03 - First Meeting
It may sound silly, but true
My heart just stopped
When I caught your eye
So overwhelming
Was my first impression of you
Billy Holiday - My First Impression of You
.
.
Jadi, malam ini Andara dikenalkan Sophie pada temannya yang bernama Irwan. Menurutnya sih, kesan pertama yang ia dapat saat melihat lelaki bertubuh tinggi yang terlihat manis dengan kulit cokelatnya itu adalah ramah, dan karena terlalu ramahnya Andara berpikir jika pasangan kencan butanya cerewet. Dan yang membuat Andara tidak nyaman adalah Irwan banyak melontarkan pertanyaan yang menurutnya adalah pertanyaan pribadi. Seperti menanyakan, kamu tipe cewek yang suka ngutang nggak? Dan di situ Andara langsung menyusun rencana kabur dari kencan buta ini.
Saat Irwan mengajaknya untuk bergabung menari dengan para pengunjung lain, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk lari dari lelaki itu. Namun, kelegaan Andara tidak bertahan lama, karena setelah berhasil kabur dari Irwan, ia dihampiri lelaki yang memberikan pertanyaan konyol lain padanya.
"Kamu bukan teroris yang dikejar densus 88 kan?" Itu adalah pertanyaan dari laki-laki yang berdiri di hadapan Andara.
"Ya?"
Lelaki aneh itu tertawa. "Sorry, habisnya kamu nengok ke belakang terus, kayak dikejar gitu."
"Ah, itu iya, eh nggak kok," jawab Andara sekenanya.
"Duduk lah, nggak enak ngobrol sama berdiri." Lelaki itu menunjuk dua kursi berhadapan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Andara melihat ke arah lelaki itu ragu. Ia tidak kenal lelaki ini dan kenapa pula harus repot-repot menerima ajakannya, setelah dia berhasil kabur dari Irwan?
"Aku bukan orang jahat kok dijamin. Namaku Gino, aku ke sini diajak temenku, eh akhirnya aku ditinggal dia yang sibuk di barisan paling depan ngelihatin DJ Butterfly," ujar lelaki bernama Gino itu.
"Oke, ayo." Dan Andara pun menerima ajakan Gino. Menurutnya, Gino terlihat sedikit cute jika dibandingkan dengan Irwan yang macho. Oh, dan Gino punya senyuman lebar termanis yang pernah Andara lihat. Adem banget.
"Mau pesen apa?" tawar Gino.
Andara menggeleng. "Nggak, aku udah minum sebelum kabur."
"Jadi, beneran lagi dikejar?" tanya Gino, Andara mengangguk. Ia pun menceritakan tentang pasangan kencan butanya. "Gila deh! Jadi, sekarang orang ke klub malam mau pada cari jodoh," tawa Gino.
"Nggak gitu juga," kilah Andara. "Aku juga ini dipaksa sama temen aku yang nggak tahu ngilang ke mana."
"Nasib kita sama," kekeh Gino.
"Sama-sama jomlo apa sama-sama ditinggal temen?" tanya Andara.
"Dua-duanya." Dan mereka tertawa bersama. "Eh, kamu belum kenalan. Masa udah ngobrol banyak, aku nggak tahu nama kamu."
"Emang perlu?" Andara menaikkan alisnya.
"Perlu lah. Aku aja udah kasih tahu nama aku. Kalau perlu, kamu seacrhing di Google pasti tahu siapa aku," kata Gino sombong.
"Kamu artis?" Mata Andara membulat. "Aku nggak mau kena gosip!"
Gino malah tertawa melihat Andara yang panik. "Tenang, bukan kok. Emang kamu pernah lihat wajah aku di teve?"
"Eh, udah lama aku nggak pulang ke Indonesia, jadi nggak tahu kabar-kabar artis Indonesia," jawab Andara malu.
"Loh, emang selama ini tinggal di mana?" tanya Gino. "Eh namanya dulu ah. Nggak seru main rahasia-rahasian."
"Namaku Andara, panggil aja Dara. Aku di Singapura sih kuliah sama kerja gitu, terus ini pulang," jawab Andara.
