4 | nanas
Naas, kelamaan mikir membuat sosok Bimo dan Sabrina keburu menghilang di balik tangga.
Lagian ngapain mereka semua ada di Bali, sih? Kayak pengangguran aja!
Itu si Bimo gila, bukannya harusnya udah balik ke US?
Rachel juga, coffee shop belum balik modal udah healing-healing melulu, kapan kayanya?
Memutuskan nggak mau buang-buang energi mengikuti permainan semua orang, Zane pilih abai saja.
Mending dia cari sarapan dulu, lalu me-recovery WhatsApp-nya, kalau bisa. Bisa gila dia kalau betulan terhapus semua.
Siapa lagi yang berani-beraninya memegang handphone-nya!? Masa bercanda nggak ngerti aturan!? Selain Sabrina, jelas Zane nggak akan memaafkan!
Cowok itu segera berjalan cepat menuruni tangga.
Untungnya, ada kunci mobil di dalam slingbag yang kata Rachel adalah miliknya itu.
Mengabaikan tangga yang lagi-lagi terasa familier, cowok itu tiba di ruang terbuka berisi living room dan dapur.
"Regina?" Zane bersuara tanpa sadar. Langkahnya terhenti. Mulutnya ternganga.
Apa lagi ini ya Tuhaaan??
"Morning, Zane." Yang dipanggil menoleh dan menyahut senormal-normalnya. Diikuti cowok kurus-jangkung-bertelanjang dada berdiri di sebelahnya: Ismail. "Sorry, pasti kebangun gara-gara Ismail jatuh dari kasur tadi, ya?"
Sepersekian detik kemudian suara pintu terbuka membuat Zane menoleh ke sumber suara.
Iis dan Gusti masing-masing keluar dari pintu yang letaknya saling bersebelahan.
Gila.
Mereka semua berada di villa yang mereka tempati tiga tahun lalu, di Canggu.
Crazy, isn't it? Baru beberapa jam lalu Zane lembur di kantor, lanjut makan malam bersama Sabrina. Kemudian dia tidur dan sakit perut di kamar apartemennya di Jakarta. Dan sekarang dia sudah ada di Canggu.
Ini tanggal berapa?
Nggak mungkin dia nggak sadar sama sekali dibawa ke sini kecuali disuntikkan obat tidur dosis tinggi.
Gila juga kalau dia diculik lewat jalur darat, kurang kerjaan banget. Di hari kerja, lagi.
Iis yang workaholic itu bahkan turut serta? Wow! Dan Regina? Bisa-bisanya dia mau diajak kerja sama mengerjainya.
"Is it my birthday?" Zane berkacak pinggang. Siap memberi pelajaran pada semua orang.
Tapi Ismail malah mengernyitkan dahi. "Well ... ada yang tahu kapan ulang tahunnya si Onta? Sorry, I usually don't do the birthday thingy."
Nggak ada yang menyahut.
Bahkan, Iis, sahabat sejatinya sendiri, mengaku nggak mengetahui tanggal lahirnya.
Tolong berikan Piala Citra untuk Iis Jamilah dan rekan-rekannya.
#TBC
Apa hubungannya sama nanas? Gak ada. Cuma pas nulis ini w bayangin lagi santai di pinggir kolamnya Apurva Kempinski sambil minum mocktail yang ada garnish potongan nanasnya. #thorselalubenar :/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top