4. Love


Nothing's Changed

###

Part 4

Love

###

"Apakah pestanya begitu membosankan?" Suara itu mengagetkan Zaffya dan membuyarkan lamunannya. Ia menolehkan kepalanya mencari asal suara itu. Seluruh tubuhnya membeku, nafasnya tertahan, jantungnya berdetak lebih cepat tanpa ritme yg jelas, perasaan gusar dan nyaman di saat yg bersamaan membuat perutnya mual sekali lagi tanpa alasan yg jelas. Membuatnya bingung harus senang atau sedih karna sosok itu mengacaukan semuanya.

Lagi..

Ya, itulah reaksi sialan yg sangat familiar bagi Zaffya ketika bertemu dengan sosok itu. Dan kali ini, bahkan reaksi tubuhnya lebih parah lagi karna sosok itu berdiri bersisian di sebelahnya, mengenakan balutan tuksedo yg sangat pas di tubuhnya yg membuatnya semakin tampan daripada tadi ketika ia melihatnya dari kejauhan. Membuat gadis manapun akan langsung luluh melihat ketampanan yg terpampang jelas di wajahnya. Sialnya saat ini dia juga adalah gadis, yg membuatnya harus berusaha keras untuk memalingkan wajahnya ke arah mana saja. Memerangi pikiran dan hatinya yg sangat menginginkan menatap ke dalam mata coklat itu.

Sial...

Dgn jarak sedekat ini, mata itu semakin kuat memberikan pengaruh pada dirinya yg sudah sangat cukup terbuai. Ia merasa sangat nyaman dan tenang begitu masuk ke dalam mata coklat itu. Apakah ini tanda tanda bahwa dirinya sudah mulai gila? Tanya Zaffya pd dirinya sendiri menyadari keinginan paling tidak masuk akal yg tiba tiba muncul bersamaan dgn keberadaan sosok ini. Segera Zaffya menggeleng gelengkan kepalanya berusaha mengembalikan kesadarannya sebelum pikiran pikiran jahat merasukinya.

Usahanya cukup berhasil karna dia sudah mengarahkan wajahnya menatap pemandangan kota. Tangannya terkepal menahan getaran yg tiba tiba menyerang tubuhnya dan membuatnya berkeringat dingin. Ia memejamkan matanya, berusaha mengontrol emosinya yg meluap terhadap laki laki ini.

Ia memisahkan dirinya dari keramaian hanya untuk menghindari laki laki ini, dan apa yg di dapatkannya saat ini? Sangat jauh dari kata aman untuk dirinya. Sepertinya besok ia harus berkunjung ke psikolognya lagi. Semoga saja wanita tua itu tdk mengatakan omong kosong seperti sebelum sebelumnya. Jika wanita tua itu sekali lagi mengatakan bahwa dirinya jatuh cinta, ia bersumpah tdk akan datang padanya lagi dan mencari psikolog yg lebih baik dari wanita tua itu.

"Kau blm menjawab pertanyaanku?" Sekali lagi suara maskulin itu menuntut Zaffya untuk memecah keheningan di antar mereka.

"Ini pesta paling memuakkan yg pernah kudatangi." Jawab Zaffya dingin sambil melemparkan tatapan paling dingin yg di milikinya pada laki laki itu.

Laki laki itu tersenyum getir mendengar jawaban Zaffya. "Aku setuju."

Zaffya hanya diam dan kembali mengalihkan pandangannya dari laki laki itu, menatap kembali ke depan. Ia benar benar tdk tahan berlama lama menatap mata itu. Ada hasrat yg tiba tiba muncul untuk menyentuh wajah tampan itu dan menyelam ke dalam matanya. Dan ia yakin 100% saat ini ia sudah gila tanpa vonis dari dokter. Mata itu benar benar membuatnya semakin gila ketika bertatapan sedekat ini.

"Apa aku mengganggumu?"

"Ya, kau sungguh sangat menggangguku.dan sialnya kedatanganmu bukan hanya menggangguku" jawab Zaffya masih dgn nada tak bersahabat dan tanpa menatap wajah laki laki itu.

Laki laki itu tampak terperangah mendengar jawaban Zaffya. "Oh...sorry. Aku akan pergi." Laki laki itu tampak salah tingkah karna di usir secara terang2an oleh wanita yg bahkan belum di kenalnya. Walaupun sepertinya wajah itu tdk terlalu asing baginya. Ada sesuatu yg membuatnya tak bisa menolak wanita itu.

