08 - Let Me
Baby, let me be your man
(let me be your man)
So I can love you (I can love you)
And if you let me be your man
(let me be your man)
Then I'll take care of you, you
(I can love you)
Zayn Malik - Let Me
.
.
Suara sorakan terdengar saat Indonesia berhasil melesakkan gol ke gawang lawan. Malam ini seperti biasa, Gino dan teman-temannya berkumpul untuk sekedar mengobrol atau bermain play station, tetapi karena malam ini ada jadwal pertandingan sepak bola, mereka memilih untuk menonton pertandingan tersebut.
"Lima menit lagi njir! Bisa menang nggak, ya?" tanya Gino pada teman-temannya.
"Kayaknya seri deh," sahut Richard yang sibuk memakan keripik singkong.
"Yah, selesai, seri," ujar Arkan kecewa melihat kesebelasan sang merah putih tidak memenangkan pertandingan persahabatan ini. "Ngapain nih? Udah lama kita nggak kumpul begini. Gino sok sibuk."
"Gue sibuk beneran astaga, mantu Pak Ustadz Shodikin, nggak percayaan lo," omel Gino. Lelaki itu memang sedang sibuk-sibuknya, tidak hanya disibukkan dengan urusan tugas kuliah dan cafe, tapi juga urusan pernikahan yang tinggal dua minggu lagi.
"Sibuk apaan lo? Punya pacar baru aja lupa temen," dengkus Bayu.
"Pacar siape?" tanya Gino.
"Nggak usah pura-pura amnesia lo. Waktu itu gue ke cafe lo, eh lo masih bobok cantik sama cewek," jawab Bayu.
Arkan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Foto yang di-share lo di grup WA itu Bay? Ngomong-ngomong anak mana Gin? Lo nggak kebablasan kan pas bobok bareng?"
Gino mengernyitkan keningnya, kenapa Bayu tidak menyadari jika wanita itu Andara? Apa jangan-jangan Bayu tidak sempat melihat wajahnya? Atau dia lupa bagaimana wajah Andara?
"Rahasia lah. Tenang aja, gue anak baik-baik kok, nggak bakal bikin bunting anak orang kalau belum sah."
Andre yang sedang minum tersedak ketika mendengar ucapan Gino. "Jadi, ntar kalau lo udah sah, lo mau hamilin kakak gue?"
Gino yang sedang meminum soda tersedak mendengar perkataan Andre. Richard langsung memukul lengan lelaki itu. Sedangkan Andre yang baru sadar membocorkan rahasia Gino, menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Kakak Andre?" Bayu terlihat bingung. "Gino sama kakak lo ada apa emangnya?"
"Itu Andre biasa ngaku-ngaku jadi adiknya Dua Lipa. Cih," jawab Gino asal. "Lo kan tahu, gue masih demen sama dia."
"Kok ada hamilin-hamilinnya?" Arkan terlihat masih tidak percaya. "Ah ... bohong nih lo."
"Alah ... kayak lo nggak tahu Gino aja Ar, dia kan cita-citanya bawa Mbak Dua ke KUA," jawab Richard dengan tawa yang dipaksakan.
"Ya masih mending gue dong ... mimpi jadi adik Mbak Dua, dari pada Gino pengin nikahin Mbak Dua, emang lo siape," imbuh Andre.
Arkan dan Bayu berpandangan sejenak, keduanya masih terlihat ragu karena tingkah aneh ketiga temannya. Namun, kedua lelaki itu pun tidak mau bikin pusing, sehingga tidak memaksa Gino untuk menjelaskan lebih lanjut.
"Gin, kalau lo emang udah pengin banget punya istri, ya udah gas cari istri, ajak taarufan, jangan modal ngayal doang, nggak guna," ejek Arkan.
"Eh, sialan lo. Mentang-mentang tiap malem ada yang ngelonin," cibir Gino. "Gue udah ada pujaan hati kok, tinggal usaha dikit lagi, nanti gue nyusul lo."
"Gini sih emang nasib jomlo, suka banget berimajinasi," ledek Bayu. "Gue sama Elita yang udah dua tahun aja, belum ngomongin tentang nikah."
"Nah, itu malah bahaya Bay. Nggak usah pacarin lama-lama, sayang kalau ternyata lo cuma jagain jodoh orang," balas Andre.
"Udah ... udah ... nggak usah debat! Yang juara di sini itu cuma Arkan, udah jadi suami sendiri. Kalian pada nih, kalau mau buktiin pakai undangan, jangan sesumbar doang," tukas Richard yang mulai bosan dengan obrolan tentang pernikahan ini.
"Eh, ngomong-ngomong review jurnal tugas dari Bu Andara kalian udah pada bikin belum?" Pertanyaan Arkan ini membuat keempat lelaki itu mengerang panik karena melupakan tugas yang harus dikirim malam ini paling lambat pukul dua belas.
Ya Allah ... ini calon istri kok nggak ngingetin kalau calon suaminya ada tugas. Batin Gino kesal dengan Andara.
***
Pagi hari ini Gino terbangun karena ponselnya berdering tanpa henti dengan suara nyaring. Tangannya meraba-raba meja di sebelah tempat tidur, setelah menemukan ponselnya, dengan mata yang setengah terbuka, Gino membaca nama yang muncul di layar.
"Iya, Ndre? Ngapain nelepon, WA juga bisa," gerutu Gino dengan mengantuk.
