2. Luisana Zaffya C Farick


Nothing's Changed

###

Part 2

Luisana Zaffya C Farick

###

Nadia terpaku mendengar ancaman putrinya, tatapan itu melenyapkan semua kata-kata yang akan di keluarkan dan membuatnya hanya bisa melongo melihat punggung Zaffya yg semakin menjauh menaiki tangga menuju kamar di lantai dua.

Chase tertawa geli melihat perdebatan putri dan cucunya yang baru saja di tontonnya. Ia tersenyum bangga pada sang cucu yg walaupun sudah menyatakan diri telah kalah dalam permainan ini, masih bisa membuat putrinya tak berkutik. Disusul suara dentuman keras dari lantai atas yg menandakan bahwa sang cucu membanting pintu kamarnya marah. Bisa di bilang permainan ini seri.

Nadia memandang ayahnya dengan tatapan jengkel, "Kenapa ayah tertawa?"

"Kau tahu, dia benar-benar seorang Casavega."

Jika kalimat itu merujuk pada sifat keras kepala dan kecerdasan putrinya untuk membuat situasi apapun tidak pernah menguntungkan lawan, maka itu benar, putrinya memang seorang Casavega. "Dan ia akan sangat cocok untuk menjadi penerus perusahaan Ayah. Apa Ayah puas?"

***

Dan di sinilah seorang Luisana Zaffya C Farick berada. Di kelas XI IPS 1. Di bangku paling belakang, memainkan bolpoinnya dengan gerakan santai dan kedua mata menatap tajam guru wanita di depan kelas yg sedang sibuk menerangkan rumus matematika yg bahkan sudah di hafalnya di luar kepala. Dia sudah bosan setengah mati berada dalam kelas ini. Bosan dengan semua omong kosong yg di bicarakan oleh wanita berambut keriting sebahu di depan kelas. Ia pun enggan untuk berbuat onar atau pun mencari masalah untuk di keluarkan dari kelas yg terasa sangat pasif ini. Jika saja hal itu juga bisa mengeluarkannya dari sekolah ini di hari pertama, maka ia akan melakukannya dengan sangat senang hati. Namun, karena ia tahu dengan sangat jelas bahwa hal itu sama sekali tidak ada gunanya. Maka ia tidak mau membuang waktu dan tenaga untuk memikirkan hal sia-sia itu.

Zaffya menghembuskan nafas keras penuh kebosanannya dengan suasana kelas, sekaligus frustasi mengingat pembicaraannya dengan sang mama tadi malam. Yah, setidaknya untuk saat ini saja. Karena suatu saat nanti ia pasti akan menemukan cara untuk bisa keluar dari sekolah sialan ini.

Zaffya melirik jam tangan digital seharga puluhan jutaan hadiah dari mamanya, yg entah hadiah karena apa ia tidak bisa mengingatnya. Masih kurang 17 menit lagi sampai waktu istirahat tiba dan segera mengisi perutnya yg mulai berdemo menuntut di isi. Pagi tadi ia tidak sarapan karena enggan melihat papa dan mamanya yg begitu bangga dan senang melihatnya memakai seragam Casavega high school.

Sepertinya ia tidak perlu menunggu 17 menit untuk segera mengisi perut saat ia melihat sosok Vynno yg melambaikan tangan di jendela kelasnya dengan sembunyi-sembunyi. Seakan mendapatkan udara yg segera memenuhi paru parunya, Zaffya mengangkat tangan kanan bermaksud memberitahu guru wanita yg entah bernama siapapun itu.

"Ada apa, Luisana?" tanya guru wanita tersebut dengan senyum yg sengaja di buat selembut mungkin setelah menghentikan penjelasannya karena melihat Zaffya mengangkat tangan.

"Saya butuh ke toilet," jawab Zaffya dusta. Sambil beranjak dari kursi dan langsung berjalan menuju pintu kelas tanpa menunggu persetujuan dari wanita itu. Ia muak melihat senyum yg selalu di berikan padanya oleh siapapun yang sudah mengetahui nama belakangnya.