"Tunggu!" Suara Zaffya menghentikan langkah laki laki itu yg sudah beberapa langkah menjauhi darinya. Laki laki itupun membalikkan badannya, menoleh ke arah Zaffya yg kini juga sudah membalikkan badannya balas menatapnya dengan tatapan tajam, dingin dan penuh keangkuhan.

"Ya?" jawab laki laki.

"Apa kau keberatan jika aku meminta waktumu sebentar untuk berbicara?"

Laki laki itu menganggukan kepalanya setelah sejenak tampak menimang nimang permintaan Zaffya. Lebih tepatnya ia merasa aneh dgn sosok di hadapannya ini. Baru saja gadis itu mengusirnya secara terang terangan lalu tiba tiba mengajaknya untuk berbicara. Dan lagi... apa yg ingin di bicarakan gadis ini dengan dirinya? ia bahkan baru bertemu dengannya beberapa menit yg lalu.

"Siapa namamu? ah salah...bukan itu hal utama yg ingin ku tanyakan..." Zaffya mengibaskan tangan kanannya sekali. "..apa kau sudah punya kekasih?" Tiba tiba saja mulutnya tanpa tahu malu menanyakan hal itu. Ia tdk peduli lagi dgn harga diri yg di junjung tinggi di hadapan psikolognya saat ia terapi.

Laki laki itu menautkan kedua alisnya tdk mengerti. Namun akhirnya ia menggelengkan kepalanya sedikit sebagai jawaban.

"Baguslah kalau begitu." Jawab Zaffya datar. Setidaknya ia perlu tahu status laki laki itu sebelum mengeluarkan perasaan sialan yg berkecamuk di hati maupun pikirannya yg sudah benar benar tdk bisa di tahannya lagi.

Dgn tangan yg di silangkan di depan dadanya dan melangkah mendekati laki laki itu dengan gerakan pelan dan penuh perhitungan. Mati matian ia berusaha mengabaikan debaran jantungnya yg semakin kencang saat kakinya sedikit demi sedikit mengurangi jarak di antara mereka. Ia benar benar sdh tdk tahan dengan kebetulan memuakkan ini.

"Aku tidak akan mengulangi kata kata yg akan ku ucapkan. Jadi sebaiknya kau dengarkan baik baik." Zaffya memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafas beratnya. Ia tdk bisa mundur lagi. Apapun jawaban laki laki ini ia tdk akan mempedulikannya. Kemarahannya, emosi yg tdk suka ia rasakan, perasaan yg tdk ia ijinkan untuk di lekatkan pd org lain mulai menggemuruh. Dan desakannya tdk bisa di tolak lebih lama lagi.

Laki laki itu mengangguk pelan. Mencoba menghilangkan kerutan di keningnya beserta keheranannya.

"Kau tau... berapa kali aku pergi ke psikolog hanya karna entah apa yg telah kau lakukan padaku sejak melihatmu di penerbangan sialan itu. Kau memenuhi pikiranku. Mengusik kehidupan tenangku. Membuatku tak bisa berkonsentrasi melakukan apapun. Kau benar benar mengacaukanku dan aku benar benar tdk tahu cara untuk mengatasinya lagi. Setiap kali aku berkunjung ke psikolog atau dokter jantung itu. Apa kau tahu berapa banyak uang yg telah kukeluarkan hanya untuk omong kosong sialan itu sebagai jawaban yg sama sekali tdk memuaskanku. Jawaban yg sama sekali tdk bisa menjawab pertanyaan pertanyaan sialan yg berkecamuk di otakku karna kau selalu menunjukkan dirimu di hadapanku." Zaffya menyelesaikan kalimatnya dengan nafas sedikit terengah engah. Ia merasa sedikit lega bisa mengeluarkan berbagai macam pikiran yg sdh berkecamuk di otaknya sejak ia melihat laki laki itu untuk pertama kalinya. Ia masih berusaha agar jantungnya tak berdegup sekencang gendang yg di tabuh. Walaupun rasa sesaknya perlahan mulai menghilang sejak ia menyelesaikan kalimatnya.

