagu. Mereka mengusung lagu-lagu dari Ten to five yang sesuai dengan warna suara Nuansa. Lazuardi yang berada di back stage langsung berjalan ke samping panggung untuk melihat penampilan Nuansa.

You know all the things I've said

You know all the things that we have done

And things I gave to you

Suara itu mengalun lembut, mengingatkan kegelapan yang sempat menandanginya selama berbulan-bulan. Suara lembut itulah yang membangunkannya dari sebuah kematian. Sudut bibir Lazuardi terangkat sempurna.

There's a chance for me to say

How precious you are in my life

And you know that it's true

Banyu yang memetik gitar, menoleh ke arah Nuansa. Ya, dia menyadari bahwa Nuansa adalah sosok yang berharga. Jujur, akhir-akhir ini dia merasa kehilangan. Entah itu timbul karena rasa cemburu atau dia jatuh untuk kedua kalinya.

To be with you is all that I need

Cause with you, my life seems brighter and these are all the things

I wanna say...

Sejak mendengar dan mengenali Nuansa. Hari-hari Lazuardi penuh dengan semangat dan kehangatan. Bolehkah dia memiliki seseorang yang masih dicintai sahabatnya? Bolehkah dia menjadi egois demi kebahagiaannya?

I will fly into your arms and be with you till the end of time

Why are you so far away

You know it's very hard for me

To get myself close to you

Lazuardi ingin berada di dekat Nuansa, mendengar suara Nuansa dan tertawa dengan Nuansa. Mata Banyu menangkap raut bahagia dari Lazuardi yang berdiri di samping panggung. Dia kembali memandangi gitarnya dan bersumpah nggak akan merenggut kebahagiaan itu dari sahabatnya.

Dua lagu dibawakan Nuansa dengan sangat sempurna. Seluruh penonton ikut terhanyut dalam suara dan alunan musik dari Romanciuos Band. Nggak ada nada yang miss dalam lagu itu. Tepuk tangan penonton menyambut kepergian mereka dari atas panggung. Wajah-wajah lega terpancar dari para anggota Romancious Band. Syukurlah, semua berjalan dengan sempurna.

Lazuardi berjalan kembali ke back stage untuk menemui mereka. Namun, lagkahnya terhenti berkali-kali untuk meredakan pandangan yang berputar. Dia memaksakan senyum itu mengembang saat melihat Nuansa.

"Penampilan lo keren."

Dahi Nuansa berkerut. "Lo sakit?"

Banyu langsung menoleh ketika mendengar hal itu. Dia cepat-cepat menghampiri Lazuardi. "Di?"

Lazuardi mengedipkan mata untuk memberitahu Banyu bahwa di baik-baik aja. Banyu mengangguk samar dan mulai sedikit menjauh. Dia memilih berdiri bersama Puguh, Reno dan panitia dengan tingkat pengawasan tertinggi pada Lazuardi. Banyu yang bertanggung jawab penuh atas kondisi Lazuardi saat ini. Dia nggak mau terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu.

"Gue baik-baik aja." Ada sebuah kebohongan yang begitu kentara dari ucapan Lazuardi.

Nuansa menangkap kejanggalan dari raut pucat itu. "Suara gue bagus, 'kan?"

"Gue selalu suka sama suara lo."

Nuansa tertawa. "Kayak lo sering denger suara gue aja. Kita deketnya kan, akhir-akhir ini aja."

"Lo lupa kalau Banyu itu sahabat gue? Dia kan, sering ngerekam suara lo."

Nuansa memgangguk paham. Ingatannya kembali menyinggahi masa-masa yang telah ia habiskan bersama Banyu. Dia bernyanyi dan Banyu memetik gitar. Nggak ada yang lebih indah selain hal itu.

Lazuardi menarik napas berkali-kali. Jantungnya berdebar kencang mengalahkan suara-suara bising dari atas panggung. "Sa."

"Ya?"

"Gue suka sama lo."

Hati Banyu diremat hebat ketika sayup-sayup mendengar ucapan itu. Dia langsung melengos dan memilih membelakangi mereka. Nggak ada yang perlu ia lihat dari hal itu.

"Gue suka ...."

Tiba-tiba Banyu mendengar suara benda terjatuh.

"Lazuardi!" Suara teriakan Nuansa melengking.

Sontak Banyu menoleh. Jantungnya hampir lepas saat melihat sahabatnya tergeletak di atas lantai. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top