3. Him
Nothing's Changed
###
Part 3
Him
###
Zaffya mendesis jengkel dan memutar kedua bola matanya ketika tidak juga melihat sosok Vynno yg menunjukkan batang hidungnya. Ia melirik jam tangannya sambil mengumpat kecil karna sudah lebih dari 15 menit menunggu sepupu sialannya itu. Jika saja tadi pagi ia tidak lupa membawa kunci mobil Juke hitam milik Vynno yg ia sandari saat ini, ia pasti sudah melesat meninggalkan sekolah ini dari sepuluh menit yg lalu tanpa memikirkan bagaimana sepupunya itu pulang nanti. Karena hal yg paling di benci untuk di lakukannya di muka bumi ini adalah menunggu. Dan batas maksimum toleransinya menunggu hanyalah sepuluh menit. Tidak bisa lebih, akan tetapi bisa berkurang.
Zaffya merogoh saku seragamnya mengambil ponsel. Ia mengutuk dirinya menyadari kenapa ia tidak dari tadi menghubungi Vynno. Ya, karena dari tadi pikirannya di penuhi sosok yg membuatnya terpanah tadi di kantin. Ia benar benar merasa gila menyadari dua kebodohan yg di lakukannya dalam waktu yg bersamaan baru saja.
"Apa kau mau membuatku keriting di tempat parkir?" Maki Zaffya begitu cowok yg di hubunginya itu mengangkat panggilannya tanpa sempat mengucapkan hallo terlebih dahulu.
"Sorry, Zaf. Aku ada urusan mendadak."
"Aku tidak butuh omong kosongmu."
"Ya. Ya. Aku tahu." Jawab Vynno malas. "Lagipula tumben kau mau menungguku. Kukira kau sudah tidur cantik di kasurmu yg empuk."
"Aku pasti sudah berada di rumah kalau tadi pagi aku ingat untuk mengambil kunci mobilmu."
"APA?!" Suara Vynno terpekik kaget. Zaffya bisa mendengar suara telapak tangan Vynno yg menepuk dahinya. "Sorry double. Aku benar benar lupa. Apa kunci mobil aku yg memegangnya?"
"Sebaiknya kau cepat kemari..."
"Zafff?" Rengek Vynno tiba tiba. "Dan...sekarang aku lupa menaruh kuncinya di mana?"
"Cepat kesini atau kupastikan kau akan menyesal karna sudah menelantarkanku di tempat parkir." Ancam Zaffya.
"Tapi kuncinya..."
"Dan aku berjanji kau akan menyesal dua kali lipat kalau kau tidak cepat kemari dan mencari solusi secepatnya."
"Zaf, lebih baik kau cari taxi dan pulang ke rumah. Aku harus mencari kunci mobilnya dulu."
"Apa kau sekarang amnesia?" desis Zaffya. "Atau kau mau kubuat amnesia?"
"Sudahlah, Zaf. Sekali ini saja kau berdamai dengan taxi di saat genting seperti ini. Kau tahu kalau aku akan terkena murka papa kalau sampai kunci mobil itu hilang lagi, bukan?"
Zaffya menghembuskan nafas frustasinya. Ia tahu di sitanya mobil Juke hitam ini oleh pamannya berarti final di hidup Vynno.
"Atau kau hubungi Ryffa. Sepertinya dia masih..."
Zaffya terperanjat kaget saat ada sebuah tangan yg menarik ponselnya menjauh dari telinganya dan mengambil alih pembicaraannya.
"Aku yg akan mengantarkan Zaffya pulang. Bagaimana?" Suara maskulin itu berbicara pada Vynno.
Zaffya terpaku menatap sosok tinggi yg berdiri di hadapannya. Matanya terperangah pada wajah tampan yg kini mendengarkan entah apa yg di bicarakan Vynno dengannya. Setelah mengangguk sedikit, sosok itu menyodorkan ponselnya kembali sambil melemparkan senyum manis. Jenis senyuman yg selalu mampu menarik perhatian dan membuat leleh para kaum hawa, termasuk dirinya.
"Maaf, tadi aku tidak sempat menyambut hari pertamamu di sekolah ini." Ucap Richard dengan wajah penuh penyesalan yg begitu manis. Siapa yg tidak akan memaafkan kesalahan laki laki ini jika sudah memasang ekspresi seperti itu?