###

"Apa kau tahu di mana kelasnya Ryffa?" Suara Zaffya memecah konsentrasi Vynno dari benda persegi berwarna hitam metalik. Sosok itu segera menegakkan badan dari sandarannya di tiang yang berjajar sepanjang lorong kelas.

"Aku sudah mengirim pesan kalau kita menunggu di kantin." Vynno menunjukkan layar ponsel yg ada di genggamannya ke arah Zaffya sambil menggoyang goyangkannya sebentar. "Kau tahu kalau dia tidak akan  meninggalkan kelasnya sekalipun kita dalam keadaan sekarat, bukan?"

Zaffya hanya mengedikkan bahunya. Ya, sahabatnya satu itu memang paling disiplin di antara mereka bertiga, dan dialah satu-satunya di antara mereka bertiga yg masuk ke Casavega high school tanpa koneksi apapun seperti dirinya dan Vynno.

Di kantin Zaffya dan Vynno baru saja menyelesaikan makan mereka ketika bel tanda istirahat berbunyi. Zaffya menggeser mangkuk mie ayam yg sudah kosong ke samping dan menarik gelas berisi jus jeruk mendekat ke arahnya. Suara getaran ponsel milik Vynno yg di letakkan di meja menarik perhatiannya dan Vynno. Dengan segera Vynno mengulurkan tangan memungut benda berwarna hitam metalik itu dan membaca pesan singkat yg baru saja masuk.

"Ryffa sebentar lagi datang," beritahu Vynno sambil meletakkan kembali ponselnya di meja.

Zaffya hanya mengangguk ringan setelah meneguk jus jeruk dan menyandarkan punggung di sandaran kursi kayu kantin sambil menyilangkan kedua lengan dengan santai menatap Vynno. "Bagaimana kelasmu?"

"Kau tahu, aku menyesal tidak masuk sekolah ini dari dulu. Wanita di sini cantik-cantik," jawab Vynno ringan dengan suara dan memasang ekspresi penuh penyesalan yg di buat buat. "Dan mungkin aku bisa memanfaatkan ketampananku untuk memperbaiki nilai."

Zaffya segera mengangkat salah satu tangannya dan mengambil sedotan di gelas sebelum melemparkannya ke arah Vynno, namun laki-laki itu menghindar dengan gesit dan terkekeh geli.

"Ayolah, Zaf. Kita nikmati saja semua yg ada." Vynno berusaha menghibur sahabat sekaligus sepupunya yg masih kesal dengan paksaan kedua orang tua untuk masuk sekolah yang paling di minati di negeri ini.

Zaffya hanya mendengus sinis dengan kalimat penghiburan sialan yang sayangnya membuatnya mulai berpikir bahwa ada kebenaran dalam kalimat Vynno. Sekolah ini memang sekolah terbaik yang pernah Zaffya masuki, kecuali fakta bahwa sekolah ini salah satu aset keluarganya. Mamanya juga sudah berjanji untuk menutup mulut para staf di sekolah ini tentang apa yg ada di balik dirinya yg sebenarnya. Teman-temannya juga tidak ada yg tahu tentang dirinya yang adalah cucu pemilik sekolah ini. Jadi, ia hanya perlu menganggap sekolah ini seperti sekolah-sekolah sebelumnya dan hidup sebagai seorang Luisana Zaffya.

"Apa kalian bolos kelas?" tanya suara yang tiba-tiba datang menghampiri meja mereka. Zaffya tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangan ke arah Ryffa yang kini sudah duduk di kursi sebelahnya.

"Kita berdua hanya keluar lebih cepat dari yang lain. Bukan bolos," jawab Vynno sambil mengedikkan bahu. "Aku hampir mati bosan berada di dalam kelas dengan mata pelajaran sialan itu."

"Kimia?" tanya Ryffa dengan alis yang terangkat satu.

"Di antara sekian banyak mata pelajaran, kenapa mata pelajaran sialan itu yang harus menyambutku di hari pertama masuk sekolah cantik ini?" jawab Vynno sambil memasang tampang dramatis yang di buat-buat.