"Ini jam berapa woy? Tidur mulu," omel Andre.
"Gue abis subuh tidur lagi. Kenapa?"
"Nanti lo jemput kakak gue, ya? Mobilnya masih di bengkel, ini gue udah di kampus soalnya."
"Ah, gitu, lo udah bilang Andara?"
"Belum. Lo WA dia aja nanti. Daripada dia naik Gojek, mending sama lo aja. Itung-itung lo pedekate gitu sama Kak Dara."
"Oke, ntar gue WA dia. Dia ada kelas jam berapa?"
"Bareng kita, jam sepuluh. Udah sekarang lo bangun, terus WA Kak Dara."
"Ya, ini gue bangun, habis itu nelepon Andara langsung."
"Makasih, Bro."
"Sama-sama, Bro."
Gino segera menghubungi Andara seperti yang diminta Andre. Lelaki itu sempat bingung apakah ia harus mengirim pesan, atau langsung menelepon? Akhirnya, Gino memutuskan untuk mengirim pesan saja, dengan alasan takut mendengar suara ketus Andara.
To: My Dualipa
Kamis 16/3/2018 || 08. 10
Andara nanti berangkatnya bareng aku aja. Jangan pesen ojol.
-----------------------------------------------------------------
Pasti dikasih tahu Andre 😑 Nggak mau nanti banyak yang lihat soalnya naik motor.
-----------------------------------------------------------------
Aku nanti bawa mobil calon istri. Nggak usah bantah deh sayang.
-----------------------------------------------------------------
Jangan panggil sayang! Tapi turuninnya di pertigaan deket fakultas sains.
-----------------------------------------------------------------
Astaga Andara! Kamu nanti masih jalan sekitar 50 meter!
-----------------------------------------------------------------
Gak masalah. Dari pada dilihat orang fakultas sendiri, mendingan dilihat fakultas lain😒 kalo gak mau ga usah!
-----------------------------------------------------------------
Siap bosqu. Jangan galak-galak dong sama calon suami😽😽
Pesan terakhir Gino hanya dibaca Andara membuat lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala sambil terkekeh pelan. Untung saja dia memilih mengirimi Andara pesan, coba tadi ia nekad menelepon perempuan itu, bisa dipastikan telinganya merah karena jawaban ketus Andara yang dipenuhi tanda seru!
Lelaki itu pun segera bersiap-siap untuk mandi. Salah satu sisi negatif memakai mobil ke kampus itu tidak bisa berangkat mepet, karena jalanan Kota Gudeg yang padat merayap. Dirinya memang lebih suka menggunakan motor, meski harus berpanas-panasan yang menyebabkan kulitnya belang-belang seperti zebra. Selama ini untuk mengurusi persiapan pernikahannya, Gino memang selalu menggunakan motor, jadi sangat wajar jika Andara tidak tahu dia punya mobil.
"Calon istri, tunggu Abang," kata Gino sambil tertawa.
***
Pukul sembilan kurang empat puluh menit, Gino berangkat menjemput Andara di rumahnya yang berjarak sekitar lima belas menit, jika jalanan lancar. Ia sudah mengabari wanita itu terlebih dulu jika sudah dalam perjalanan. Gino membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di depan rumah Andara. Nampak wanita itu sedang duduk di kursi teras sambil menunggunya.
"Aku baru tahu lho kamu punya mobil," kata Andara saat sudah duduk nyaman di sebelah Gino.
"Iya, buat nganter nami kondangan, kasihan kalau pakai kebaya harus naik motor cowok gitu," jawab Gino, Andara mengangguk paham.
"Mami di rumah sendirian ya, Gin?" tanya Andara, yang dijawab Gino dengan anggukan kepala. "Nanti kalau kita nikah, kamu harus rajin nengokin mami, ya? Aku nggak mau kesannya ambil kamu dari mami."
"Kok aku? Ya kita berdua dong. Pasti kamu bakal jadi mantu kesayangan mami. Soalnya Mas Haikal sama istrinya, Mbak Sekar, tinggal di Bali, jadi jarang ketemu sama mami."
"Aku sama Mas Haikal tuaan siapa?"
"Seumuran kok."
"Harusnya aku bisa nikah sama kakak kamu, tapi kenapa dapetnya brondong kayak kamu sih?" dumel Andara.
Gino tertawa terbahak-bahak, ia sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan Andara. "Nggak apa-apa kamu masih ragu sama aku sekarang, tapi jangan kaget nanti kalau udah cinta."
"Anak kecil ngomongin cinta! Tahunya aja cuma pacaran." Andara mendengkus.
"Ah ... ngomong-ngomong soal pacaran, kita belum pernah jalan bareng, 'kan? Gimana kalau nanti sore kita jalan?" tanya Gino antusias.
"Nggak mau, nanti ada yang lihat," tolak Andara.
"Ya ampun Andara ... Jogja nggak sekecil itu kali. Ayo lah jalan, biar kayak orang pacaran, masa dua minggu lagi nikah belum pernah jalan," Gino merajuk. "Kamu pulang jam berapa?"
"Jam setengah empat keluar kantor."
"Oke, habis maghrib aku jemput kamu, biar salat maghrib di rumah dulu."
"Kapan aku bilang setuju?"
"Itu barusan."
TBC
***
Akal bulus si brondong ... Drop your comments yakk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top