6. Business Matchmaking 2

Nothing's Changed

###

Part 6

Business Matchmaking 2

###

Zaffya baru saja memejamkan matanya ketika ada benda dingin menyentuh pipinya. Segera ia membuka matanya. Dan melihat sosok Dewa yg berdiri di hadapannya. Menarik kursi terdekat dan duduk di hadapannya sambil melemparkan senyum lebarnya pada Zaffya.

"Apa yg kau lakukan di sini?" Ketus Zaffya sambil mengangkat kepalanya karna tidurnya di ganggu. Menyingkirkan minuman kaleng yg tadi menyentuh pipinya dari hadapannya dengan kasar ke arah Dewa.

"Aku punya minuman lebih." Dewa menunjuk minuman itu dan kembali menggesernya ke hadapan Zaffya. Lalu membuka minuman kaleng yg sama dan segera meneguknya.

"Aku tidak haus." Jawab Zaffya datar. "Lebih baik kau pergi, mengganggu istirahatku saja." Zaffya kembali mendaratkan kepalanya di meja, namun kini menghadap ke arah sebaliknya. Memunggungi Dewa.

"Aku juga mau menanyakan sesuatu padamu."

Zaffya hanya diam. Tak menanggapi kalimat Dewa.

"Apa Richard sudah tahu mengenai ren..." Dewa tersentak kaget saat Zaffya tiba tiba menegakkan tubuhnya dan melotot menatapnya. Gerakan tiba tiba itu membuatnya mematung dengan mulut yg masih membuka.

"Apa kau memberitahunya?" Tanya Zaffya tegang. Ia lupa kalau Richard dan Dewa saling mengenal. Lagipula mereka, kan rekan OSIS. Apa mereka harus berbagi hal pribadi seperti ini?

Dewa menggeleng sedikit.

Zaffya menghembuskan nafas leganya. Setelah kelegaanya berlalu, ia melemparkan tatapan membunuhnya pada Dewa. "Kubunuh kau kalau sampai memberitahunya." Ancam Zaffya.

"Oohh..." Dewa memasang tampang pura pura ngerinya. "Aku takut."

"Lagipula ini cuma rencana keluarga kita. Dan kita berdua tahu kalau rencana itu tidak akan berjalan sesuai rencana mereka."

Dewa mencibir. "Kalau kau tahu rencana itu tidak akan pernah terjadi, lalu kenapa kau takut Richard mengetahuinya?"

"Aku tidak takut. Dan aku juga sudah ada rencana untuk memberitahunya. Tapi..." Zaffya menghentikan kalimatnya. Merasa aneh dan tidak nyaman dengan tatapan penuh perhatian dan berbinar binar Dewa padanya.

Dewa mendengarkan dengan seksama setiap kata yg akan di ucapkan Zaffya. Ia suka sekali memperhatikan setiap gerak gerik wanita ini. Dan ia tahu dengan sangat baik kalau ia tidak bisa mengatakan perasaannya yg sebenarnya pada wanita ini. Atau wanita ini akan semakin menjauh darinya. "Tapi?"

"Tapi kenapa aku harus memberitahumu apa yg kupikirkan." Zaffya beranjak dari kursinya. Melangkah pergi meninggalkan Dewa yg menatapnya bingung. Ia harus menjaga jarak aman dengan laki laki ini.

"Kau mau kemana?"

Zaffya menutup pintu kelasnya sebagai jawaban untuk pertanyaan Dewa.

###

Memberitahu rencana pertunangannya dengan Dewa pada Richard. Apa ia harus melakukan itu? Apakah hubungan mereka sudah sampai sejauh itu? Memberitahu tentang apa saja yg mereka berdua alami pada yg lainnya.

Dan bagaimana reaksi yg akan Richard tunjukkan padanya saat ia memberitahunya?

Jika hanya saling memberitahu kabar dan kegiatan apa saja yg mereka lakukan, ia tidak canggung untuk melakukan itu. Namun, ini masalah keluarganya. Apa ia harus memberitahunya juga? Ia bahkan tidak memberitahu Richard tentang ketidaksukaan mamanya dengan hubungan mereka.
Ia selalu mewanti wanti mamanya untuk tidak menunjukkan sikap tidak sukanya di hadapan Richard. Atau ia yg akan melakukan sesuatu yg akan membuat mamanya menyesal.

