Chapter 2 - Her Secret

Liking someone doesn't mean you have to be lovers,
sometimes you just have to be friends.

***

Yara tersenyum menatap deretan foto-foto yang sengaja ia pajang di dalam loker tempat lesnya. Ada banyak sekali fotonya dan Erga, juga beberapa foto keluarganya. Tak terasa banyak hal yang telah mereka lalui bersama.

Ia senang bisa menghabiskan waktunya bersama Erga. Meski kadang lebih banyak sebal ketimbang senangnya, Yara tetap menerima itu. Yara suka mereka yang sekarang.

" Nayaaaa !" kegiatan berfikirnya langsung buyar. ini pasti ulah Si kampret Erga. Siapa lagi memang yang memanggilnya Naya ? " keluar ga lo ?! atau gue bakar tempat ini !!!" teriakan berikutnya menyusul dan mau tidak mau membuat Yara langsung berlari tergopoh keluar tempat les dan menyumpal mulut speaker Erga.

" maaf, mbak, mas. Temen saya baru habis rehabilitasi."ungkapnya meminta maaf pada orang yang terdengar terkejut dengan deklarasi Erga yang akan membakar tempat les ini.

"Habis nyimeng ya lo ?" runtuknya lalu buru-buru mengambil helm dipelukan Erga dan naik kebelakang. Sebelumnya ia sempat memukul helm Erga dan membuat pria itu terlonjak dari jok motornya dan mengaduh.

" lu apa-apaan sih, Nay ?" protes Erga. Yara mendengus.

" lo yang apa-apaan ? dasar teroris gagal." Ejeknya sambil memasang helm. Erga melajukan motornya keluar pekarangan tempat les. Dengan gadis yang masih meruntuk sebal karena keidiotan sahabatnya.

" abis, kalo nggak digituin lonya nggak akan keluar-keluar." Balas Erga sambil menyebrang jalan dengan tidak hati-hati sampai sebuah mobil sedan mengklaksonnya. Pria itu mengelus dadanya," NGGAK NYANTE BANGET BANG NAIK MOBILNYA." Teriaknya pada si pemilik sedan tanpa malu.

Yara lagi-lagi menimpuk helmnya. "udah salah masih nyaut, malu oy !" kata Yara tanpa rasa bersalah. Yang entah mengapa malah membuat senyum di wajah Erga mengembang. Rasa kesalnya meluap begitu saja.

" santai mbak broo." Ringisnya berhenti di lampu merah."oya, gue mau ke petrichor, lo harus ikut, gue mau ngerjain tugas Bajep*" lanjut Erga yang kemudian belok kiri menuju Petrochor Café tanpa meminta persetujuan Yara.

Gadis itu mendengus, masih kesal. Tipikal Erga. suka melakukan kalimat perintah dengan komunikasi satu arah.

***

Kenyataannya ketika sampai Petrichor dan menemukan Kiara –sepupu Erga- di kasir bersama Pin –tetangga kosnya-, pria itu langsung menghampiri Kiara dan mulai menggoda adik sepupunya itu sampai gadis itu jengah sendiri dan memukul-mukul Erga beberapa kali.

Yara menghela nafas. Mereka berdua tidak pernah akur.

Setelah selesai menggoda adik sepupunya, semacam Social butterfly seseorang memanggil nama Erga, memintanya ke meja nomer 6, Yara menolehkan kepalanya ketika Erga berlalu dan menghampiri mereka. Ah, anggota Allies, gumamnya pelan lalu mulai membuka buku paket Bahasa Jepangnya. Sudah tidak perduli lagi pada omongan Erga dan Nata dkk.

Susah memang jadi teman Erga. Pria itu terlalu popular. Hampir semua orang mengenalnya.

Terlalu susah diraih. Makanya, Yara sering merasa rendah diri. Karena dia bukan siapa-siapa. Ia tidak sesupel Kiara, tidak juga se-charming dan secantik Rei, atau seanggun Pin. Ia hanya... Yara.

" kak Yara," gadis itu menoleh ketika Kiara menghampirinya dan duduk dibangku yang Erga tinggalkan." Bang Erga nyebelin ya. Kampret banget ninggalin kakak kayak gini." Katanya sambil sibuk mengikat tali sepatu rodanya lalu dengan apik memasukkan sepatu sekolahnya kelam tas plastic. Mengompori Yara yang terlihat bosan.

" ya gitu deh. Kalo bisa dibejek kayak cucian, udah aku bejek dia,Ra." Gadis itu terkekeh mendengar ujaran Yara yang sepertinya memang sedang mengungkapkan isi hatinya. Yara kembali menatap tugasnya dan membolak-balikkan buku mencari struktur kata tepat dalam sebuah pertanyaan.

" kak," panggil Kiara lagi.

" hmm." Gadis itu tidak bergeming. Serius dengan bukunya.

" kakak sama Kak Erga itu apaan sih ?"

Gerakkan tangan Yara berhenti. Ia mendongak memandang Kiara.

" ya temen. Apalagi ?"