'Ya, kau memang selalu sibuk dengan kegiatan OSISmu, dan... gadis berkuncir kuda itu. Kalau boleh kutambahkan.' Batin Zaffya dalam hati. Ingin sekali ia memaki cowok tampan ini karna menyambut hari pertamanya di sekolah ini dengan aksi kepahlawanan menolong seorang gadis. Dan di tambah merangkul gadis lain di depan matanya di tempat umum. Tapi kata katanya tertahan di tenggorokan karna ia begitu merindukan sosok di depannya ini. Jadi ia hanya bisa mengedikkan bahunya kecil dengan tatapan 'tidak apa apa. Aku baik baik saja dan kau tidak perlu melakukan itu.'
"Ya, aku tahu kau pasti sibuk." Jawab Zaffya tersenyum kecil. 'Sibuk menolong gadis itu.' Zaffya merasa ada cubitan kecil di hatinya ketika hatinya membatin.
Richard tersenyum kecil, lalu mengulurkan tangan untuk menyelipkan rambut Zaffya yg berantakan ke belakang telinga dengan lembut. Memperhatikan dengan seksama wajah Zaffya. Entah kenapa ia tidak pernah merasa bosan melihat wajah cantik gadisnya.
Zaffya ikut tersenyum membalas senyuman Richard. Ia merasa sangat nyaman dengan perlakuan lembut dan tatapan berbinar binar yg di tunjukkan Richard padanya. Ya, setidaknya di sekolah yg paling di bencinya ini, masih ada sosok yg sangat di cintainya.
"You miss me?" Tanya Richard lembut sambil menarik tangan Zaffya dan membawanya ke dalam pelukannya. Mengecup puncak kepala Zaffya dengan memejamkan kedua matanya menikmati wangi strawberry yg sangat di sukainya di rambut Zaffya. "Coz, i miss you so much."
Senyum Zaffya semakin lebar mendengar kata kata Richard. Tentu saja ia sangat merindukan laki laki tampan yg sudah berani mengambil sebagian besar tempat di hati Zaffya sejak pertama kali ia melihat sosok ini. Laki laki tampan yg sudah seminggu ini tidak bisa di temuinya karna hukuman yg di berikan mamanya setelah mamanya di panggil ke sekolah dan mendapati putri dan keponakannya di keluarkan dari sekolah secara tidak hormat untuk kesekian kalinya.
Zaffya mendorong dada Richard untuk menjauh saat ia menyadari keberadaan mereka berdua di tempat parkir seperti ini. Dan matanya langsung mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat parkir. Ia menghembuskan nafas lega saat hanya melihat beberapa murid yg tampak di beberapa sudut tempat ini. Dan sepertinya mereka tidak menyadari keberadaan dirinya dan Richard.
"Kenapa?" Tanya Richard heran dengan apa yg di lakukan Zaffya. Ikut ikutan menengok ke kanan dan kiri mencoba mencari sesuatu yg menarik perhatian kekasihnya ini.
"Aku hanya tidak mau membuat skandal dengan most wanted di sekolah ini." Jawab Zaffya ringan.
"Kau benar benar tidak adil padaku. Kau bisa duduk semeja dengan Ryffa dan Vynno di kantin. Kenapa dengan kekasihmu sendiri kau tidak bisa terlihat mesra?" Protes Richard.
"Karena kau most wanted di sekolah ini. Aku tidak suka dengan tatapan membunuh yg di lemparkan para gadis padaku saat kita jalan berdua. Setidaknya cukup hanya saat kita jalan berdua di luar. Aku tidak mau mendapatkan itu dari penggemarmu di sekolah ini yg aku yakin pasti tidak sedikit."
"Kau tahu Ryffa juga most wanted di sekolah ini. Dan dengan Vynno, kau juga tahu eksistensinya bukan hanya di sekolah lama kalian."
"Tapi mereka sahabatku. Berbeda dengan hubungan kita."
"Dan karena mereka sahabatmu, aku jadi tidak tahan melihat tatapan para laki laki pada gadisku yg mereka kira masih single. Aku tidak suka mereka membicarakanmu."
"Maksudmu?" Zaffya mengernyitkan dahinya.
