29 - How Long?

How long has this been goin' on?
You been creepin' 'round on me
While you callin' me "baby"
How long has this been goin' on?
You been actin' so shady (shady)
I've been feelin' it lately, baby

Charlie Puth - How Long?

.

.

Akhir pekan seperti ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Gino. Setelah badannya remuk karena hampir tiap malam lembur mengerjakan berbagai macam tugas sebelum ujian tengah semester datang. Apalagi ia sudah mulai mencicil untuk menggarap tugas akhir mata kuliah Desain Arsitektur 5, mata kuliah beban terberat dengan 6 SKS, yang mengharuskan ia membuat analisa, laporan dan maket sebuah bangunan. Di saat wekeend seperti ini, ia bisa tidur sampai siang.

Namun, sayangnya bukan pekan ini. Pukul delapan pagi tadi ia harus ke Golden Cafe karena ada urusan dengan Yogi, yang mengelola cafe bersama dengan dirinya. Pertemuan tadi selesai pukul sepuluh pagi. Dengan senyum merekah, lelaki itu memasuki rumah sambil membawa tas kertas yang berisi oleh-oleh dari bulan madu Yogi di Dubai.

"Masak apa, Bunny?" Gino menghampiri Andara yang tengah berkutat di dapur.

"Gulai ayam, inget rekues kamu kemarin," jawab Andara sambil menyiapkan bumbu yang akan di-blender.

"Dapet salam dari Mas Yogi, ini ada oleh-oleh dia habis bulan madu di Dubai," kata Gino meletakkan tas kertas tersebut di atas meja.

"Tadi kamu ke cafe?" Gino mengangguk. "Kok beberapa bulan ini sering banget ke cafe, Gin?"

Gino menarik kursi yang tertata rapi, sebelum duduk di sana. "Aku belum cerita ya, Bunny?"

Andara mendongak, sebelum menekan tombol di-blender. "Apa?'

"Mas Yogi sama istrinya mau pindah ke Batam. Dia jadi lepas tangan dari Golden Cafe. Katanya dia juga nggak mau ambil hasil dari cafe lagi," jelas Gino.

"Kok mendadak?" tanya Andara.

"Nah, itu yang bikin aku kesel. Aku jadi bingung cari manajer cafenya siapa. Apa mau aku serahin ke Aldo aja, sekaligus rangkap jadi chef. Apa aku pegang aja gitu."

Gino menopang dagunya, berpikir siapa yang akan cocok jadi kandidat menggantikan Yogi sebagai manajer. Sebenarnya bisa saja sih dia menjabat manajer sekaligus owner, tapi takut kelabakan karena tugas kuliah terutama projek-projek tugas akhir. Tiba-tiba nama Nadine terlintas di kepalanya. Apa Nadine aja kali ya, yang jadi manajer? Cewek kan telaten gitu. Kenapa nggak kepikiran dari kemarin?

***

Sore hari ini ada tamu tak diundang menerobos masuk kediaman Gino dan Andara. Siapa lagi kalau bukan Andre. Lelaki itu langsung masuk, meskipun tak ada yang membukakan pintu. Ketika mencium bau harum dari arah dapur, Andre tanpa ragu ke sana dan mendapati kakaknya yang sedang menghangatkan gulai ayam dan menggoreng risoles.

"Makan sini ah," kata Andre mengambil nasi sepiring lalu menunggu di meja makan. "Pantes Gino bahagia terus sekarang ya, makannya aja udah beda banget. Gue mah apa, kalau nggak di burjo di angkringan."

Andara tertawa mendengar keluh kesah adiknya. Ia sebenarnya merasa kasihan pada Andre karena harus hidup sendiri. "Sering main ke sini lah. Apa mau tinggal di sini sekalian?"

"Nanti gue digorok Gino Kak," tolak Andre. "Mana Gino? Kok nggak kelihatan."

"Baru bangun tidur, masih mandi dia."

