04 - One Night Lover?
Dance floor's rocking,
I watched you move around,
Can't take my eyes off a beautiful stranger,
This ain't stopping,
the beats pumping louder,
Feels like a touch from an angel
You could be my one night,
one night lover
Rossa - One Night Lover
.
.
Andara menggeliat di atas tempat tidur saat ia merasakan sinar matahari menyilaukan matanya yang masih terpejam. Ia lalu mengerjap-ngerjapkan matanya dan melenguh ketika merasakan kepalanya sakit luar biasa. Matanya menyipit saat melihat keadaan sekitar yang terasa asing.
"Apa kamar aku kayak gini, ya?" gumam Andara, lalu pandangannya jatuh pada lukisan abstrak yang menempel di dinding. "Perasaan kamarku nggak ada tempelan apa-apa, deh."
Ketika otak Andara sibuk bekerja memutar ingatan tentang kamar di rumah barunya, kakinya tiba-tiba tertindih oleh sesuatu yang hangat dan berbulu. Jantungnya seakan melompat dari tempatnya dan sedetik kemudian terdengarlah suara teriakan melengking yang memekakkan telinga.
"AKKKKKKK!!" Dengan gerakan cepat, ia bangun dan duduk di atas tempat tidur. Ia kembali berteriak saat menyadari dirinya hanya memakai tanktop hitam dan celana pendek.
"Arghhh!" Suara erangan lelaki yang berasal dari sebelahnya membuat Andara dengan ngeri menoleh dan mendapati seorang lelaki asing tertidur pulas tanpa baju!
"ACKKK!!! TOLONG! TOLONG!" Ia berteriak sambil memukuli lelaki malang yang tertidur pulas sambil memeluk bantal guling.
Lelaki itu mengerutkan keningnya, merasa tidur pulasnya terganggu, mencoba menghindar dari serangan bantal guling. "Diem, ah! Pusing ini!" gerutunya lalu berbalik dan membelakangi Andara.
Gadis itu bersungut-sungut dan menendang punggung telanjang lelaki itu membuatnya terjatuh dari tempat tidur. Sambil mengaduh kesakitan, lelaki itu bangun, wajahnya terlihat sangat jengkel.
Tapi, lagi-lagi Andara berteriak.
Bagaimana tidak? Lelaki di depannya hanya memakai celana boxer hitam yang sangat ketat dan tentu saja itu adalah pemandangan yang tidak Andara harapkan.
"TELANJANGG!!!!" Andara menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "BURUAN PAKAI BAJU!"
Seolah teriakan Andara adalah lonceng di kepala lelaki itu yang mengingatkannya akan sesuatu. Tiba-tiba matanya membulat, sementara darah seakan tersedot dari wajahnya, membuat pucat seketika. "Kenapa ada cewek di kamar gue?!" Lelaki itu gantian menjerit. "Ngapain?!"
"Kamar kamu?!" Ia lalu mengintip dari sela-sela jarinya dan mendapati lelaki itu belum juga berpakaian. "Pakai celana dulu!"
Masih dengan terkejut, lelaki itu memakai kaus dan celana lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mengamati Andara yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut, dan menutup wajahnya. "Buka wajah kamu, aku udah selesai," ujarnya.
Andara menyingkirkan telapak tangannya dan memperhatikan lelaki di hadapannya. Ia merasa tidak asing dengan wajah lelaki itu, lalu dirinya memaksa otaknya memutar ingatan semalam dan, ia menemukan jawabannya. Gino!
"Kamu pasti kasih alkohol atau obat tidur di jus semangka aku!" tuduh gadis itu menggebu-gebu sambil menunjuk Gino dengan telunjuknya.
"Eits! Jangan asal tuduh, Missy!" Gino melotot sebal ke arah Andara.
Wanita itu mendengkus kesal. "Pasti kamu lupa namaku, 'kan?!"
Gino terdiam sejenak, pandangannya melekat pada wajah jelita yang disuguhkan Andara saat bangun tidur. Lelaki itu tersenyum tiba-tiba. "Andara, 'kan? Cewek semalem?"
Andara mengangguk membenarkan tebakan Gino. "Kalau kamu nggak kasih aku alkohol atau obat apapun itu, kenapa aku nggak inget kenapa aku ada di sini!"
"Nggak usah sok polos deh Andara, jangan-jangan kamu yang kasih obat, 'kan? Sengaja mau perkosa aku!"
Wajah Andara memerah karena amarah. "Ngapain aku mau perkosa kamu! Gila!"
Gino menyugar rambutnya sambil menghela napas. "Sumpah aku nggak naruh apa-apa ke jus kamu Andara." Wajahnya serius. "Aku juga nggak tahu kenapa kamu ada di kamarku, gimana caranya aku pulang, aku nggak inget semuanya."