"Kau lihat?" Richard memegang telinganya yg tampak biasa saja bagi Zaffya. "Telingaku panas mendengarkan anak anak IPS membicarakanmu. Terutama teman teman sekelasku."
"Memangnya apa yg mereka bicarakan tentangku? Aku bahkan baru masuk sekolah ini tadi pagi." Tanya Zaffya penasaran. Tidak mungkin, kan. Anak anak sekolah ini tahu kalau dia adalah cucu pemilik sekolah ini, sekaligus anak dari Daniel Farick yg tidak perlu di tanya lagi tentang eksistensi kerajaan bisnisnya. Paling tidak, tidak secepat ini. "Apa mereka tahu tentang itu?"
Richard menggeleng gelengkan kepalanya pelan. "Bukan tentang itu."
"Lalu?"
"Sudahlah, lupakan." Richard mengibaslan tangannya menandakan itu bukanlah hal penting. "Sebaiknya kita pulang."
Zaffya hanya memandang heran dengan dahi berkerut sebelum akhirnya mengabaikan keheranannya dan mengikuti Richard ketika laki laki itu menarik tangannya. Jika Richard menganggap itu bukanlah hal penting, berarti dia juga tidak perlu mengkhawatirkan pembicaraan teman teman Richard tersebut.
###
"Nanti aku jemput jam 5." Ucap Richard mengingatkan janji mereka saat Zaffya baru saja turun dari ninja merah milik Richard.
Zaffya mengangguk dengan senyum manisnya sambil mengulurkan tangannya untuk mengembalikan helm putih milik Richard yg baru saja di pakainya. Helm yg special di belikan Richard untuknya.
Richard menerima helm tersebut dan meletakkannya di depannya dengan masih menatap wajah Zaffya penuh senyum. Tangannya terangkat untuk merapikan rambut Zaffya yg berantakan karna angin ketika mengendarai motornya. "Sepertinya mulai besok aku harus membawa mobil." Gumam Richard pelan.
Zaffya mendengus. "Jika kau membawa mobil hanya karena diriku, sebaiknya tidak. Kau tahu aku tidak pernah keberatan dengan hal ini, kan?" Zaffya tidak suka Richard membawa mobil hanya karna agar rambutnya tidak berantakan. Ia bukanlah wanita sempurna yg selalu mengagung agungkan tubuhnya. "Aku lebih suka kau menjadi dirimu sendiri."
"Aku tidak pernah mengenal diriku sendiri dengan baik sejak bertemu denganmu," gerutu Richard.
Zaffya tersenyum. Ia menyukai kenyataan dirinya memiliki dampak yg begitu besar pada Richard. Seperti dampak yg di berikan Richard pada dirinya. Ia tidak lagi menjadi dirinya seperti yg selama ini di kenalnya sejak bertemu dengan Richard. "Apa kau tidak masuk dulu?" Tanya Zaffya mengalihkan pembicaraan mereka.
Richard menggeleng sedikit dengan tatapan penuh penyesalan. "Bukankah kita akan jalan beberapa jam lagi? Sebaiknya kau istirahat saja dulu."
Zaffya mengedikkan bahunya membenarkan kalimat Richard. "Baiklah."
Richard menundukkan kepalanya sejenak untuk mengecup pipi Zaffya sebelum memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya. "Bye."
"Bye." Zaffya melambaikan tangannya saat Richard melaju pergi
###
"Siapa yg mengantarmu?" Tanya Nadia begitu Zaffya melangkah melewati ruang tengah hendak menuju tangga ke kamarnya. "Mama baru saja menelfon Ryffa dan Vynno. Mereka masih di sekolah. Jadi mama mengirim sopir..."
"Jika mama sudah menelfon Vynno maka mama tahu kalau mama tidak perlu mengirim sopir untuk menjemput Zaffya." Potong Zaffya dengan suara datar.
Nadia diam. Tercenung menatap putrinya, ia tahu Zaffya pulang dengan pemuda itu. "Kau masih berhubungan dengannya?"
"Richard. Namanya Richard." Zaffya menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Dan mama tahu jawabannya."
Nadia mengedipkan matanya. Pandangan mata putrinya itu dengan jelas menunjukkan bahwa Zaffya masih memegang teguh pendiriannya. Ia harus segera berbuat sesuatu sebelum semuanya terlambat.