Dan selama menjalani hubungan ini, mereka hanya saling menikmatinya saja.

Zaffya tidak suka menonton bioskop. Toh, di rumahnya ada bioskop pribadi yg akan memutar film film paling terbaru. Namun ia tidak pernah menolak Richard saat laki laki itu mengajaknya menonton. Ia hanya suka menghabiskan waktu dengan Richard. Menatap wajah tampan itu sambil berusaha mencari cari apa yg ada pada wajah laki laki itu yg mengacaukan hidupnya.

Jika hanya wajah tampannya yg membuat jantungnya berdegup kencang, lalu kenapa saat berada di dekat Ryffa, Vynno ataupun Dewa. Hal itu tidak pernah di rasakannya.

Ia tidak tahu apa yg membuatnya tidak lelah menunggu hanya untuk laki laki itu. Ia tidak tahu apa yg membuatnya rela menuruti mamanya untuk melanjutkan kerajaan bisnis keluarganya selama mamanya tidak mengganggu hubungannya dengan Richard.

Namun, sepertinya 'tidak menganggu' yg mamanya maksud berbeda dengan yg di pikirkannya. Bagi mamanya hati yg berbunga bunga itu hanyalah perasaan sejenak yg memang akan di lalui siapapun karna dia sedang dalam masa pubertas. Setelah itu, kenyataan hiduplah yg akan menjadi jalan hidupnya. Sebagai seorang Luisana Zaffya Casavega Farick.

Sejenak?

Lalu kenapa perasaan itu masih sesak memenuhi dadanya?

Apa karna aku mencintainya?

Aku mencintainya?

Aku mencintainya.

Zaffya membatin kalimat itu di dalam hatinya. Seraya bertanya pada dirinya sendiri. Apakah semua ini benar?

Zaffya memegang dadanya. Memejamkan matanya. Jantungnya berdegup kencang bersamaan ketika mulutnya berbisik. "Aku mencintainya. Aku mencintai Richard."

Ya. Perasaan ini nyata. Sama seperti degup jantungku yg tidak bisa berhenti saat memikirkan Richard. Sama seperti otaknya yg tidak bisa berhenti memikirkan Richard. Perasaan ini masih sama seperti tujuh bulan yg lalu. Bahkan semakin kuat sejak saat itu.

Zaffya tidak peduli lagi apakah perasaan itu akan bertahan atau tidak. Yang ia tahu saat ini ia mencintainya. Hanya itu yg ia butuhkan saat ini.

Dering suara ponselnya yg menandakan ada pesan baru membuyarkan lamunan Zaffya. Segera ia merogoh sakunya.

From : Richard

Apa kau memikirkanku?

Zaffya tercenung membaca pesan singkat itu. Tersenyum kecil sambil mengetik jawaban untuk Richard.

To : Richard

Apa aku harus?

From : Richard

Tentu saja. Karna aku kekasihmu. Hanya aku yg boleh memenuhi pikiranmu. Lagipula... aku tahu kau sedang memikirkanku.

Apa?

Mata Zaffya melotot. Matanya mengedarkan seluruh pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan yg tampak sepi. Jam istirahat seperti ini, kebanyakan para siswa menghabiskan waktunya di kantin. Dan dia sendiri ke perpustakaan bukan karna menyukai membaca, akan tetapi karna perpustakaan selalu hening dan sepi di jam jam segini.

Sampai ia tidak juga menemukan sosok yg di carinya, Zaffya menghembuskan nafas leganya. Ia malu ketahuan memikirkan laki laki itu.

Zaffya menunduk menatap ponselnya. Mengetik balasan untuk Richard.

To : Richard

Kau di mana?

From : Richard

Memasang mading. Di dekat perpustakaan.

Segera Zaffya beranjak dari kursinya dan melangkah keluar dari perpustakaan. Menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok Richard.

