Chapter 5 - Menjauh

maybe she laughs and maybe she cries,
and maybe you would be surprised at everything
she keeps inside.

***

Rein : lo nggak kenapa-kenapa kan Ra ? gue juga kaget sama jawaban Erga

Yaramen : J

Yaramen : nape ? eta the khawatir sama abdi ?

Rein : nggak usah sok sunda. Gue srius

Rein : Erga

Yaramen : selamat cinta lo sama Asa nggak bertepuk sebelah ktek

Rein : Ra

Yaramen : ketek*

Rein : gue minta maaff.

Yaramen : what do you mean ? when you nod your head yes, but u wanna say no

Rein : Ra, gue serius

Yara menghembuskan nafasnya berat sebelum merebahkan tubuhnya diatas kasur kamar kosnya. Yang ia fikirkan sejak tadi hanyalan jawaban Erga. Bohong besar jika ia tidak berharap namanyalah yang disebutkan Erga tadi. Tapi kembali lagi, ia tahu diri.

Luna seorang model. Apapun yang dikenakannya selalu terlihat bagus.

Bandingkan dengan Yara. Gadis pelajar biasa yang suka bahasa jepang, yang lebih suka makan malam-malam dan memakai baju apapun yang pertama kali diambil dari dalam lemarinya. Tentu saja beda.

Seperti batu krikil dan batu emas.

Topi jerami dan mahkota.

Ini bukan seperti MV Taylor Swift- You Belong With Me dimana Taylor dibandingkan dengan ketua cheers catik dan akhirnya berubah di prom. Tidak. perubahan tidak mungkin datang secepat itu. Yara sadar ia bukan Cinderella. Lagipula, nenek-nenek juga tau, mau se-weird apapun Taylor di MV itu, ia tetap kelihatan cantik. So, what the heck, man ?

" mending gue tidur ae." Ujarnya menarik selimut dan mencoba menutup matanya.

***

ketika kau kecewa, sangat sulit untuk menutupi perasaanmu. Sangat sulit untuk berpura-pura seakan-akan tidak pernah ada yang salah. Alih-alih tersenyum, melihat matanya saja membuat Yara teringat masalah tadi malam. Memang benar jika ia harus sakit sendiri, menyembuhkan dirinya sendiri. dan untuk mengembalikan semuanya seperti sebelumnya, ia butuh waktu.

Hari itu, semuanya berbicara tentang Erga dan Luna. Tidak ada lagi Erga dan Yara yang berteriak-teriak bermain game bersama. Yara duduk dibangkunya membaca bab terakhir Buku Paket Bahasa Jepangnya sedangkan Erga sibuk bermain laptop. Sesekali anak-anak akan menggoda Erga dan Luna.

Kadang Yara melirik reaksi Luna. Gadis itu terlihat biasa saja. Ia berdecak lalu membuka HPnya dan mulai bermain League of Stickman sendiri. terasa berbeda. Biasanya Erga akan membantunya menaikkan level pemanahnya, tapi sekarang ia tidak mau bersama Erga.

" Nay," Yara mendengus, hanya satu orang yang memanggilnya Naya. Panggilan yang selalu membuatnya merasa kalau ia adalah orang yang sepesial bagi Erga." Kok lo main sendiri ?" Tanya Erga yang tiba-tiba saja duduk didepan bangkunya.

Gadis itu langsung bangkit dari kursinya," gue mau ke toilet dulu, Ga." Pamitnya lalu segera berjalan cepat meninggalkan kelas.

Ia terdiam. Sulit rasanya menjauhi Erga ketika pria itu datang lagi dan lagi. Sesak. Tak taukah Erga bahwa ia telah membuat Yara sakit sedemikian rupa ? beberapa kali Yara memukul dadanya, mencoba meredam rasa sesak.

Cinta sendiri itu tidak pernah menyenangkan. Karena kau hanya merasa senang, kesal, dan sakit sendiri. itu yang terjadi ketika kau mencoba bertepuk tangan, namun tak ada tangan lain yang menyambutmu, tak bisa, tak akan ada suara.

BRUK

Gadis itu memegang bahu kanannya. Ia baru saja menyenggol seseorang." Maaf." Ucapnya sebelum melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

Orang itu terdiam sambil memegang bahunya.matanya terus memperhatikan langkah Yara.

***

" jadi, kalian beneran pacaran ?" Tanya Yara sambil menunjuk kedua orang yang saling rangkul didepannya.

" gimana, Sa ?" Reina menyenggol pinggang Asa. Pria itu hanya berdehem sambil meminum teh botolnya." Oy, kita pacaran nggak ?" senggolnya lagi.

