Chapter 6 - Galau

I can't stant himnot loving me,

I can't stant him

loving her.
(lang leav.)

***


" kok rasanya ngenes ya," gadis itu bergumam sambil melempar bola pimpong ke tembok sehingga bola itu kembali memantul ke tangannya. ia setidaknya sudah melakukan ini setengah jam terakhir." hidup itu kadang nggak adil," lagi-lagi ia berujar lalu melakukan hal yang sama, memantulkan bolanya.

" kenapa cewek harus make perasaan sedangkan cowok pake logika ?" ia mendengus dulu sebelum melempar bolanya. Desahan nafasnya terdengar sangat berat. ia menutup matanya, lalu menarik nafas dalam. Berusaha menenangkan dirinya.

Ini akan menjadi berat karena ia tidak mungkin berhenti suka pada Erga begitu saja. Hey, berhenti suka itu tidak semudah membalikkan telapat tangan. Ini bahkan lebih sulit dari sekedar belajar merangkak. Karena yang sakit hatinya. Dan ia tidak tau harus melakukan apalagi selain diam seperti ini.

Lagipula, mereka sudah menjadi sangat dekat satu tahun ini. semua mereka lakukan bersama. Berbagi tawa bahkan berbagi tangis saat Yara rindu rumah. Erga selalu hadir disaat ia membutuhkannya. Erga selalu tersenyum dan mencerahkan harinya ketika Yara merasa kalau ia sedang sial. Dan Ergalah yang kini menghancurkan hatinya.

" nggak semua cowok kayak gitu."

Mata Yara terbelalak. Melotot seketika. Siapa itu ?

" cowok emang pinter." Ia menoleh dan menemukan sosok cowok familiar sudah duduk dibangku sebelahnya. 

What the heck ? sejak kapan pria itu berada disana ?

" Kai—sar," ucapnya pelan. Pria yang dipanggil bergumam dari balik bukunya. Ia terlihat sangat asik membaca lalu beberapa kali menuliskan sesuatu di buku tulis yang sepertinya ia bawa sejak tadi.

Yara terdiam. Beneran deh, sejak kapan manusia es ini berada disini ?

" sejak lo nutup mata." Kening Yara bertaut mendengar ujaran Kaisar.

" gimana lo bisa—"

" pikiran lo itu transparan." Potong Kaisar tenang tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari buku.

Yara langsung menutup dadanya dengan kedua tangan menyilang," apanya yang transparan ?!" pekiknya nyolot sambil menggelengkan kepalanya tidak terima.

Kaisar menghembuskan nafas. Gondok dengan kelakuan Yara yang entah mengapa daya pikirnya tidak bekerja sejak tadi. Akhirnya ia mendongak dan memandang gadis itu. ia menunjuk keningnya," ini. pikiran lo yang transparan." Ulangnya.

Gadis itu mengangguk sambil tersenyum sumringah. Bodoh.

Kai memutar matanya sebelum kembali pada buku paketnya.

" Kaisar Samudera Dwirangga," kata Yara sambil mengingat-ingat. Ia menatap langit-langit perpustakaan, berusaha mengingat buku absen yang selalu ia isi tiap pagi karena tugasnya sebagai sekertaris kelas.

" Ah ! masuk waktu kita kelas 2 dan sempat absen sampai 12 kali !" Kaisar menutup telinganya mendengar pekikan Yara yang nyaring. Lalu terdengarlah suara 'ssssstttt' dari berbagai penjuru perpustakaan. Wah, benar, berisik di perpus sama saja cari mati.

" mendingan lo galau aja. Berisik !" Yara cemberut. Hei, ia hanya berusaha mengingat kehadiran Kai di kelas. Lagipula, tak semua anak tau bahwa murid kelas XII Bahasa C itu berjumlah 21 orang karena Kaisar memang lebih sering izin.

Dan lagi, ia memang sedang galau. Ia ingat sekarang. Aaaah, diam seperti ini membuatnya lagi-lagi teringat akan Erga. Ngomong-ngomong, sedang apa Erga dan Luna sekarang ? apa mereka sedang bicara akrab seperti ketika Yara berbicara dengan Erga ? apakah mereka kini saling tertawa seperti bagaimana Yara dan Erga saling hibur ?

Ketakutannya berubah jadi nyata.

Ia akan kehilangan Erga. cepat atau lambat.

" hei," Yara langsung menoleh. Kai sudah menutup buku paketnya dan memandang Yara serius." Nggak seharusnya gue ngomong gitu." Lanjutnya sambil menghela nafas. Seolah-olah pengakuan itu merupakan hal yang sulit ia lakukan.

" cowok masih banyak, cari yang lain aja. Toh dia udah sama cewek lain," Kaisar berjengit, seperti kaget dengan ucapannya sendiri. pria itu langsung berdehem," belajar." Katanya sambil menggeser sebuah buku kedepan Yara.

Gadis itu terdiam, tak tau harus bereaksi apalagi. Pada akhirnya ia hanya kembali dengan senyum bodohnya," makasih, Kai." Dan malah membuat pria yang tengah memandangnya itu semakin merasa aneh.

***




" oy, menurut lo cewek ini gimana ?" Reina mengalihkan pandangannya dari novel ke ponsel milik Asa yang menampilkan sesosok gadis yang menggunakan kemeja hitam dan celana pendek di pantai. Gadis itu mengangguk-angguk, mencoba meneliti.

" cantik. Sayang ada bekas korengnya." Cibir Rei lalu tertawa keras. Senyum Asa langsung luntur. Ia kembali menatap layar ponselnya dan mencari bekas koreng yang dikatakan Rei barusan.

" mana ? nggak ada tuh." Pria itu berdecak. Rei memutar bola matanya malas lalu menunjuk betis gadis dalam foto itu.

" are you blind or something, Sa ?" gadis itu kembali tertawa. Sedangkan Asa kini malah berdecak kagum pada ketelitian Reina. Gadis itu masih tertawa. Nampaknya lucu sekali foto itu baginya. Tawa yang tanpa sadar, malah membuat senyum manis di wajah seorang Angkasa.

" ck," seseorang berdecak. Ia menghelas nafas kasar seakan jengah pada pasangan aneh didepannya." Masih Warm warm chicken shit nih." Komentarnya lalu seenaknya menarik hidung Asa. Tentu saja pria itu protes, namun ucapannya langsung terhenti ketika melihat pria dibelakang Yara.

" Kaisar ?" Angkasa membulatkan matanya tidak percaya. Kaisar mengangkat dagunya memberikan 'hey' ala cowok." oy, sejak kapan kalian berdua jalan samaan ? papasan didepan kelas ya ?" tanyanya sambil memandang penuh selidik kearah Kaisar dan Yara.

" Please deh, Sa. Gue ketemu Kai di perpus. Ah elah bacot lu."

Rei dan Asa saling pandang." Kai ?" ucap keduanya nyaris samaan.

Yara mengangguk." Kaisar. Kai." Lanjut gadis itu dengan wajah polosnya.

Asa menggelengkan kepalanya tidak percaya." Dan sejak kapan lo pergi ke perpus, Ra ? di perpus kan nggak ada komik."

Yara mengendikkan bahunya. Tidak tau harus menjawab apa. untuk saat ini, tidak ada yang boleh tau bagaimana perasaan Yara yang sebenarnya. untuk saat ini, ia belum siap berbagi. ia tidak ingin Erga tau, tidak ingin kehilangan Erga.

lalu tepat ketika ia mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas,

Disaat itulah,

Erga muncul bersama Luna.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top