Laki laki itu tertegun mendengar gadis yg berdiri di hadapannya. Mendengar rentetan kalimat yg sepertinya benar benar akan membuatnya meledak jika tdk segera di semburkannya. Tapi...kenapa kalimat semburan itu di tujukan padanya? Apa gadis ini marah padanya? Dan lagi... Penerbangan? Psikiater? Dokter jantung? Menunjukkan diri? Ia sama sekali tdk mengerti satupun arti dari kata kata yg di lontarkan gadis itu.

"Itu adalah alasan kehadiranmu di sini lebih dari sekedar menggangguku." Zaffya menambah kalimatnya karna laki laki itu hanya diam mematung.

"Maaf." Laki laki itu memberikan tatapan merasa bersalah pada Zaffya. Walaupun tampang itu sama sekali tdk menutupi tatapan ketidak mengertiannya terhadap kalimat zaffya. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Ini pertemuan pertama kita. Tapi ini bukan pertama kalinya aku melihatmu. Beberapa kali aku pernah melihatmu dengan kebetulan sialan yg selalu mengusikku. Kau benar benar mengacaukanku. Bahkan aku sama sekali tdk pernah mengenalmu, mengetahui seperti apa dirimu. Kau hanyalah org asing yg sangat mengganggu." Dengus Zaffya dgn penuh kesinisan. Ia malas mengingat begitu besarnya dampak laki2 itu pada dirinya bahkan hanya dgn melihatnya saja.

'beberapa kali aku pernah melihatmu dengan kebetulan sialan...' hanya kalimat itu yg bisa di saring otak laki laki itu dari sekian banyak kalimat yg di lontarkan padanya. Jadi gadis ini pernah beberapa kali tanpa sengaja melihatnya tanpa ia sadari. Penerbangan? pertama kalinya gadis ini melihatnya adalah di penerbangan. Terakhir kalinya ia melakukan penerbangan adalah beberapa bulan yg lalu dari amerika ke sini. Sekali lagi mata coklatnya memperhatikan wajah gadis ini. Tanganya masih di silangkan di depan dadanya. Jari jarinya mengetuk lengan kirinya dengan berurutan.

Gerakan itu...

Ia pernah melihatnya. Dan ya. Wajah ini. Ia pernah melihatnya. Atau lebih tepatnya memperhatikannya. Mungkinkah gadis ini yg ada di waiting room di penerbangan itu.

Saat itu, tanpa sengaja ia memperhatikan gadis itu yg duduk beberapa kursi di depannya menunggu penerbangan mereka yg waktu itu sedang delay. Beberapa kali gadis itu mendengus jengkel karna menunggu penerbangannya yg sepertinya juga delay seperti penerbangan miliknya. Caranya mendengus, menelfon entah siapa yg ada di seberang sana yg di maki maki olehnya tanpa mempedulikan org di sekitarnya yg memperhatikannya, bahkan ia tanpa segan segan melemparkan tatapan tajamnya pada orang orang itu yg membuat mereka segera memalingkan mukanya darinya detik itu juga. Gadis itu bersumpah ini terakhir kalinya ia naik maskapai ini dan membuat org yg di hubunginya itu membayar mahal untuk semua ini.

Ia tersenyum kecil melihat cara gadis itu menatap org disekitarnya. Melihat cara gadis itu kembali duduk dan gusar harus menunggu lebih lama lagi. Ia bisa melihat gadis itu bukan sedang terburu buru. Tapi lebih karna kepenatannya dgn menunggu. Bahkan delay penerbangannya hanya 15 menit seperti miliknya. Sepanjang 15 menit dirinya menunggu penerbangannya, ia terus saja mengamati gadis itu tanpa henti menggerakkan jemari lentiknya di bangku sebelahnya yg kosong dgn kaki di silangkan dan penuh keangkuhan. Matanya memicing menatap dinding kaca yg ada di hadapannya entah apa yg di lihatnya atau -lebih tepatnya- apa yg di pikirkan gadis itu mengingat yg ada di hadapannya hanyalah dinding kaca yg menunjukkan pemandangan landasan pesawat terbang yg kosong dan sesekali terlihat pesawat yg sedang landing. Sesekali keningnya tampak berkerut menandakan apa yg di pikirkannya sepertinya sedikit mengganggunya. Berkali kali juga gadis itu menengok jam tangannya dan mendengus karna sepertinya baginya jarum jamnya berjalan dgn amat sangat lambat.

"Apa kau mendengarku?" Suara Zaffya membuyarkan lamunan laki laki itu.

Dan laki laki itu mengangguk ragu. Sebelum bertanya, "Lalu?"