"Sekolah cantik?" Kedua alis Ryffa terpaut. "Kau menyebutnya cantik bukan karena di sini banyak wanita cantik yang bisa kau jadikan nomor di kisah asmaramu, kan?"

Cengiran Vynno menjawab pertanyaan Ryffa, sama sekali tidak mencoba membantah pernyataan sahabat sehidup sematinya itu.

Zaffya hanya tertawa kecil mendengar penjelasan Vynno tentang mata pelajaran satu itu, dan anehnya kenapa laki-laki itu masih saja mengambil jurusan IPA jika memang sangat membenci kimia. Saat Zaffya dan Ryffa menanyakan tentang hal itu, Vynno hanya menjawab 'Haruskah kita membuang hal besar hanya karena hal kecil yang kita benci?' Pernyataan yang benar, batin Zaffya. Namun jawaban dan alasan yang aneh dan tidak masuk akal untuk seorang Vynno.

"Aku masih tidak  mengerti mengenai alasanmu membenci mata pelajaran yang kau bilang sialan itu." Ryffa membuka bungkus roti sandwich kemasan yang di bawanya.

"Kau tahu kalau aku tidak suka laboratorium, bukan?" jawab Vynno ringan.

"Alasan konyol," komentar Zaffya dengan seringainya. "Biologi juga di lab."

"Jangan mengejekku, Zaf. Aku tahu kau juga punya alasan yang konyol membenci sekolah terbaik yg kau bilang sialan juga. Dan sayangnya sesuatu yg kau benci juga bukan hanya satu."

Zaffya menggerutu lirih sambil membuang muka dari Vynno dan Ryffa memandang kantin yg mulai di penuhi oleh para siswa.

Ryffa terkekeh geli sambil menggigit rotinya, lalu tangannya terangkat menepuk pundak Zaffya dan berkata, "Setidaknya hanya aku yg paling masuk akal di antara kita bertiga."

"Ya." Vynno mengedikkan bahunya sedikit, menerima kalimat pernyataan Ryffa. Tangan kanannya memainkan sedotan di gelas jus jeruk yg ada di hadapannya. "Mungkin karna darah konyol yg mengalir di tubuhku dengan Zaffya sama. Yg membuat kita memiliki koneksi sialan yg aku tidak mengerti sampai detik ini."

Kekehan Ryffa berubah menjadi tawa kecil yg menggelikan. Kedua saudara sepupu yg menjadi sahabatnya sejak mereka menduduki bangku sekolah dasar di Amerika itu, memang kadang memiliki pemikiran konyol, aneh dan tidak masuk akal yg sama dan dalam waktu yg bersamaan juga bertolak belakang. Bagaimanapun, ia menyayangi mereka berdualah yg membuatnya masih bisa bertahan dengan segala kekurangan yg di miliki kedua sahabatnya itu.

"Thank's karna sudah hadir di kehidupan kita berdua. Kau adalah sahabat sejati, akal sehat, teman andalan dan kakak laki laki bagi kita berdua dalam segala hal. Aku tidak tahu lagi apa yg harus kita berdua lakukan kalau..."

"Thank's juga buat omong kosong yg memang masuk akal itu." Ryffa memotong kalimat Vynno sinis. "Kalau kau masih ingat, kau yg paling tua di antara kita bertiga. Jadi aku bukan kakak laki laki buatmu." Koreksi Ryffa tidak terima sambil menggigit roti sandwich dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Aku hanya tua beberapa bul..."

BRUUKKK.....PRAAAANNNGGG....

Suara benda terjatuh membuat Vynno menghentikan kalimatnya. Ketiga sahabat itu mengarahkan pandangannya ke asal suara yg berada tidak jauh dari meja mereka.

Tampak seorang gadis berkuncir kuda terjatuh di lantai dengan sebuah mangkuk yg sudah hancur berkeping keping berserakan di lantai beserta isi di dekatnya. Di hadapan gadis itu berdiri empat gadis cantik yg menyilangkan kedua tangan di depan dada mereka dengan pongahnya. Senyum kemenangan penuh kepuasan sadis menghiasi wajah mereka. Sangat kontras dengan raut muka gadis berkuncir itu yg tampak menahan sakit di kedua lutut dan sikunya.

