4. Manager
Kejadiannya sekitar 3 bulan yang lalu, Wen. Gue waktu itu lagi dribbling sambil ngelewatin kerucut dan gue merasa diliatin. Pas gue nengok ke lantai atas, ada...
"Ada kuntilanak yang katanya ada di kelas X IPS 1, Kris?"
"Ck," Kris berdecak. "Diem dulu bisa gak?"
Owen mengangguk.
Dan waktu gue ngeliat dia, hmmm.. dia itu cewek normal. Rambutnya sebahu, poninya ke arah kiri dan pendek... ya gitu deh.
Kris menyesap susu kotaknya. Dia menunggu respon Owen akan ceritanya.
"Maksud lo, dia Letisha? Tau dari mana?"
Kris mengangkat bahu. "Setelah gue liatin balik, dia kesentak kaget, dan langsung lari ke dalam kelas. Apa dia..."
"Malu karena kepergok ngeliatin lo, maksudnya?"
Lagi-lagi Kris hanya mengangkat bahunya.
Kris A - 10.12
Letisha?
Le Tisha - 10.12
Hadir!
Le Tisha - 10.12
...dan masih ga percaya seorang Kris ngegreet gue duluaaan xD xD
Kris tersenyum miring.
Kris A - 10.13
Apa gue sesombong itu di mata lo?
Le Tisha - 10.13
Gue pikir lo benci sama gue.
Kris A - 10.14
Gue ga bisa benci orang yang belum gue kenal secara langsung.
Ini umpan kedua. Umpan kedua, demi Tuhan! Kris merutuk gemas dalam hatinya. Siapa dia, kenapa, dan apa. Hanya itu yang ingin Kris tahu. Selanjutnya biar Tuhan dan hatinya yang memilih, mau terus berhubungan dengan anak misterius ini atau tidak.
Sambil Kris mengetik, mata Owen curi-curi pandang pada layar ponsel Kris.
Kris A - 10.20
Letisha?
Setelah panggilan itu tak bersambut selama 10 menit, Kris menyerah. Ia mengantungi ponselnya dan menatap Owen. "Dia... bener-bener misterius, Wen."
Owen menepuk-nepuk bahu Kris ringan. "Tenang, selama di bukan setan, pasti gampang ngelacak dia."
Dengan pasrah, Kris menghela napas berat. "Hhhh... oke."
***
Kris memantul-mantulkan bola dengan ringan. Teman-temannya sedang pergi ke kantin, sementara dia merasa perutnya masih penuh.
Setelah dribbling 6 kali, Kris mulai berlari maju ke ring dan melakukannya.
Dunk.
TRANG! Kris menjebloskan bola ke dalam ring yang cukup tinggi tersebut.
Kris mendarat di lapangan dengan bangga. Napasnya terengah-engah karena lompatannya, namun hatinya merasa puas.
"Sedikit lagi, maka dunk gue akan sempurna." Kris menyeka keringat di dagunya dan berjalan menuju bench untuk mengambil minumannya. Namun... "kok minuman gue gak ada?"
Kris mengorek-orek tasnya untuk mencari keberadaan botol minumannya. Kayaknya tadi gue taruh di sini! Kris masih mencari.
Tiba-tiba, Kris merasakan punggungnya disentuh dengan sesuatu yang dingin. Kris menoleh ke arah kanan, dan mendapati seseorang ada di belakangnya.
"Eh, elo, Sha," kata Kris.
"Minum dulu, Kris." Manajer tim basket bernama Resha itu memberikan botol minum inventaris tim basket.
Kris tersenyum dan mengangguk. "Thanks!" Dia menerimanya dan meneguknya hingga sisa setengah, kemudian menyerahkannya pada Resha.
"Jangan sampe stamina habis sebelum latihan loh, Kris!" Resha mengingatkan, melihat Kris menarik dan mengulur napasnya dengan cepat. "Tapi dunk lo keren kok!" pujinya.
Mendengar pujian itu, Kris tersenyum. "Tapi gue masih harus manage stamina gue," Kris terkekeh, diikuti oleh Resha.
Tak lama berselang, semua anggota eskul basket kembali dari kantin. Coach Ridho pun keluar dari ruangannya dan memulai sesi latihan.
Coach Ridho menepuk-nepukkan tangannya. "Oke semua, kita mulai pemanasan!" serunya. "Dan, Resha..."
"Ya, coach?" tanya Resha.
"Tolong dibukukan pemasukan dan pengeluaran bulan ini, ya? Uang kas dan buku ada di ruangan saya!"
Resha mengangguk dan tersenyum pada coach Ridho.
Semangat, Kris... Resha berbisik dengan suara yang hanya terdengar olehnya.
***
Kris A - 20.22
Letisha? Reply pls.
Le Tisha - 20.22
Halo, Kris :)
Kris A - 20.23
Sorry for yesterday.
Le Tisha - 20.23
Yang mana?
Kris A - 20.24
Gue bentak lo... dan kemarin gue nganggep lo freak dan annoying
Le Tisha - 20.24
Eeh? Ih sumpah gpp keles! Gue emang aneh, asal ngeline sok deket sok misterius xD
Le Tisha - 20.24
Tapi gue cuma mau jd tmn lo doang kok, Kris. Ga lebih. Ga modus. Ga mau ganggu hidup lo.
Le Tisha - 20.24
Lo cukup harus tau itu aja :)
Kris terdiam cukup lama. Sejujurnya, dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Dalam hatinya ada perasaan mencelos karena sudah memarahi seseorang yang berniat baik padanya. Namun di sisi lain, dia merasakan sesuatu yang asing.
Kris A - 20.23
Kenapa setiap gue ngomongin soal sosok asli lo, lo gak pernah bales?
Semoga lo jawab kali ini, Letisha, Kris membatin.
Le Tisha - 20.26
Karena gue gamau ktmu lo.
Kris A - 20.27
Tapi lo mau berteman sm gue.
Le Tisha - 20.29
Tapi gue ga bs ktmu lo
Kris A - 20.29
Gue berteman tanpa liat fisik
Le Tisha - 20.30
Ini bukan masalah penampilan
Kris A - 20.30
Masalah apa?
Le Tisha - 20.34
Sori, Kris. Udah disuruh tidur sm mama.
Kris A - 20.34
Seengaknya kasih tau gue lo anak Karsa atau bukan!
Le Tisha - 20.34
Lo harus tahu betapa berartinya semua balasan dri lo buat gue
Kris A - 20.34
Lo anak kls berapa? Jurusan ipa ips?
Le Tisha - 20.34
Makasih bnyk, Kris :D
Kris A - 20.35
Lo udh bikin gue mati penasaran, Letisha
Le Tisha - 20.35
Gue seneng akhirnya gue bs punya keberanian utk ngobrol sm lo dan jd temen lo.
Kris A - 20.35
Hei, lo bs ga sih jng acuhin gue?
Le Tisha - 20.36
Night, Kris! Besok turnamen kan? Gue bakal selalu mengandalkan elo. Lo kartu as tim basket kita. :) :) :)
Kris A - 20.36
Gue hargain smua kbaikan lo, tp lo siapa?
Le Tisha - 20.36
Dunk yang kemarin keren. Tapi coba pusatin lagi kekuatan lompatan lo di ujung kaki, yah :)
Kris terdiam. Tangannya yang mengenggam erat ponsel pun mulai meregang. Kris terperanjat. Dia tahu jawabannya.
"Lea Astiana Resha. Le Ti Sha."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top