Zaffya merasakan debar jantung yg sudah sangat familiar baginya ketika melihat sosok itu berdiri memunggunginya. Memegang lembaran mading yg di pasang di dinding. Tersenyum lebar melihat hasil pekerjaannya yg sangat memuaskan. Senyum itu benar benar membuatnya tidak bisa berhenti menarik hatinya untuk terpesona. Ia tidak pernah bosan melihat senyum yg menghiasi wajah tampan pemiliknya.

"Menyukai seseorang benar benar membuatmu kehilangan kewarasanmu." Bisik suara lembut dan penuh penghayatan di setiap kata katanya, yg tiba tiba ditangkap indera pendengaran Zaffya.

Segera saja senyum di bibir Zaffya menghilang. Di gantikan wajah datar dan dinginnya. Zaffya menolehkan kepalanya ke samping. Melihat Ryffa yg mengalungkan lengannya di bahunya ikut memperhatikan Richard yg masih berdiri di depan mading.

Zaffya menarik dirinya dari rangkulan Ryffa dengan kasar. "Apa yg kau lakukan di perpustakaan?"

Ryffa tersenyum lebar, "Perpustakaan seperti udara buatku. Dan kau? Apa yg kau lakukan di depan perpustakaan tersenyum tidak jelas seperti tadi?"

"Urus saja urusanmu sendiri." Zaffya mendorong tubuh Ryffa untuk masuk ke dalam perpustakaan. Setelah memastikan laki laki itu menghilang di balik rak rak buku, Zaffya kembali mengalihkan pandangannya ke tempat Richard berdiri.

Dan kini Richard sudah melambaikan tangannya ke arahnya sambil berjalan menuju arahnya dengan setumpuk kertas yg di gulung gulung. Bekas majalah dinding yg baru di gantinya.

"Apa kau sudah makan?" Tanya Richard begitu keduanya sudah saling berhadap hadapan. Zaffya merasa canggung Richard mendekatinya dengan tenang dan santai di tempat umum seperti ini.

Kemarin ia bersikeras untuk untuk menyembunyikan hubungan mereka di sekolah. Namun, Richard menolaknya mentah mentah.

"Backstreet?" Tanya Richard tak percaya saat Zaffya menyampaikan usulan itu di cafe sehabis menonton.

Zaffya mengangguk ragu. Melihat reaksi yg di tunjukkan Richard saat menyampaikan usulan itu, membuat Zaffya takut Richard tersinggung. Dan hal yg paling di takutinya adalah menyakiti perasaan laki laki itu.

"Kenapa? Apa kau malu punya pacar yg jauh di bawah standar keluargamu?"

"Ini bukan masalah status keluarga kita."

"Kalau begitu, kenapa kau bersikeras menutupi hubungan ini?"

"Aku bukannya menutupi hubungan kita. Aku... aku hanya tidak mau membuat konflik di sekolah."

"Tidak ada yg perlu di khawatirkan dengan konflik yg bahkan belum terjadi di sekolah nanti. Jika kau masih bersikeras untuk backstreet, aku akan menganggap kau malu mempunyai kekasih sepertiku."

Zaffya diam.

"Jika kau membenci tatapan yg di lemparkan padamu saat kita jalan berdua. Bukankah kita harus menghadapinya. Aku tidak peduli dengan pendapat orang. Lagipula kita juga tidak bisa mengontrol perasaan suka ataupun benci orang orang terhadap diri kita." Tambah Richard.

Zaffya diam. Mencoba mencerna setiap kata yg di ucapkan Richard, "Baiklah. Kita bisa melupakan usulanku baru saja." Jawab Zaffya akhirnya.

Sebenarnya, hal yg paling di takutinya adalah saat orang orang mulai melihat ke arahnya, ia tidak bisa mengontrol semua orang untuk berhenti mencari tahu seluk beluk dirinya. Mencari kelemahan apapun yg di milikinya. Ia hanya tidak suka, nantinya orang orang akan mengetahui nama belakangnya. Yg membuatnya tidak bisa memilih antara teman dan musuh yg sebenarnya. Ia tidak suka sikap baik yg tunjukkan orang orang padanya hanya karna nama belakangnya.

