10
Selamat Menikmati Chapter Terakhir!~
Bulan lalu, kami para anak kelas tiga sedang masa-masanya ujian, sehingga kami sudah tidak bisa bermain-main lagi. Karena itu, aku sudah lama tidak bertemu dengan anak-anak basket, Saaya dan Nab.
Ya, aku tak begitu kesusahan sih dalam ujian. Soalnya mudah, hanya seukuran anak TK.
Kalian menganggapku sombong ya?
Iya, mungkin seperti itu. Dengan IQ diatas 160, sudah jelas mudah bagiku.
Lupakan soal ujian karena hari ini, hari berbahagia untuk para laki-laki. Aku? Biasa saja. Untuk apa bahagia hanya karena sebuah cokelat.
Tring.
Keira
Aku berhasil, oniisan!
Cokelatmu sudah kutaruh di tasmu.
Aku
Selamat, Keira!
Sudah kumakan.
Keira
Oniisan, dapat berapa?
Aku
Dapat sepuluh. Sisanya surat.
Keira
Saaya-chan sudah memberimu
belum, oniisan?
Aku
Saaya? Tidak, dia tidak memberiku.
Sejak kapan kau dekat dengannya?
Keira
Sejak oniisan kencan dengannya.
Jadi, oniisan suka dengan
Saaya-chan tidak?
Aku
Suka? Kurasa tidak.
3rd's PoV
Seorang perempuan baru saja menerima pesan dari kakaknya. Pesan yang cukup mengemparkan. Perempuan itu segera menelepon seseorang bernama 'Saaya'
"Saaya-chan. Iya. Dia bilang tidak. Semangat! Kutunggu. Sampai nanti." Perempuan itu memasukkan kembali ponselnya ke saku.
"Semangat, Saaya-chan."
- S - A - A - Y - A -
Seorang pria berkacamata sedang menunggu seseorang di sebuah kafe, ditemani segelas kopi hangat. Pria itu sesekali melihat ponselnya.
"Masih dua puluh lima menit tujuh detik lagi."
Pria itu mengeluarkan surat-surat yang sempat dia dapatkan di sekolah dari dalam tasnya. Dia buka dan dibaca satu-satu.
Dear Imayoshi,
Aku suka dengan adik kelasmu.
L
"Kalau kau suka dengannya, kenapa bilang padaku?" Pria itu menggeleng heran.
Imayoshi-san bisa beri nomor telponmu?
Aku mau mengingatkan hutang Keira lewatmu.
Kirena
"Keira ngutang lagi." Pria itu menggeleng heran untuk kedua kalinya. Pria itu berharap surat lainnya tidak aneh.
Aku suka........
Kacamatamu!!
Unknown
"Hah?!" Pria itu meremas kertas yang baru saja ia baca dan membuangnya ke tempat sampah. Pria itu membuka lagi surat yang keempat.
Ketika ia hendak membaca, kedatangan seseorang menghentikannya.
"Maaf membuatmu menunggu," kata perempuan itu dan mengambil tempat di depan pria itu.
"Sedang membaca surat?" tanya sang perempuan ketika melihat sebuah kertas di tangan sang pria.
"Iya. Baru saja aku membaca tiga surat, tapi isinya benar-benar luar biasa," kata pria itu dan menunjukkan isinya.
"....yang keempat ini." Perempuan itu tak sengaja membaca surat keempat. Pria itu ikut membacanya.
Aku suka denganmu.
"Tidak ada namanya?" Pria itu memeriksa kertasnya, namun nihil. Pengirim surat tak menyertakan namanya.
Perempuan di depannya mulai memasang wajah palsu. "Jika Imayoshi-san tahu siapa pengirimnya, apa Imayoshi-san akan menerimanya?"
Pria bernama Imayoshi itu menjawab dengan singkat, "Tidak."
Perempuan di depannya sedikit lega, tapi sedikit cemas juga.
"Apa Imayoshi-san suka dengan seseorang?" tanya perempuan itu. Imayoshi menjawab tidak umtuk kedua kalinya. Perempuan itu hanya meng-oh-kan jawaban Imayoshi.
"Jadi kamu mau memberikanku cokelat kan?" tebak Imayoshi. Perempuan itu mengangguk dan menyerahkan sebuah kotak berisi cokelat.