'Lalu?' Apa laki laki itu tidak punya pertanyaan yg lebih tepat dari kata tsb dalam pembicaraam mereka.

"Aku punya berbagai macam alasan untuk membencimu. Yg aku tdk suka adalah aku sama sekali tdk tahu alasan apa yg ku miliki untuk menyukaimu. Salah..." Zaffya meralat kalimatnya. "...wanita tua itu mengatakan aku mencintaimu..." Zaffya terkekeh geli dgn kalimatnya. Bercampur tawa yg datar. "...konyol bukan?...berkali kali aku memikirkannya sampai detik inipun aku sama sekali belum menemukan alasan yg pas untuk mencintai laki laki asing yg tdk ku kenal. Aku rasa daripada aku membuang buang waktu dan uang lebih banyak hanya untuk menyia nyiakannya saja, lebih baik aku menanyakan hal itu langsung padamu. Si pemeran utamanya."

Laki laki itu tampak menahan tawanya dgn semua kalimat panjang lebar Zaffya. Ia kini mengerti, penjelasan berbelit belit dari tadi yg di dengarnya intinya hanyalah satu. "Apa ini pernyataan cinta?"

Zaffya memandang aneh pada lelaki itu seolah laki laki itu mengucapkan kalimat paling tidak masuk akal yg pernah di dengarnya. Setidaknya tidak masuk akal baginya.

Laki laki itu tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi saat melihat perubahan wajah Zaffya. Apakah gadis ini belum pernah mengalami yg namanya jatuh cinta? Tanyanya dalam hati. Ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan pernyataan cinta dari seorang gadis yg memujanya. Namun, belum ada seorang gadis yg mengatakan cinta padanya dgn berbagai penjelasan rumit dan menuntut padanya alasan kenapa gadis itu bisa mencintainya. Plus kearogansian yg tanpa susah payah di tutupinya.

"Apa yg kau tertawakan?" tanya Zaffya tersinggung. Melemparkan tatapa tajamnya yg menusuk tepat di manik mata laki laki itu.

Detik itu juga tawa laki laki itu menghilang saat menyadari tatapan Zaffya yg mengenai tepat di manik matanya. Tatapan penuh dominasi, tajam, dingin dan penuh ketegasan yg entah kenapa sangat menarik baginya. Selama beberapa detik keduanya hanya saling diam dan bertatapan. Udara di antara mereka tampak menegang. Tatapan mata Zaffya tampak mendominasi laki laki itu dan membuatnya tak berkutik.

Sampai kemudian laki laki itu berdehem sebelum memecah kesunyian. "Apa...apa kau mencintaiku?" Tanya laki laki dengan nada yg penuh kehati hatian seakan salah satu kata saja bisa membuatnya tercekik. Tatapan mata itu benar benar membuatnya bertekuk lutut, akan tetapi ada sesuatu yg menarik dirinya pada wanita ini.

"Aku tdk mengatakan aku mencintaimu. Wanita tua itu yg mengatakannya." Zaffya tampak tdk terima dgn gagasan yg di katakan laki laki itu. "Dan sekarang aku hanya memintamu untuk memberikanku alasan kenapa aku mencintaimu?"

"Itu tdk ada bedanya. Psikologmu mengatakan hal itu pasti ada alasannya."

Zaffya tampak memikirkan sesuatu dgn keningnya yg berkerut. 'Benarkah apa yg di katakan oleh wanita tua itu? apakah ia sedang jatuh cinta?'

Itu perasaan paling tdk masuk akal yg masuk dalam list tdk penting di kehidupannya sbg seorang Farick dan Casavega. Tapi, jika dia seorang Luisana Zaffya. 'Apakah dia boleh merasakannya?'

"Baiklah." Zaffya diam sejenak. "Mungkin saja aku memang jatuh cinta padamu. Dan sekarang....bisakah kau memberiku alasan yg masuk akal untuk menerima opinimu itu?"

"Kau tdk perlu mempunyai alasan apapun untuk mencintai seseorang." Jawab laki laki itu dengan suara lembut. Seperti menasehati anak kecil bahwa permen tidak baik untuk kesehatan gigi mereka.

Zaffya mendengus. "Kita bahkan punya alasan untuk bernafas. Dan kenapa untuk perasaan seperti itu kita tdk punya alasan?" cibir Zaffya masih tdk puas dgn kalimat laki laki itu. Bagaimana mungkin untuk perasaan yg mengacaukan hidupnya datang di hatinya tanpa alasan yg jelas.

