Invasion

BUM!

sebuah asteroid raksasa jatuh di dekat danau di gunung Fuji, menyebabkan gempa bumi kecil terjadi. Alarm peringatan berbunyi untuk memberi tahukan semua warga segera mengungsi ke tempat yang aman. Para petugas juga diarahkan untuk mengevakuasi orang-orang yang sudah siap dengan tas darurat mereka.

Haruka yang tengah tertidur pun ikut bangun karena mendengar alarm tersebut, terlebih lagi suara dari asteroid itu juga sangat keras. Padahal jarak rumahnya dari gunung Fuji itu lumayan jauh, dan kini ia sedang berjalan bersama beberapa orang disampingnya hingga tiba di sebuah tenda evakuasi. Setelah berjalan cukup jauh dari sharehouse nya, ia beristirahat sejenak sambil meminum air di botolnya. Di tengah malam seperti ini tiba-tiba saja ada kejadian aneh, setelah pagi kemarin ia bertengkar dengan sang adik sekarang malah diganggu oleh benda luar angkasa.

"Sudahlah, lebih baik aku tidur saja." gumamnya, dan memutuskan untuk mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk dijadikan tempat tidurnya.

Menjelang pagi hari, ia keluar untuk mencuci wajahnya yang masih mengantuk itu. Untung saja di sana terdapat keran air, walaupun sepertinya tampak ramai oleh beberapa orang yang melakukan hal yang ia akan lakukan. Haruka terpaksa mengantri sambil menahan kantuknya, mencoba meregangkan tubuhnya agar ia tak ingin tertidur lagi. Saat sedang mengantri, beberapa orang di barisan depan tampak bertengkar karena tidak sabaran, membuatnya kesal karena hanya membuang waktu. Untung saja petugas di sana langsung melerai mereka.

Setelah mencuci wajahnya, ia kembali ke tenda untuk berdiam diri saja sambil membaca komik. Dari arah luar, Ren memberikannya sebuah kotak bento berisi nasi kari, "Haruka-kun, ayo sarapan dulu."

"Bagaimana kau tahu namaku?" tanyanya heran.

"Aku tak sengaja melihatnya di daftar nama, lalu di sana juga ada fotomu."

"Oh .... begitu ya."

"Un."

Haruka menerima kotak tersebut dan mulai memakannya, Ren duduk di sampingnya sambil ikut makan juga. "Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

"Eh .... namaku, Ren Nanahoshi. Senang berkenalan denganmu." katanya sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan, yang langsung disambut oleh Haruka.

Mereka pun lanjut makan, tak ada dari satu orang ini yang berbicara dan memilih fokus untuk makan. Selang beberapa waktu, seorang petugas mengatakan bahwa kondisi telah membaik dan para pengungsi bisa langsung kembali ke rumahnya masing-masing. Segera lah beberapa orang pun mengemasi barang bawaan mereka dan kembali, begitu juga dengan Haruka dan Ren.

"Kamu pulang sendirian, Haruka-kun?"

"Iya."

"Kalau begitu pulang saja bersama kami. Mungkin arahnya juga sama."

Ia hanya mengangguk dan menuruti keinginannya, mereka berjalan bersama dan sedikit berbincang-bincang. Haruka mulai merasa akrab dengannya hingga rasanya sangat nyaman berada di dekat Ren, baru kali ini juga ia menemukan seorang teman, karena ia tahu bahwa dirinya sangat sulit untuk bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Makanya ia lebih suka menyendiri di dalam kamarnya dan menikmati hobinya itu.

***

"Akhirnya, kita berhasil juga sampai di bumi." ucap salah seorang pria berambut panjang kuning itu.

"Ya~ kita berhasil~"

"Kalian jangan puas dulu, rencana kita yang sebenarnya belum berjalan."

Dari arah jauh, seorang berambut putih dengan mahkota di atasnya datang menghampiri mereka sambil melihat ke arah layar monitornya yang lebar itu.

"Bumi ini, akan jadi tempat tinggal kita."

"Itu benar, Nayuta-sama." ucap Reon.

"Kalian, siapkan beberapa pasukan. Kita harus bergerak cepat! Penduduk bumi ini harus kita taklukan!"

"Baik, Nayuta-sama." ucap ketiga orang itu. Nayuta pergi begitu saja untuk mengurusi beberapa pekerjaanya.

"Ya, serahkan saja semuanya pada kami, Nayuta-sama." Miyuki.

***

Siang hari, karena gempa yang terjadi hari ini keberangkatan kereta pun mengalami sedikit keterlambatan. Haruka pun memaklumi hal tersebut dan tetap berangkat menuju ke sekolahnya, pihak sekolah juga tetap berjaga-jaga jika semisal mungkin datang gempa susulan. Hari ini ia memilih untuk naik kereta saja supaya lebih cepat daripada harus menunggu teman bandnya itu.