Andara menyajikan semangkuk gulai ayam dan sepiring risoles hangat di meja makan. Selang sepuluh menit kemudian, Gino bergabung dengan handuk di kepala karena rambutnya basah. Ia mencomot risoles dan melahapnya dengan saus cabai yang disediakan di dalam mangkuk kecil. Gino menepuk tangan Andre saat adik iparnya itu mengambil nasi untuk kedua kalinya.

"Kayak belum makan seminggu lo, nggak elit banget," ejek Gino.

"Perbaikan gizi. Aslinya tuh gue ditawarin sama Kak Andara buat tinggal di sini aja. Nggak usah ngekos. Bulan depan deh gue pindah ya Gin, biar bisa makan enak terus."

"Nggak bisa, nanti gue nggak bisa mesra-mesraan sama Andara karena ada lo. Tukang nguping."

"Tuh Kak, gue nggak boleh tinggal di sini sama Gino. Kok lo bisa dapet jodoh pelit begini sih?" gerutu Andre, mengadu pada Andara. "Padahal kan mau makan enak."

Wanita itu hanya tertawa. "Pulang ke rumah, Ndre. Sebenernya kamu ngekos juga buang-buang duit." Ia menyahut dari ruang televisi.

"Buruan lo pakai baju, habis ini kita cabut." Andre menendang kaki Gino membuat lelaki itu mendengkus marah.

"Kalian mau ke mana?" tanya Andara pada Andre yang kini duduk di sebelahnya. Sedangkan Gino masuk ke kamar untuk mengganti baju dan mengambil tas.

"Mau malem mingguan. Main pes."

"Di mana?"

"Di cafe Gino paling, yang ada makanan gratisnya. Udah lama nih nggak ke sana. Bosen di kontrakan Bayu terus," jawab Andre.

"Nggak ada makanan gratis di warung!" tukas Andara. "Itu makanannya yang bayar juga Gino."

"Ih Kak, kok lo ketularan pelit, sih?"

Gino keluar sambil membawa tas punggung yang berisi alat pes. Lelaki itu mengenakan celana jeans selutut dan kaus cokelat lengan pendek. Dari belakang ia memukul kepala Andre, membuat lelaki itu mengumpat secara spontan.

"Biaya nyekolahin anak itu nggak murah Ndre. Harus hemat dari sekarang," tukas Gino. "Buruan, ayo kita jemput Richard."

Andara berdiri mengantar Gino dan Andre sampai ke pintu. Sebelum pergi, Gino memeluk istrinya dan mencium kening wanita itu sambil meminta izin kalau hari ini ia akan pulang malam. Andara hanya terkekeh dan mengatakan tidak masalah. Karena dari awal mereka menikah, ia tidak ingin Gino merasa terkekang. Momen romantis mereka harus berakhir saat Andre berdeham keras dan terbatuk-batuk.

"Ini tolong kasihan sama mata jomlo, jadi terkontaminasi," gerutu Andre.

Gino mendecakkan lidah jengkel. Ia lalu mencuri ciuman di bibir Andara membuat istrinya tersipu malu. "Bye Bunny, aku pergi dulu, ya ... kalau udah ngantuk tidur duluan aja."

***

Merasa kesepian harus menghabiskan malam minggu sendiri, Andara memutuskan untuk ke rumah Sophie, mumpung Jordan masih ke luar kota. Sahabatnya itu pasti kesepian juga. Akan tetapi, sebelum berangkat, ia menggoreng risoles terlebih dulu, karena risoles yang belum digoreng masih tersisa banyak di lemari es. Rencananya ia akan mampir ke Golden Cafe untuk mengantar risoles ini ke sana. Lumayan kan, untuk camilan.

Pukul tujuh malam, Andara baru keluar dari rumah. Seperti biasa jalanan Jogja selalu ramai, apalagi di akhir pekan seperti ini. Sesampainya di Golden Cafe, ia langsung masuk dan bertemu Aldo di dalam.

"Mas Aldo, mau nitip ini buat Gino, mereka lagi di atas, 'kan?" tanyanya.

"Naik aja, Mbak."