Wanita itu bergeming, ia mencerna perkataan lelaki itu dan mencoba mempercayainya. Wajah Gino sama linglungnya dengannya. Kalau memang bukan dia pelakunya dan jika benar lelaki itu juga tidak sadar sejak semalam, kemungkinan besar, mereka tidak mungkin melakukan sesuatu terlarang, 'kan?
"Kita nggak ngapa-ngapain kan semalem?" bisik Andara.
"Seinget aku nggak," jawab Gino. "Tapi ya, nggak tahu juga kalau kelupaan."
Andara mendelik mendengar jawaban santai lelaki itu. "Kalau gitu, anterin aku pulang. Aku nggak tahu daerah rumahku."
Gino menatap Andara aneh. Masa ada orang yang tidak tahu alamat rumahnya sendiri. "Ya udah, buruan ganti baju, aku tunggu di luar."
Andara segera memakai bajunya yang tergeletak di lantai. Ia masih bingung kenapa ia melepas bajunya, memang sih dirinya suka tidur hanya pakai tanktop dan celana pendek. Tapi, kenapa bisa ia tidak ingat? Setelah selesai ganti baju, Andara mengambil tasnya yang berada di kursi dekat tempat tidur, lalu merogoh ponselnya. Sial mati!
"Gino!" Andara keluar sambil menenteng tasnya. "Aku mau pakai kamar mandi, di mana?" Gino yang sedang duduk santai di sofa meneguk susu putih dingin menunjuk arah kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian, ia sudah kembali, Gino lalu menawari teh hangat yang sudah siap di atas meja. Dengan senang hati, gadis itu menerima teh hangat untuk membuka harinya. Berbeda dengan kebanyakan lelaki yang lebih memilih kopi, kenapa Gino lebih memilih susu? Tanya Andara dalam hati.
"Gin! Ada charger? Hape aku mati, nih." Andara menunjukkan ponselnya yang sudah tidak bernyawa.
"Bentar, aku ambilin dulu." Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil charger ponsel yang kebetulan memilik merk sama. "Ini." Andara segera mengisi daya baterai ponselnya sambil menikmati secangkir teh hangat.
Ia terlonjak kaget saat mendengar umpatan Gino yang sedang sibuk memandangi layar benda persegi itu.
"Kenapa, Gin?" Alis Andara berkerut heran. Baginya, wajah Gino terlihat sangat tegang, takut, dan kaget. Memangnya ada apa?
"Andara, kamu kakaknya Andre?" Gino malah bertanya tanpa menggubris pertanyaan yang dilontarkan Andara.
"Kamu kok kenal Andre?" Andara semakin heran.
"Shit!" Gino kembali mengumpat, lelaki itu lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil menempelkan ponselnya di telinga.
"Andre! Nggak Ndre, gue nggak ngapa-ngapain sama kakak lo. Suer!" Gino menghela napas kasar.
"Iya, dia di sini, di cafe!"
"Gue juga nggak tahu gimana kita bisa tidur bareng! Gue nggak minum alkohol Ndre, lo tahu itu."
"Damn man! Kenapa bisa ibu lo tahu?"
"Ndre!"
Andara yang mendengarkan percakapan Gino dengan Andre ——yang ia asumsikan sebagai adiknya, menjadi panik. Apalagi Gino membawa-bawa ibunya. Ibunya tahu apa memangnya?
"Gin! Itu beneran Andre adik aku?" Andara memastikan. Gino mengangguk. Lelaki itu lalu memberikan ponselnya pada Andara, membuat mulutnya menganga. "Kok bisa Andre dapet foto ini?"
Gino duduk di sebelah Andara. "Ini cafe aku, lantai duanya aku jadiin rumah dan ada temen aku yang dateng, dia udah biasa naik ke sini, so pelayan aku biarin dia naik, dan dia lihat kita yang lagi tidur, terus dia foto kita, dan share foto itu di grup WA."
"Grup WA apa?"
"Grup WA genk aku gitu," jawab Gino. "Andre juga masuk grup itu."
Wajah Andara pucat seolah ada air es yang diguyurkan ke tubuhnya. "G-gimana kamu bisa kenal sama Andre?"
"Aku sekampus sama dia."
"Sama temen se-genk kamu juga?" Gino mengangguk
Andara ingin menangis! Oh Tuhan, bagaimana bisa ia sesial ini? Kemungkinan besar mereka adalah mahasiswanya! Dan, mereka sudah pernah melihat fotonya sedang tertidur dengan Gino di satu tempat tidur yang sama! Itu skandal!
"Ngomong-ngomong, orangtua kamu sama Andre masih dalam perjalanan ke sini." Gino meringis. "Ibu kamu nggak sengaja buka hape adik kamu dan lihat foto itu."
Andara ingin pingsan! Ya Tuhan! Demi saus tar-tar dan ubur-ubur, dan segala hal yang disukai Spongebob, ia rela ditenggelamkan Ibu Susi ke Bikini Bottom!
TBC
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top