"Apa kau tidak punya mata?!" Maki gadis berambut panjang dan bergelombang. Gadis paling cantik dan paling tinggi di antara ketiga temannya yg berdiri di samping kanan dan kiri seperti pengawal.

Zaffya menaikkan sudut bibirnya ke atas, membentuk seulas senyum sinis. Dengusan samar juga keluar dari bibirnya yg tipis saat mendengar makian yg terlontar dari mulut gadis yg memenuhi kriteria gadis paling di benci Zaffya. Modis, penuh senyum kelicikan dan ia tahu gadis itu hobinya menindas murid murid yg lain hanya karna perasaan sentimentil yg di milikinya pada seseorang atau bahkan hanya untuk kesenangannya saja.

Zaffya mengedarkan pandangan ke beberapa murid yg menghentikan aktifitas mereka untuk menonton tontonan gratis seorang siswi yg di bully oleh empat gadis tsb. Dan beberapa tampak terlihat biasa saja dengan tontonan itu sambil melanjutkan aktifitas mereka mengobrol, bercanda tawa atau acara makan siang mereka yg sempat terganggu oleh suara berisik tadi seakan akan tak terjadi apa apa di kantin itu. Fakta bahwa keempat gadis itu gank bully yg di takuti di sekolah ini terlihat dari sebagian besar siswa yg enggan untuk ikut campur dan ketika suara Ryffa terdengar berbisik pelan di telinganya, "Mereka gank bully paling di takuti di sekolah ini."

"Dan kau takut sama mereka." Dengus Zaffya tanpa menoleh ke arah Ryffa, pandangannya masih terpaku pada gadis berkuncir kuda yg kini masih berlutut di hadapan keempat gadis gadis itu sambil mengusap usap sikunya yg kelihatannya terluka.

"Aku bukannya takut. Aku malas berurusan dengan mereka, kau tahu kalau mereka wanita, bukan." Jawab Ryffa.

"Taruhan. Kalau mereka sengaja bikin gadis itu jatuh." Gumam Vynno yg sudah kembali membalikkan badannya dan menyedot jus jeruknya lagi.

Ya, gadis berambut panjang dan bergelombang itu sengaja menengadahkan kakinya di hadapan gadis berkuncir kuda dan membuatnya terjatuh. Zaffya sempat melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Akan tetapi dia enggan membenarkan kalimat Vynno karena ia tahu kalau kedua sahabatnya sudah tahu apa yg sebenarnya terjadi tanpa melihatnya.

"Dan kau bisa bantu membereskan gank itu agar tidak semena mena lagi di sekolahmu." Sambar Ryffa pada Zaffya.

Zaffya melemparkan tatapan membunuh ke arah Ryffa. Ia tidak suka suku kata terakhir Ryffa. "Dan kau bisa bantu gadis itu kalau kau tidak mau di bilang banci karna melawan wanita sialan itu." Jawab Zaffya sinis merujuk pada cewek berkuncir kuda.

"Kau bukan hanya menyelamatakan gadis itu kalau kau berhasil membereskan gank itu." Balas Ryffa santai menghadapi ketersinggungan Zaffya.

"Hari ini, aku malas ikut campur urusan orang lain dan jadi pahlawan kesiangan di hari pertamaku pindah di sekolah baru." Jawab Zaffya datar dan kembali mengalihkan pandangannya dari Ryffa.

"Mereka anak XII IPS 3. Kecuali yg paling pojok kanan, dia anak IPS 4." Tambah Ryffa lagi sedikit berbisik dan menekan kata 'XII IPS 3', namun Zaffya tampak tak peduli dengan informasi tambahan itu.

"Apa kau tidak punya mata?" Gadis yg berdiri di sebelah gadis berambut panjang bergelombang berbicara sambil memandang jijik ke bawah.

"Tidak perlu memasang muka jelek itu supaya orang kasihan. Kita tahu kau cuma..."