"Buat sendiri ya?" Perempuan di depannya mengangguk untuk kedua kalinya. "Ini pertama kalinya aku membuat cokelat dan ini pertama kalinya aku memberi cokelat pada pria selain aniki," kata perempuan itu dengan rona merah di wajahnya.
"Jadi aku yang pertama gitu?" Imayoshi menatap cokelat di depannya dan mengambil salah satunya. Ia arahkan cokelat itu ke mulutnya. "Enak." Perempuan di depannya menghembuskam napas lega.
"Mau?" Imayoshi menyodorkan cokelat di tangannya. Perempuan di depannya semakin memerah, tetapi ia paksakan untuk membuka mulutnya. Sayangnya, cokelat di tangan Imayoshi sudah pindah ke mulut Imayoshi.
"Aku tidak bilang akan menyuapimu," kata Imayoshi dengan senyuman. Benar-benar senyuman yang menggoda.
Perempuan di depannya kemudian memasang muka cemberut. Imayoshi yang melihatnya terkekeh dan mencubitnya. "Marah?"
"Hmph!" Perempuan di depannya memalingkan wajahnya ke jendela. Imayoshi tertawa ringan. Perempuan itu ketika mendengar Imayoshi tertawa justru menambah kecepatan jantungnya.
'Ayolah jantungku, bekerja samalah denganku. Kalau kau semakin keras, Imayoshi-san bisa mendengarmu. Lagipula, sejak kapan kau suka berdetak sekencang ini? Semenjak aku kenal dengannya katamu? Jangan bercanda! Aku baru kenal Imayoshi-san lima bulan yang lalu. Sudah lama? Jangan konyol deh.' Perempuan itu sedang bergulat dengan hatinya.
"Saaya? Masih ada keperluan lagi? Jika tidak, aku mau pulang." Ucapan Imayoshi menghamburkan lamunan Saaya. Saaya menahan tangan Imayoshi di atas meja.
"A-a-a-aku.... s-s-su-su-"
"Senpai!" teriak seorang pria bersurai navy. Benar-benar datang disaat yang tidak tepat.
"Eh, kalian sedang berbicara serius ya?" kata pria itu. Saaya menggelengkan kepalanya kencang dan meminta pria bernama Aomine itu duduk.
Ketiganya berakhir dengan berbincang-bincang tentang keadaan Akashi di Inggris. Saaya menatap Aomine tajam dan dibalas tatapan oleh Aomine. Imayoshi yang melihat keduanya berpikir untuk meninggalkan keduanya.
"Aku pulang dulu ya," pamit Imayoshi. Saaya mengejar Imayoshi yang sudah keluar. Aomine menatap keduanya senang. "Berjuanglah kalian berdua."
"Maaf, apa kedua orang tadi teman anda?" tanya seorang pelayan pada Aomine.
"Iya, kenapa?"
"Mereka belum bayar. Jadi, bisakah anda membayarnya?" kata pelayan itu dan diiringi teriakan tak bersuara Aomine.
.
.
.
.
"I-imayoshi-san!" seru Saaya ketika berhasil menggapai Imayoshi. Meski belum bisa menggapai hatinya.
"Ada apa Saaya? Kau meninggalkan Aomine sendirian?" katanya dan mengajak Saaya duduk di bangku taman yang tidak jauh dari situ.
Hening selama tiga menit. Saaya maupun Imayoshi tak ada niatan membuka mulutnya. Kedatangan Aomine membuat keheningan di antaranya hilang.
"Senpai, uangmu. Tadi, aku yang membayar soalnya," kata Aomine dengan tangan dijulurkan. Imayoshi mengeluarkan dompetnya dan memberi sejumlah uang pada Aomine.
Setelah menerima itu, Aomine mengajak Imayoshi ke rumah Imayoshi. Keduanya berpamitan pada Saaya. Saaya hanya melambai-lambaikan tangan dan melihat punggung keduanya menjauh.
"Mungkin di lain waktu?"
- END -
A/N : AKHIRR!! Ok, gantung ya? Iya tahu kok. Hehehe... /hahehahe/
Terima kasih sudah membaca hingga akhir!
Dibaca karya lainnya ya! Sampai bertemu di tempat lain, Bye bye!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top