Flashback end.

Zaffya menggeleng. Ia tahu dengan tatapan tatapan penasaran yg mulai menyelimutinya dari sosok sosok yg berada di sekitarnya.

' ...bukankah kita harus menghadapinya...' Zaffya mengingat ingat kalimat Richard kemarin.

"Kalau begitu kita ke kantin?" Tanya Richard sambil menggenggam tangan kiri Zaffya.

Zaffya melihat sosok lain yg berdiri di samping Richard. Gadis ini, bukannya gadis yg di tolong Richard kemarin di kantin.

"Luna, kenalkan ini Zaffya." Ucap Richard pada gadis berkuncir kuda yg berdiri di sampingnya. "Zaf, dan ini Luna."

Luna mengulurkan tangannya ke arah Zaffya. "Luna Septiana"

Zaffya membalas uluran tangan tersebut dan menyebutkan nama panggilannya. "Luisana Zaffya. Panggil saja Zaffya."

"Zaaff..." teriak suara sepupu sialannya yg membuat ketiga sosok itu menengok mencari asal suara.

Vynno berlari melewati lorong perpustakaan. Melewati orang orang berjalan di sekitar situ tanpa memedulikan decakan dan pandangan tajam yg di tujukan padanya. Hanya orang bodoh yg berteriak teriak tidak jelas di sekitar perpustakaan yg penuh kesunyian.

Vynno berhenti ketika sudah berada di depan Zaffya. Dengan nafas ngos ngosan ia berusaha mengembalikan pernafasannya kembali normal. "Hai, Richard. Hai..." Vynno melihat name tag yg di pasang di dada kanan Luna. "...Luna."

"Hai, juga sepupu sialan." Sambar Zaffya menatap Vynno dengan memicingkan matanya. "Kau tahu ini perpustakaan, bukan? Kenapa kau berteriak teriak seperti orang gila." Desisnya.

Vynno hanya nyengir kuda. Baru menyadari kalau mereka berada di depan perpustakaan. "Aku harus membawamu ke ruang kepala sekolah."

Zaffya mengernyit. Kenapa dia harus ke ruangan kakeknya? Iapun membuka mulutnya untuk menanyakannya. Namun, saat menyadari ada Luna di sekitar mereka, ia kembali menutup mulutnya dan hanya melemparkan tatapan bertanya ke arah Vynno dengan isyarat mata.

"Aku tidak tahu." Vynno mengedikkan bahunya.

Zaffya berpikir untuk menolaknya, namun karna ada Luna. Tidak mungkin ia menolak mentah mentah panggilan pemilik sekolah mereka ini padanya. Zaffya mengumpat dalam hati. Inilah salah satu hal yg paling di bencinya ketika menginjakkan kakinya di sekolah ini. Kakek dan mamanya bisa mengontrol penuh apapun atas dirinya dan memanggilnya sesuka mereka.

"Tidak apa apa. Kau bisa menemui ka..." Richard menghentikan kalimatnya. Hampir saja ia keceplosan untuk mengatakan -kakek- untuk kepala sekolah mereka. Ia tahu kekasihnya itu tidak suka siapapun mengetahui tentang nama belakangnya. "...kepala sekolah dulu. Setelah selesai kau bisa menghubungiku nanti."

Zaffya mengangguk. "Baiklah, kita pergi dulu." Kemudian ia melangkah meninggalkan Richard dan Luna. Di ikuti oleh Vynno yg berjalan di belakangnya.

###

"Kenapa bapak memanggil saya ke sini?" Ucap Zaffya dengan penuh kesopanan yg di buat buat begitu dia mendudukkan pantatnya di kursi tamu Ruang Kepala Sekolah.

Chase tersenyum geli melihat sikap yg di tunjukkan cucunya padanya. "Kau tidak perlu bersikap seperti itu saat hanya ada kakek di ruangan ini."

"Ini masih di lingkup sekolah. Seharusnya bapak bisa bersikap profesional." Sindir Zaffya tenang.