"Jika kau yg berada di posisiku. Jawaban apa yg akan kau berikan padaku?"

Zaffya terdiam. Ya. Jika ada seseorang yg mengatakan cinta padanya dan meminta alasan seperti yg dia lakukan, jawaban apa yg seharusnya ia berikan pada laki laki itu.

"Mungkin..." Zaffya tampak mengerutkan keningnya memikirkan alasan para pria menyukainya. "...karna aku cantik."

"Kalau begitu kau mencintaiku juga karna aku tampan?"

Zaffya terkekeh geli. 'Senjata makan tuan.' Pikirnya.

"Entahlah," gumam Zaffya pelan, mengalihkan mukanya ke samping sambil memijit kedua pelipisnya. Berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalanya yg mendadak muncul karna percakapan mereka. Belum lagi debaran sialan di jantungnya yg masih saja tdk mau berhenti ini.

"Kita tdk pernah punya alasan untuk mencintai seseorang." Ucap laki laki itu. Suaranya seperti menerawang. "Tapi kita bisa merasakannya sama seperti saat dada kita berdebar karenanya. Apakah saat ini jantungmu... berdebar.... karenaku?"

Zaffya terkesiap. Wajahnya semakin merona saat matanya kembali terpaku pada mata coklat laki laki itu.

'Ya...!'

'Jantungku memang berdebar sangat kencang setiap melihatmu.' Jawab Zaffya dalam hati. Dengan sisa harga diri yg masih di milikinya, ia tdk mungkin mengatakan yg sebenarnya pada laki laki itu.

"Apakah kau merasakan hal seperti itu ketika jatuh cinta pada seseorang?" tanya Zaffya menghindari pertanyaan laki laki itu. Dengan dagunya yg sedikit terangkat, menunjukkan kearogansiannya.

Ada kilat sedetik yg muncul di mata laki laki itu. Membuatnya sedikit menegang mendengar pertanyaan Zaffya. Zaffya sempat melihatnya, namun karna laki laki itu segera menguasai dirinya, membuat Zaffya tidak yakin dengan apa yg di lihatnya. Dan kemudian laki laki itu mengangguk pelan.

Zaffya merasakan ada tangan tak kasat mata yg mencubit hatinya saat laki laki itu menganggukan kepalanya.

Sialan....

Apakah ia tidak terima laki laki ini mencintai org lain? apakah ini yg namanya cemburu?

Tidak mungkin...

Tapi kenapa rasanya begitu nyata? ia tidak terima hati laki laki itu menjadi milik org lain. Tidak. Itu tidak boleh.....

'Baiklah kalian menang!'. Jawabnya dalam hati dgn gusar pada suara suara di kepalanya.

'Laki laki ini benar benar mengacaukanku...' Zaffya mendengus dalam hati.

"Baiklah... sepertinya opinimu benar. Aku mencintaimu." Zaffya mengucapkannya penuh kegusaran. Ia diam sejenak sambil menghela nafas untuk mengontrol emosinya. "Karna kebetulan kau juga belum punya kekasih, apakah kau mau menjadi kekasihku?"

Laki laki itu diam. Sama sekali tidak menyangka dengan pertanyaan gadis yg ada di hadapannya. Bagaimana mungkin di pertemuan mereka yg bisa di bilang untuk pertama kalinya, wanita ini memintanya untuk menjadi kekasihnya. Mereka bahkan belum saling mengenal dan menyebutkan nama mereka. Apakah wanita ini mempermainkannya? Atau pertanyaan itu hanya gurauannya saja? Kemudian ia melemparkan tatapan 'apakah kau bercanda?'

"Aku tdk bercanda." Ucap Zaffya datar. Penuh keseriusan.

Laki laki itu diam. Wajah, tubuh dan matanya mematung. Sama sekali tidak menunjukkan emosinya. Mencoba mencari cari sesuatu yg mendukung opininya bahwa wanita ini hanya bercanda.

Wanita ini lucu?

Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ada segurat kelucuan apapun.

Wanita ini aneh?

Terlalu cantik dan mempesona untuk di bilang aneh.

Wanita ini normal?

Tidak ada wanita normal yg akan meminta lelaki yg bahkan belum di kenalnya dengan baik untuk menjadi kekasihnya.

Wanita ini gila?