Andara mengangguk dan langsung ke lantai dua. Ia mengira, lantai dua ramai karena dipenuhi teman-teman Gino, tapi dia malah tak melihat satu orang pun. Ia mencermati kondisi lantai dua Golden Cafe yang sedikit berubah. Kecurigaan Andara semakin tinggi saat mendapati baju-baju perempuan di atas kursi depan televisi. Kakinya sudah lemas, tapi ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri. Mengumpulkan tekad dan memberanikan diri, ia berjalan ke kamar Gino.

Matanya membelalak saat melihat Gino dan seorang perempuan berdiri tak jauh dari tempat tidur. Oke, jangan mikir yang aneh-aneh. Namun, seketika kakinya membeku di tempat, napasnya tercekat saat kedua orang dalam penglihatannya itu melakukan sesuatu yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Entah siapa yang memulai, karena matanya sudah dipenuhi genangan air mata. Pandangannya buram. Tapi satu hal yang pasti, kedua sosok di hadapannya saling menempelkan wajah dan Andara tidak bodoh untuk tahu apa yang mereka lakukan.

He kissed another woman in his old bedroom.

Dunianya runtuh dalam hitungan detik. Dadanya terasa sesak. Setiap napas yang dia hirup, seakan bisa membunuhnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Andara melangkah mundur perlahan, meninggalkan kamar itu. Meski pun tidak jelas, tapi ia mengenali siapa perempuan yang berciuman dengan Gino. Perempuan yang ia lihat saat di mall beberapa hari lalu bersama Sophie. Firasat buruknya saat itu kini jadi kenyataan.

Sampai di dalam mobil, Andara berdiam diri dan menumpahkan tangisnya sambil menyandarkan kepala di kemudi mobil. Rasa sakit yang ia rasakan di hatinya membuatnya sesak, sulit bernapas. Bayangan sang suami menghabiskan waktu bersama perempuan lain berputar di kepalanya. Mau tak mau sebuah pertanyaan muncul di otaknya. Udah berapa lama kamu mengkhianati aku Gino?

Andara tak menyangka kepercayaannya dinodai begitu saja. Ia kira mereka bahagia. Ia kira dirinya bisa membuat suaminya bahagia. Namun nyatanya, tidak. Kehadirannya, cintanya, kasihnya tidak cukup membuat bahagia sang suami. Sambil memukuli dadanya Andara meraung pilu, berharap meredakan nyeri yang menggerogotinya.

"Sakit Ya Allah, sakit," bisiknya terisak, mengadu pada Yang Maha Kuasa.

TBC
***

AKHIRNYA KITA PO JUGA!

SIAPA YANG UDAH GA SABAR??

Shopee Penerbit:
grassmediaofficial

Plis kapan lagi ya PO 85K dapat bonus sebanyak dan sekece itu? Nggak nyampe 90K lagi... Mo nangis kan😭😭😭

DAN ADA 2 EKSTRA PART SUPER UWU DI SINI....
1. Motto Gino banyak anak, banyak rejeki.

2. Not So Husbandable ketemu anak-anak dari Drama KKN.

TOTAL PART NSH ITU ADA Epilog+39+EPILOG+2 Ekstra Part.
Jadi, kalo kalian yang baru baca sampe part 29, masih kurang baca banyak banget... Belum lagi ekstra partnya😭😭

PENASARAN NGGAK? PENASARAN KAN?

Selain di Shopee Grass Media, bisa beli di sini juga. Pembelian hanya berlaku di Toko Buku Online berikut (Instagram):

@bukulengkap
@linibuku
@tokotmindo
@salenovel14
@bing.book
@bookit.id
@bless_leaf789
@book.kumcher
@belibukuori
@raynbookstore02

Mau PO lewat Whatsapp juga bisa

Format Pemesanan

Nama :
Alamat :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kota :
Kode Pos
No. Hp :
Judul Buku + Jumlah :

Harap mengisi data secara lengkap.

Cara pemesanan via :

WA  : 0858 0392 9910

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top