"Jika mama tanya kenapa, mama juga sangat tahu jawabannya." Tambah Zaffya.
"Kau juga sangat tahu bagaimana keluarga itu yg..." Nadia menghentikan kalimatnya. Seolah memikirkan kalimat selanjutnya yg akan di ucapkannya. Sekaligus mengumpulkan kekuatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Namun, tatapan tajam dan dingin di berikan Zaffya padanya membungkam mulutnya.
Zaffya menunggu selama beberapa saat untuk mamanya menyelesaikan kalimatnya. Karna mamanya hanya diam membisu Zaffyapun berkata, "Itu urusan keluarganya. Yang Zaffya tahu, hanya Zaffya merasa nyaman dengan semua ini."
"Mereka hanya akan memanfaatkanmu saja. Kau tahu nama belakangmu tidak bisa..."
"Kenapa penilaian mama sangat picik tentang mereka. Bahkan mama belum mengenal Richard sedikitpun. Dan tidak mencoba mengenalnya." Zaffya menatap lebih tajam tepat ke manik mata Nadia.
Nadia diam.
"Dari awal Zaffya sudah pernah mengatakan pada mama. Mama bisa melakukan apapun pada hidup Zaffya. Tapi tidak dengan ini." Ucap Zaffya tegas. Ya. Ia sudah mengorbankan kehidupannya untuk meneruskan kerajaan bisnis keluarganya hanya agar hubungannya dengan Richard bisa di restui oleh orang tuanya.
"Kecuali Richard." Tegas Zaffya lagi. Dan tanpa menunggu mamanya untuk membalas kalimatnya, ia melangkahkan kakinya menuju tangga spiral ke kamarnya di lantai dua.
Zaffya melempar tasnya ke sembarang tempat sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Masih lengkap dengan kedua sepatu yg melekat di kakinya. Memejamkan kedua matanya sambil menghembuskan nafas beratnya. Ia sudah terbiasa berdebat dengan mamanya tentang hubungannya dengan Richard, tapi kenapa rasanya masih terlalu memyakitkan mendengar mamanya selalu mengatakan bahwa hubungan ini hanya memanfaatkan latar belakang keluarga besar Casavega dan Farick. Dan setiap selesai berdebat dengan mamanya, selalu muncul pertanyaan pertanyaan sialan yg mau tidak mau mengusik pikirannya. 'Benarkan kalau ia bukan keturunan Casavega ataupun Farick, Richard tidak akan mau berhubungan dengannya?'
Banyak cewek yg lebih cantik dan seksi daripada dirinya di luar sana yg mengejar ngejar seorang Clarichard Anthony. Salah satunya gadis itu, Siska. Mungkinkah selama ini Richard memang memanfaatkan dirinya?
Mengingat selama mereka berpacaran belum pernah ada kata kata cinta keluar dari bibir laki laki itu maupun dari bibirnya sendiri. Kecuali di saat pertama kalinya mereka benar benar berbincang di pesta itu dan dirinyalah yg mengucapkannya untuk pertama kalinya. Dan itu adalah kata kata cinta yg untuk pertama kalinya keluar dari bibirnya selama ia di lahirkan mamanya di dunia ini.
Bahkan awalnya dia malu mengakui perasaan yg di namakan cinya itu ada pada dirinya sendiri. Perasaan yg berulang ulang kali ia sangkal keberadaannya dan membuatnya gusar sejak awal tanpa sengaja melihat pandangan mata Richard yg mengusik kehidupan tenangnya.
Walaupun Richard selalu mengatakan merindukannya jika mereka bertemu, selalu bersikap manis padanya, dan selalu mengklaim dirinya adalah kekasih pria itu. Belum lagi dengan kecemburuan yg selalu di tunjukkan Richard padanya karna kedekatannya dengan Ryffa dan Vynno. Membuat Zaffya sesak penuh dengan kupu kupu beterbangan di dadanya.
Namun, jika di tanya hubungan seperti apa yg mereka jalani, dirinya sendiri juga tidak tahu. Yang dia tahu, dirinya hanya merasa nyaman dengan hubungan ini dan mereka menjalaninya saja seperti air yg mengalir.
Zaffya memejamkan matanya mengingat hari itu. Hari di adakannya pesta itu sekitar tujuh bulan yg lalu.