Chase mencibir. "Kau bisa melupakan masalah keprofesionalan saat ini. Karna sekarang kakek ingin membicarakan masalah pribadi. Mengingat kakek tidak sempat pergi ke rumahmu akhir akhir ini."

"Kalau begitu sebaiknya saya keluar. Saya tidak bisa membicarakan masalah pribadi di sekolah. Anda bisa menunggu sampai anda punya waktu luang untuk bertemu dengan mama saya. Saya tidak masalah dengan hal itu." Suara Zaffya terdengar sangat lembut dan berusaha memasang senyum palsu setulus mungkin. Lalu ia berniat mengangkat badannya untuk berdiri. Namun gerakannya terhenti oleh perkataan kakeknya membuatnya terkejut.

"Ini masalah pertunanganmu dengan Dewa."

Zaffya menatap kakeknya. Ia kembali terduduk di kursi. Berita yg baru di dengarnya benar benar membuat perutnya mual. "Apa maksud kakek?" Tanya Zaffya dengan wajah yg kini sudah pucat pasi.

"Mengenai pertunanganmu dengan Dewa. Bagaimana kalau di adakan saat pesta ulang tahunmu yg ke tujuh belas. Tidak perlu mengundang banyak orang. Hanya keluarga terdekat saja yg di undang. Jadi tidak perlu mengadakan pesta yg begitu mewah seperti yg kau benci."

"Pertunangan apa maksud kakek? Zaffya dari awal tidak menyetujui rencana pertunangan itu. Begitu juga Dewa."

"Kenapa?"

Zaffya menghembuskan nafas berat penuh kefrustasiannya. "Apa mama yg meminta kakek melakukan ini?"

"Tidak penting siapa yg meminta kakek untuk melakukan ini selama itu yg terbaik buat kamu."

"Zaffya sudah punya kekasih. Mama tahu itu. Dan Zaffya tidak akan bertunangan dengan siapapun kecuali dengan seseorang yg Zaffya inginkan."

"Apa dia serius denganmu?"

"Apa harus sekarang Zaffya mempunyai hubungan yg serius? Zaffya bahkan belum berumur 17."

"Kau akan berumur 17. Jadi kau harus."

"Kenapa? Apa Zaffya akan mati kalau tidak segera bertunangan?"

"Karna kau adalah satu satunya pewaris Casavega." Jawab Chase datar. "Kau tidak bisa menyangkal nama belakang yg mengikuti aliran darahmu, sayang."

Zaffya memejamkan matanya. Ingin sekali ia meneriaki takdir yg membuatnya memiliki darah Casavega di seluruh tubuhnya. Begitu berat beban yg di sandarkan di bahunya karna nama belakangnya. "Dan itu tidak membenarkan kakek untuk menyuruh Zaffya bertunangan dengan Dewa."

"Kalau begitu kau bisa meminta kekasihmu untuk bertunangan."

Zaffya diam. Apakah Richard akan menyetujui gagasan itu? Perasaan was was mengitari otaknya. Bagaimana kalau Richard menolaknya? Benarkah ia bisa bertunangan dengan Dewa sementara dirinya baru saja menyadari bahwa hatinya milik Richard? Benarkan ia bisa menjalani sisa hidupnya dengan laki laki lain sementara hatinya meneriakkan nama Richard? Ia bahkan masih terlalu muda untuk memikirkan sebuah pertunangan, apalagi sebuah pernikahan. Hubungan yg akan di bawanya sampai mati. Umurnya bahkan belum genap 17 untuk memikirkan sisa kehidupan yg sudah di tentukan.

"Kesepakatannya. Kalau kekasihmu itu mau bertunangan denganmu, kakek akan melupakan rencana pertunangannmu dengan Dewa. Kalau tidak, kau harus bertunangan dengan Dewa. Kakek rasa ini cukup adil." Chase menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Menyilangkan kedua tangannya, menandakan pembicaraan mereka selesai.

Zaffya berdiri dan mendorong kursi di belakangnya dengan kasar. Melangkah dengan marah untuk keluar dari ruangan sialan ini.

###

Thursday, 16 March 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top