#1

"November"

Tidak kusangka sudah memasuki bulan ini. Menyenangkan tidak ya? Biar ku jalani saja dalu, nanti waktu juga menawarkan sejumput cerita tentang hidupku.

Masih tertampang gelap langit yang membentang melapisi bumi. Aku terbangun di seperempat malam yang begitu sunyi. Teringatkan akan sesuatu yang membuatku pilu. Dengan lidah kelu aku mengacak-ngacak kata. Tak beraturan, saling berkesinambungan. Meninggalkan lubang di secerca harapan.

Sebentar lagi alarm berbunyi. Belum, masih belum berbunyi. Aku duduk ditepian ranjang tempat tidurku. Hening sejenak, menatap lantai yang belum dikerubuti keramik. Menatapnya beberapa saat. Mengacak-acak rambut lalu berdiri pergi. Menuju kamar tempatku mandi.

"Masih jam 03:00 WIB."

Suara deras air yang menamparku.

"Dingin ...."

Ketika cairan tanpa rasa itu menyentuh setiap bagian tubuhku. Kegiatan rutin yang kulakukan setiap harinya. Melepas malas, membasuh dengan tekad dan mengenakan semangat tuk menjalani aktifitas yang monoton ini.

Namaku Syarief Hidayatulloh, tapi mereka lebih sering memanggilku dengan sebutan "Mo-chi". Mungkin itu karena aku sering memakan kue moci. Aku terlahir di dataran tinggi dengan suhu yang cukup dingin. Dan harus bekerja serta tinggal dikota dataran rendah dengan suhu yang membakar kulit. Aku hanya terlahir di sana, namun besar di sini. Mulai menatap dunia 20 tahun silam.

Aku selalu tersenyum dengan memejamkan mata lalu menghela napas. Dikala pagi datang disetiap hariku. Menyambutnya dengan damai dalam pikiran. Dan semangat dalam jiwa. Lalu ku berjalan, meninggalkan jejak langkah yang tak tertampak. Bekas - bekas kenangan yang tertinggal di belakang, membuatku tidak pernah ku menoleh. Yang ku tatap adalah hamparan yang membentang dihadapan mataku.

Sembari mendengarkan musik dengan earphone, aku melangkahkan doa untuk mewujudkan harapan adik - adikku. Meski harus menanggalkan impianku. Tetapi itu harus karena aku telah menjadi tulang punggung untuk keluargaku. Berhenti sejenak! Melanjutkan melangkah.

Inilah diriku pejuang pagi yang merindukan hujan di bulan November. Menanggalkan mimpi tapi bukan berhenti. Masih berjuang untuk sesuatu kelak di suatu hari nanti. Menanti? Tidak. Benci? Bukan. Tapi ini soal harga diri.

Membuka pintu, menghirup udara perkotaan yang tak lagi segar.
Hari ini matahari masih terlihat tersenyum dengan sinarnya. Meski langit kala itu penuh sesak oleh awan yang berlalu lalang. Jika dilihat - lihat tidak mungkin akan turun hujan. Ku mulai melangkahkan kaki kembali.

Memasuki pukul 07.30 WIB, pantulan cahaya yang bersinar terang menerkam wajahku. Silau berkilau aku dibuatnya. Mataku terpejam menatap sipit apa yang ada di luar. Kugunakan telapak tangan untuk menepis serangan UV, tapi lama-lama panas jua. Seperti terbakar. Aku berlari-lari kecil mencari perlindungan. Lagu melow nan slow makin terdengar sayup. Ku nikmati walau hati sedang risau.

Brum, brum, ....

Ngeeeeenggg ....

Tin, tin, ....

Lalu lintas lancar jaya tidak seperti biasanya yang padat merayap. Deru-deru suara bising dari kendaraan yang melintas masih terngiang di telingaku. Tak tahan aku!

"Bruk!"

Sebuah sepeda motor menggerus mulut aspal. Kala seseorang tengah berdiri menatap seberang jalan. Untung motor hanya lecet. Mereka saling menatap, ku kira akan ada perdebatan. Ternyata tidak. Mereka saling mengerti dan pergi.

Tak ku sangka waktu berlalu hingga aku lupa akan sesuatu. Menatapi langit kembali. Mendung datang menyapa di sore hari ini. Menampakan gemelutnya duka sepi. "Menanti!" Seperti halnya hujan yang turun, hanya lewat tanpa permisi. Bagaikan pemikiranku pada hal yang terlintas tanpa bekas.

Baru aku menyadari jika berjalan tanpa tujuan, Aku kembali pulang. Berharap dekapan hangat dari orang yang telah melahirkanku. Ingin ku lepaskan segalanya kala ia telah pergi. Semakin erat peluknya, semakin deras hujan yang turun membasahi buminya. Hingga aku terlelap dan berharap bisa melahap semua kepedihan. Meski terasa pahit tetapi harus ku telan. "Melupakanmu."

Duh maaf telat,, kelewatan waktu.
Hehehe ;)

Masih terlalu pagi tuk berlari.
Jgn lupa vote 'n comment nya yaa

Apa dayalah aku tanpa kalian :(
Hanya seperti debu yang tertiup angin.
Terhempas lepas tak terarah.
Dan jatuh ke lembah penuh lebah.

Next ditunggu yaa

Arigato gonzaimasu...!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top