"Luna, apa kau baik baik saja?" Tanya seorang laki laki yg tiba tiba datang dan langsung berjongkok memegang kedua bahu gadis berkuncir kuda itu. Lalu membantunya berdiri dan menatap tajan ke arah gadis berambut panjang dan bergelombang.

"Hai, Richard." Sapa gadis berambut panjang bergelombang itu dengan senyum manisnya, mengacuhkan tatapan tajam dan membunuh yg di lemparkan padanya.

Perhatian Zaffya terpusat pada cowok yg merangkulkan lengannya di bahu gadis berkuncir kuda. Hatinya terasa panas menatap pandangan lembut dan penuh kekhawatiran yg di berikan cowok itu pada gadis berkuncir kuda.

"Sudah ada yg membereskan tugasku." Komentar Ryffa sambil lalu, namun mengandung arti yg mengena di hati Zaffya.

"Aku tahu kau yg memulainya lebih dulu." Desis cowok yg di panggil Richard itu. "Jadi berhenti bersikap manis di depanku, dasar munafik!"

"Aku bukannya munafik, Richard sayang." Balas gadis itu dengan kecentilan di semua anggota tubuhnya terutama di senyum wajahnya yg membuat Zaffya mual. "Kau boleh mengatakanku munafik kalau aku justru bersikap manis sama orang yg jelas jelas kubenci. Apa aku salah, girls?"

Richard hanya menggeleng gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kelakuan gadis yg ada di hadapannya, terutama ketika ketiga temannya yg lain mengangguk angguk centil membenarkan pernyataan gadis berambut panjang dan bergelombang itu. "Ayo, Lun. Buang buang waktu dan tenaga saja berbicara dengan mereka."

"Bye, Richard sayang." Gadis itu melambaikan tangannya dan memberikan ciuman jauh pada Richard yg memapah gadis berkuncir kuda melangkah menjauh darinya.

Saat tanpa sengaja mata Richard bertemu dengan mata Zaffya, Zaffya terpaku pada wajahnya. Bentuk alis serta mata coklatnya yg indah, bulu mata lentik, hidung mancung yg tampak tegas serta bibir merah yg menggoda. Walaupun jarak di antara mereka cukup jauh, Zaffya tahu semua detail keindahan yg terpampang di wajah itu. Dan tak hanya betapa sempurna wajahnya, cowok itu juga tinggi dan berkulit putih.

Sosok itu membuatnya terpanah dan melupakan cubitan kecil yg mengusik hatinya melihat lengan cowok itu merangkul gadis yg ada di sampingnya dengan protektif.

Zaffya tersadar dari keterpakuannya ketika Richard memutus kontak mata di antara mereka dan melangkah keluar kantin dengan cewek berkuncir kuda itu.

"Bukan rahasia kalau Siska suka sama Richard. Seluruh sekolah tahu itu makanya tidak ada gadis di sekolah ini yg berani mendekati Richard." Bisik Ryffa pada Zaffya, namun Vynno masih bisa mendengarnya.

"Dan sepertinya cinta gadis itu bertepuk sebelah tangan." Tambah Vynno.

"Apa aku harus tahu?" Zaffya menoleh menghadap Ryffa dengan tatapan 'aku tidak butuh omong kosongmu'.

"Yg jadi pertanyaan, siapa gadis malang yg di tolong Richard itu, Ryffa." Sahut Vynno sedetik setelah Zaffya menyelesaikan kalimatnya.

Zaffya melemparkan tatapan membunuhnya ke arah Vynno.

"Apa aku salah?" Vynno mengangkat kedua tangannya sambil menyandarkan punggungnya kembali ke sandaran kursi.

"Kau diam atau gelas ini akan mencium mukamu yg kau bilang seharga jutaan dollar." Ancam Zaffya sambil memainkan gelas jus jeruknya sendiri yg masih berisi setengahnya.

"Ok. Aku diam." Jawab Vynno nyengir sebelum memberikan tatapan ngerinya karna ancaman Zaffya yg ia tahu gadis itu benar benar akan melemparkan gelas tersebut tanpa ragu ragu jika ia tidak juga diam.

###

Wednesday, 8 March 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top