Kiara tampak berfikir sejenak, mengetikkan sesuatu di HPnya lalu dengan cepat menyodorkan layar HP tepat didepan muka Yara." A boy and a girl can be just friends. But eventually one of them will fall for another. Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe," ia terdiam." Just maybe, forever." Katanya lalu menunjukkan senyum tak berdosa.

" you can't be just friends. Kalian punya chemistry." Lanjutnya lagi.

Yara terdiam," not the timing" Ia memandang kearah Erga yang kini terlihat memandang jijik pada Vero. Lalu terkekeh kecil." Forget it."

Kiara mengambil tisu ditengah meja lalu pura-pura menyeka air matanya," that's deep." Ungkapnya lalu berdiri dari duduknya." Aku tetap di pihak kakak kok. Manse ! see you at school." Pamitnya yang kemudian melenggang pergi keluar café. Meninggalkan Yara yang terdiam sendiri disana.

Memikirkan semuanya. Memikirkan kata-kata Kiara tadi.

Iya, ini hanya harapan kosong. Karena orang seperti Erga tidak mungkin jatuh cinta padanya. Mereka hanya ditakdirkan untuk menjadi sepasang sahabat. Tidak lebih. Yang Erga tau hanyalah ia merasa nyaman bersama Yara. yang ia tidak tau, setiap kali ia merasa nyaman, ada orang yang ingin menampis ilusi hatinya.

Tapi nyatanya, orang itu selalu gagal. Semua hal dalam diri Erga begitu menawan. Senyumnya, kerutan alisnya ketika bingung, bahkan bahasa tubuhnya, Yara suka semuanya.ia suka. Cinta. Tapi persahabatan ini juga penting untuknya.

Ia ingin tetap ini menjadi rahasia, dengan begitu, ia tidak akan kehilangan Erga.

***

sore itu lapangan entah mengapa terlihat begitu sepi. Beberapa anak lebih memilih pulang lebih cepat ke rumah ketika bel pulang berkumandang. Berbeda dengan Yara yang kini terdiam mendengarkan lagu menggunakan headset yang dipinjamnya dari Erga seraya menunggu pria itu selesai bicara dengan wali kelas mereka.

Disaat diam seperti ini, biasanya ada dua hal yang di khayalkan oleh seorang Nayara;
1. Keluarganya, dan yang ke 2. Ergantara Saputera, sahabat terbaik sekaligus cinta pertamanya. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha membuang khayalannya tentang Erga.

Iya, khayalannya hilang, tapi Erga asli malah muncul tepat didepannya. Keningnya berkerut," serius amat cuk," cibirnya sebelum duduk disamping Yara dibangku penonton. Lalu kemudian tanpa bersalah malah mengacak-acak rambut hitam milik Yara. gadis itu benci Erga yang menyebalkan seperti ini.

" gue marah !" protesnya sambil menyilangkan tangannya depan dada. Erga memandangnya sejenak, lalu tertawa kencang dan memiting kepala Yara menggunakan lengannya.

" dimana-mana orang marah itu nggak bilang-bilang," pria itu masih terkekeh bahkan ketika Yara berusaha melepaskan pitingannya. Ketika berhasil gadis itu malah menjambak rambut Erga, membalas perlakuan pria itu padanya dengan cara yang sangat perempuan.

" komodo lu, su." Decaknya lalu kembali terfokus pada ponselnya. Erga menggelengkan kepalanya, tak habis fikir bagaimana Yara bisa menggabungkan 2 nama hewan dalam satu kalimat.

Karena bosan, pria itu lebih memilih menganggu Yara. lagian, Yara itu lebih banyak bicaranya ketimbang diam. dia kan ibunya bebek. Tapi jika sudah diam begini, hanya ada 5 kemungkinan;sedang banyak pikiran, rindu rumah, marah, bosan, atau lapar.

" lagi dengerin apaan, su ?" tanyanya kembali membuka obrolan. Yara menoleh, tanpa banyak bicara malah memasangkan sebelah headsetnya ketelinga Erga. Pria itu ikut terdiam, mencoba mendengar playlist Yara.

Namun sayang ku tlah jatuhkan hati

Dan bila, kau tak kunjung tetapkan rasa

Dimana hatimu berada

Kan kulepaskan kau selamanya

Mata Yara terbelalak. Kenapa timingnya tepat sekali lagu itu terputar ketika ia sedang mendengarnya bersama Erga ? mampus." Galau banget, njing." Komentar Erga lalu melepas topinya dan memakaikannya di kepala Yara yang rambutnya mencuat sana sini akibat ulah Erga.

" Udah yuk, pulang," ajaknya.

Yara menganggukkan kepalanya patuh lalu mengikuti arah langkah Erga.

Lagipula, walaupun lagu itu ikut menuturkan sesuatu yang tak akan pernah diucapkannya, ia tidak akan sanggup melepaskan Erga.

Dimanapun hatinya berada.

***
*Bajep : Bahasa Jepang

Niatnya sih mau nge post besok aja, tapi berhubung gabisa tidur ya sudahlah.

Makasih yg udah sudi baca.
Jangan lupa vote & comment yaaa

Love always,
Me

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top