Setelah mengancam tidak akan memberikan warisan apapun pada Zaffya,akhirnya mamanya berhasil menyeretnya untuk ikut menghadiri entah pesta apa dengan papa dan mamanya di Grand Palace.
Ia benar benar muak dgn pesta yg di adakan teman papanya yg tdk sekalipun pernah menarik perhatiannya. Apalagi pesta kali ini adalah yg paling menyebalkan karna baru saja ia -sekali lagi- melihat sosok yg akhir akhir ini membuat gemuruh sangat mengganggu di hati dan pikirannya. Zaffya mengucapkan sumpah serapah pada dirinya yg membuang buang waktu memikirkan sosok yg bahkan ia tdk tahu siapa sosok itu.Ia benar benar tdk tahan dengan kebetulan sialan yg membuatnya berkali kali melihat sosok itu. Ia bersumpah, sekali lagi sosok itu muncul di hadapannya lagi, ia akan membuat pemilik sosok itu menanggung akibatnya karna berani mengusik ketenangan hidupnya.
Dengan mengatakan alasan pada mamanya bahwa ia lelah mengukir senyum palsu indah di bibirnya saat mama dan papanya selalu memperkenalkan dan memamerkan dirinya sebagai penerus kerajaan bisnis papanya, Zaffya berhasil memisahkan dirinya dari mereka , dan tentunya dgn ancaman akan membuat keributan jk tdk di ijinkan oleh mereka. Ancaman itu memang selalu berhasil di tempat umum seperti ini.
Zaffya memutuskan melangkahkan kakinya menuju ke arah balkon. Setelah melihat sekeliling dan tak menemukan seorangpun di balkon ini ia merasa lega. Lagipula siapa yg akan menyendiri melewatkan pesta megah ini? Kecuali dirinya tentu saja.
Pemandangan kerlap kerlip kota yg menunjukkan aktifitas di kota ini yg belum juga usai, jauh lebih menarik bagi Zaffya di bandingkan pesta membosankan ini. Dan sepertinya pesta kali ini bukan hanya membosankan baginya, setelah melihat sosok yg membuat suasana hatinya semakin gusar dan tak tenang, pesta yg memuakkan sepertinya lebih cocok untuk kemeriahan yg sdg berlangsung di belakangnya saat ini.
Kenapa mata coklat yg indah itu berhasil membuatnya tersesat saat pertama kali ia tanpa sengaja menatapnya di penerbangan yg sama dgn sang pemilik? mata itu berhasil membuatnya menahan nafas dgn penyebab yg sampai saat ini tdk di ketahuinya. Mata itu berhasil membuatnya membeku seakan ada tangan tak kasat mata menghentikan jarum jam untuk melakukan tugasnya. Mata itu berhasil membuatnya tak berdaya memalingkan pandangannya ke arah lain. Mata itu berhasil membuatnya tak bisa berkonsentrasi melakukan apapun yg di kerjakannya. Mata itu berhasil membuatnya terserang penyakit insomnia mendadak yg paling di bencinya. Mata itu berhasil membuatnya mengunjungi dokter jantung karna tiba tiba saja jantungx tdk bekerja normal seperti biasanya. Dan sialnya mata itu berhasil membuatnya tiga kali mendatangi psikiaternya karna ia merasa ada yg salah dengan dirinya akhir akhir ini.
Dan kondisinya semakin diperparah ketika ia kembali lagi melihat sosok itu tanpa sengaja di mall, di acara api unggun antar sekolah, di konser band yg di tontonnya dengan Ryffa dan Vynno beberapa minggu yg lalu, di cafe langganannya, di toko buku ketika ia mengantarkan ryffa beberapa hari yg lalu, di basement gedung apartment milik papanya dan terakhir...di pesta memuakkan ini.
"Apakah pestanya begitu membosankan?" Suara itu mengagetkan Zaffya dan membuyarkan lamunannya. Ia menolehkan kepalanya mencari asal suara itu. Seluruh tubuhnya membeku, nafasnya tertahan, jantungnya berdetak lebih cepat tanpa ritme yg jelas, perasaan gusar dan nyaman di saat yg bersamaan membuat perutnya mual sekali lagi tanpa alasan yg jelas. Membuatnya bingung harus senang atau sedih karna sosok itu mengacaukan semuanya.
Lagi..
###
Wednesday, 8 March 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top