" iya, kita pacaran. Ah, banyak bacot lu, kaleng rombeng." Jawab Asa jengah yang malah membuat Reina menyambak rambut hitamnya. Bukannya mohon ampun atau meminta maaf, Asa malah balik menjambak rambut panjang Rei yang selalu ia ikat. Akhirnya, tejadilah aksi jambak-jambakan didalam kelas.

Yang menonton malah tertawa kencang sambil memegang perutnya. Ia bahkan sempat beberapa kali memukul-mukul meja kelas.

Angkasa dan Reina terdiam. Keduanya melepas jambakan mereka dan menepuk bahu Yara masing-masing." Nggak papa, Ra. lo bisa cerita ke kita." Ucap Asa simpati. Yara mendengus dan langsung menepis tangan keduanya. Baru saja ia hendak berbicara, suara lain malah memotong.

" Nay, kantin yuk."

Ketiganya menoleh bersamaan. Asa dan Rei saling senggol.

" gue lagi nggak laper, Ga." Tolak Yara sambil mengangguk pasti.

RRRRRRRRR

Keempatnya saling pandang. Asa dan Rei menggelengkan kepalanya kompak." Lu laper, Nay. Udah yuk, kantin." Seperti yang sudah dijelaskan. Erga suka pembicaran satu arah. Dictator memang. Jadi tanpa meminta persetujuan Yara, ia sudah menarik gadis itu menjauhi Angkasa dan Reina.

Yara terdiam selama perjalanan. Biasanya keduanya akan saling jotos-jotos lengan. Tapi tidak sekarang. Gadis itu berfikir, benar juga, ia tak bisa selamanya menghindari Erga. Kebahagiaan Erga adalah kebahagiaannya, itu yang penting. Menyimpan semuanya sendiri sudah egois, tapi ia ingin, ingin membuat Erga bahagia.

" mie ayamnya 2 porsi, Pak De. Yang satunya sayurnya dikitan terus ditambahin telur. Nggak usah pake kuah panas juga, Pak De." Pesan Erga yang membuat Yara terkekeh. Ternyata pria itu tidak lupa selera 'banyak omong' Yara. Keduanya lalu mengambil tempat duduk yang tersisa.

Yara tersenyum tipis. Entahlah, hari ini ia jadi tidak berselera untuk tersenyum dan banyak bicara seperti biasanya. Seperti kehilangan jati diri. Sudahlah, ia tidak mengerti.

" Ra, mau kayak gimanapun, lo nggak bisa lari dari gue. Lo milik gue," gumam Erga yang membuat Yara langsung memandang bingung kearahnya.

" Yara !" gadis itu langsung menoleh.

" Luna ?" desisnya pelan yang langsung membuat Erga menoleh kearah pandang Yara. Gadis itu meringis dalam hati. lihatlah reaksi sahabatnya. Ia mencari Luna." Kenapa Lun ?" Tanya Yara ketika Luna sampai di meja mereka.

" kantinnya penuh." Gadis itu menggaruk tengkuknya. Biasanya Luna akan kekantin bersama sahabat karibnya, Rena. Tapi gadis itu menitipkan absen tadi pagi. Ada acara keluarga diluar kota.

Dan sekarang kedatangan Luna membuat lampu kuning menyala dalam kepala Yara.

Ia mengambil nafas dalam.

Ia ingin Erga bahagia. Karena kebahagiaan Erga adalah bahagianya.

" duduk disini aja sama Erga. Kebetulan gue mau ke Perpus mau nyari referensi buat review novel." Dustanya yang kemudian bangkit dari duduknya lalu mempersilahkan Luna untuk duduk. Kening Erga berkerut. Pria itu bertanya kenapa meninggalkannya seperti ini.

" gue lupa mau nyelesaiin resensi,Ga. Uangnya entar gue ganti." Lanjutnya cepat lalu kemudian meninggalkan Erga dan Luna berdua.

Ia ingin Erga bahagia.

Meski itu artinya tidak bersamanya.

***

Hallaaa... harusnya sih cuman 1 chapter yang di publish.

tapi entahlah, mood lagi bagus gara-gara denger High Notenya Go Eun di Angel dan wajah gantengnya Ten :v

maap masih banyak yang kurang, eyd berantakan dll, dll,dll (banyak dll karena emang masih banyak yang kurang) Fyi, ini pertama kalinya gue PD ngupload cerita beginian di internet atau bahkan mungkin ke orang lain.

Mau kasih quotes buat Yara

makasih udah baca, vote & comment. please jangan jadi siders dong

love always,

me

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top