Ya, ia yg membuat wanita ini gila karna mengacaukan hidupnya untuk jatuh cinta pada dirinya.

Wanita ini...

Laki laki itu mengusir semua opininya yg mulai tidak masuk akal.

Zaffya menjawab pertanyaan yg tdk terucapkan "Mungkin ini gila. Aku memintamu menjadi kekasihku di awal pertemuan kita. Kita bahkan tdk saling mengenal nama masing masing. Dan tidak mungkin jg debaran jantungmu itu berdebar untukku yg menandakan kau membalas perasaanku. Aku juga tdk tahu kenapa aku memintamu menjadi kekasihku. Ini perbuatan paling tolol dan tdk masuk akal yg pernah ku lakukan. Aku hanya tidak tahu apa yg membuatku tertarik padamu."

Laki laki itu kini tersenyum geli, namun segera melenyapkan senyumnya saat menyadari tatapan tajam Zaffya.

"Jangan terlalu percaya diri karna aku memintamu menjadi kekasihku. Aku melakukan ini hanya ingin mencari tahu apa yg mengacaukanku."

"Baiklah. Aku akan menerimamu menjadi kekasihku. Jadi....apa kita sekarang..." lelaki itu menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya yg lentik, kemudian menunjuk Zaffya secara bergantian. "....sepasang kekasih?"

Zaffya terdiam, menatap wajah itu dengan seksama. Mencari cari entah apa, namun ia tidak menemukannya. Malah wajah itu kembali membuatnya terpana. 'Sepasang kekasih?' Sepertinya menjalin hubungan dengan laki laki ini akan menemukan penyebab kekacauan di hidupnya. Zaffyapun mengangguk pelan.

Tidak ada yg salah dengan mencoba berhubungan dengan wanita -yg bisa di bilang- yg sangat mencintainya. Ia suka dengan dampak dirinya yg begitu besar di hati wanita ini. Dan ada sesuatu yg membuat dirinya tak bisa menolak wanita ini. Laki laki itu mengulurkan tangannya. Matanya memandang Zaffya memintanya membalas uluran tangannya.

Zaffya hanya mengerutkan keningnya tidak mengerti. Dan menjawab permintaan laki laki itu dengan pandangan 'Ada apa?'

Laki laki itu tersenyum kecil, menarik tangan Zaffya dan menyangkutkan tangan Zaffya dengan tangannya untuk bersalaman. "Normalnya sebuah hubungan di mulai dengan perkenalan. Kita bahkan belum saling mengenal dan menyebutkan nama."

Zaffya tidak bisa menahan bibirnya yg tertarik ke atas untuk tersenyum. Dan inilah pertama kalinya ia tersenyum mengikuti hatinya kepada orang asing.

"Clarichard Anthony. Kau bisa memanggilku Richard." Walaupun senyum itu hanya sedikit, entah kenapa senyum wanita yg ada di hadapannya ini membuat kupu kupu beterbangan di perutnya.

"Luisana Zaffya." Jawab Zaffya.

Richard mengerutkan keningnya. "Zaffya?"

"Ya. Kau bisa memanggilku Zaffya." Zaffya mengangguk mengiyakan.

"Bukan," Richard menggeleng. "Ku kira nama belakangmu adalah Zaffya."

"C Farick." Jawab Zaffya memberitahunya nama belakangnya.

Richard tampak terkesiap. Tidak percaya dengan apa yg baru saja di dengarnya. "Casavega Farick?"

Zaffya tersenyum dingin. "Kau terkejut dalam artian yg baik atau buruk?"

Richard tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya. "Sepertinya aku lebih menyukai Luisana Zaffya."

Zaffya mengangguk ringan. Sambil bergumam, "Aku juga."

Flashback End..

Zaffya membuka matanya. 'Sepertinya aku lebih menyukai Luisana Zaffya.'

Kalimat itu dan suara Richard saat mengucapkannya, ia masih mengingatnya dengan jelas.

'Tidak...Richard tidak mungkin memanfaatkanku. Aku tahu itu." Ucap Zaffya dalam hati. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa prasangka dan ucapan mamanya tentang Richard tidak benar.

###

Bagaimana pendapat kalian mengenai karakter  Zaffya?

Dan Richard?

Karna di sini jangan mengharapkan sosok cowok sedingin dan sekejam Darius atau Keydo. Maupun Frian. Richard di sini pria baik baik.

Wednesday, 8 March 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top