Cuaca hari ini juga lumayan cerah, langit menampakkan awan putihnya dengan udara yang sejuk. Kereta yang Haruka naiki ternyata ramai juga, meski keadaannya sedang kurang baik tapi yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan. Kurang dari sepuluh menit kereta itu sudah sampai di sebuah stasiun yang menuju sekolahnya, ia langsung turun dan berjalan ke sana. Tampak semua orang ramai membicarakan gempa semalam, tak jarang dari mereka juga mengeceknya di ponsel mereka mengenai berita tersebut.

Dikatakan bahwa ada sebuah asteroid yang berukuran sangat besar telah jatuh ke sebuah danau di dekat gunung Fuji yang mengakibatkan gempa semalam, untungnya tidak menimbulkan tsunami. Para warga juga dengan cepat dievakuasi oleh petugas keamanan di sana, dan hari ini semuanya bisa langsung beraktivitas seperti biasa.

Tapi sepertinya hal tersebut hanya sekejap, cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi gelap, awan mendung terlihat di langit sambil mengeluarkan suara gemuruh dan petir. Tentu saja semua orang menjadi kebingungan ada apa sebenarnya hari ini? Karena kondisi tersebut, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan para murid dan guru secepatnya. Haruka yang sudah capek-capek datang merasa sangat kesal akan hal ini, kalau begini jadinya lebih baik ia tidur saja di dalam kamarnya.

Dan lebih parahnya lagi beberapa kendaraan umum tidak bisa beroperasi karena badai. Haruka memutuskan untuk berjalan kaki saja meskipun ia tahu kalau jarak dari sharehouse ke sekolahnya lumayan jauh. Angin berhembus sangat kencang dan dingin, tiba-tiba dari pandangan Haruka terlihat beberapa orang yang pingsan di jalanan. Bermaksud menolongnya tapi dirinya sendiri juga susah untuk bergerak. Dari arah depan muncul sesosok laki-laki berambut biru gelap itu.

"Masih ada orang di sini? Kau mau aku habisi?" ucapnya.

"Siapa kau?" tanya Haruka.

"Aku Reon Misono. Tak perlu tanya lagi, kau akan kuhabisi hari ini."

Dari tangannya ia mengeluarkan sebuah bola angin, dan tanpa aba-aba ia melemparkannya ke arah Haruka. Ia yang tak siap pun hanya bisa menutup matanya dan berusaha menangkisnya dengan tangannya, namun tepat sebelum mengenai dirinya, seseorang telah menyelamatkannya dari serangan itu.

Reon tak tinggal diam, ia terus meluncurkan serangan anginnya pada orang tersebut. Orang yang barusan menyelamatkan Reon tadi juga dengan mudahnya menahan semuanya. Hingga saat Reon tengah lengah, ia langsung dipukul olehnya dengan sebuah tongkat. Tubuhnya langsung terantuk ke tanah dan tak mampu berdiri dengan mudah. Reon berusaha berdiri sambil memegang lehernya yang kena pukul itu.

"Cih, kali ini kau beruntung." ucapnya sambil pergi begitu saja. Badai pun mulai mereda, Haruka yang daritadi diam saja melihat orang itu pun segera menghampirinya.

"Terima kasih." kata Haruka.

"Tidak masalah. Apa kau terluka?"

"Tidak."

"Sebaiknya kau langsung pulang saja. Mungkin dia akan kembali lagi jika kamu tetap di sini."

Haruka mengangguk dan memutuskan untuk pulang. Sedangkan orang itu tetap berada di sana, ia menekan jam tangannya dan langsung memberikan laporan kepada rekannya, "Aku sudah menyelesaikannya."

"Kerja bagus, Hayasaka-san. Tapi kita harus waspada juga."

"Baik." ucapnya sebelum akhirnya ia kembali ke tempatnya.

***

Di sebuah kamar kerajaan, seekor kucing besar tengah duduk di singgasananya. Pintu terbuka dan memperlihatkan Nayuta yang datang menghampirinya, kemudian berlutut di hadapannya.

"Misi anda sudah dilaksanakan, Nyakotaro-sama." ucapnya.

Nyakotaro yang mendengarnya hanya mengeong saja, tapi ia jadi terkejut saat melihat Reon yang baru saja kembali dengan keadaan babak belur. Kucing tersebut hanya melihatnya dengan tatapan sinis.

"Maafkan aku Nyakotaro-sama, ada seseorang yang mengacaukan misiku tadi." katanya.

"Mengacaukanmu? Bukankah semua orang sudah kau habisi?" tanya Nayuta.

"Saat aku ingin menghabisi seorang pemuda, tiba-tiba saja dia datang."

"Hah ...." hela Nayuta.

Kucing itu pun melempar sebuah bola kecil kepada Nayuta dan Reon. Keduanya mengambil bola tersebut dan membukanya, "Itu adalah misi kalian yang selanjutnya, kali ini tidak boleh gagal!" sahut Nyakotaro.

"Baik, Nyakotaro-sama."

Kedua orang tersebut pergi untuk menjalankan misi yang sudah diberikan olehnya. Kucing besar itu kembali tidur-tiduran di singgasananya sambil melihat ke arah bola yang menunjukkan planet bumi. "Aku harus menguasai bumi ini!"


To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top