"Salam kenal Andara. Kapan-kapan main ke cafe aku aja, jangan di klub malam kalau kita ketemuan lagi." Gino mengeluarkan gombalannya. Ia pikir jika perempuan di depannya ini berusia sekitar satu atau dua tahun di atasnya, ya usia kalau lulus kuliah lah. Nggak jauh kok umurnya, wajahnya juga nggak kelihatan lebih tua sama sekali. Batin Gino.
"Aku juga kurang suka klub malam. Ngajakin ketemuan nih ya modusnya?" Andara menyipitkan matanya. Ah jadi si Gino ini pengusaha ya, udah punya cafe gitu. Biasanya pengusaha muda itu usia dua puluh lima lewat kan? Dua puluh tujuh mungkin ya. Batin Andara.
"Ya, kalau yang dimodusin peka." Gino terkikik.
Mereka berdua terus mengobrol dengan berbagai topik, mulai dari Gino yang menceritakan isu terpanas Indonesia pada Andara, sampai gadis itu bercerita mengenai kehidupannya di Singapura. Andara merasa nyaman dengan Gino, dia menyukai candaan dan gombalan yang dilontarkan lelaki itu. Andai saja Gino itu pasangan kencan butanya, pasti tadi tidak ada acara kabur-kaburan seperti tadi.
"Pesen minum yuk. Dari tadi ngobrol sampai kering," ajak Gino, "sekalian joget ke sana, masa dari tadi duduk doang."
"Ayo, udah haus juga nih." Andara berdiri lalu mengikuti Gino ke konter. Mereka berdua memilih dua gelas jus semangka, karena perut mereka sudah dipenuhi soda sejak menit pertama masuk ke dalam klub ini. Saat menyadari tidak ada yang memesan alkohol keduanya tertawa.
"Langka banget nih cowok clubbing tapi nggak minum alkohol," goda Andara.
"Aku 'anti alcohol-alcohol club'," kata Gino menirukan slogan salah satu brand pakaian yang sempat booming.
"Beneran, nih? Nggak lagi cari muka, kan?" Andara tertawa.
Gino memasang wajah cemberutnya. "Astaga, nggak lah. Aku itu cowok baik-baik, jadi nggak butuh pencitraan."
"Nggak ada lagi cowok baik-baik main ke klub malam," balas Andara masih sambil tertawa.
"Kalau kamu cari cowok baik-baik, harusnya jangan ke klub malam. Mana ada cowok baik yang mau sama cewek liar malam kayak kamu," ledek Gino.
"Iya deh, aku kalah," kata Andara menyerah. "Ikutan ke sana yuk, joget, sekalian cari temen aku." Ia menunjuk area depan meja DJ yang dipenuhi pengunjung yang sedang asyik berjoget.
"Ayo, sekalian cari Richard, temen aku." Gino menerima ajakan Dara.
Mereka berdua pun berjoget sambil menjalanlan misi mencari teman masing-masing. Lagu Shape Of You versi remix milik Ed Sheeran diputar, membuat yang ada di sana asyik bergoyang. Kebanyakan para lelaki berjoget sambil memandangi si dj yang sangat seksi itu. Sedangkan Gino berada di barisan paling belakang bersama Andara, juga tak kalah seru. Mereka menggoyangkan badan mereka mengikuti lagu yang diputar. Lagu pun berganti, kini tembang milik Anne Marrie yang berjudul Friend, menggema memenuhi ruangan. Karena begitu asyiknya, sampai mereka tidak sadar sudah berapa lama menari. Andara menepuk bahu Gino lalu menunjuk meja mereka, sebelum ia pergi ke sana yang tentu saja diikuti oleh lelaki itu. Andara langsung menenggak jus semangka yang masih tersisa itu, menghilangkan rasa hausnya.
"Gila! Seru tapi capek!" pekik Andara.
Gino hanya tertawa. Ia mengambil jus semangkanya, lalu meneguk sampai habis, sebelum mengistirahatkan tubuhnya di kursi, berhadapan dengan Andara. "Udah lama kamu nggak ke klub?"
Andara mengangguk. "Palingan ke bar aja sih, makan, ngobrol terus pulang. Udah lama nggak nari begini."
"Itung-itung olahraga ya," kata Gino setelah melihat banyaknya keringat di kening perempuan itu.
"Tadi kamu ketemu Richard?" tanya Andara. Gino menggeleng, lelaki itu bergantian tanya pada Andara apakah ia menemukan temannya. "Nggak," jawab Andara sambil tertawa.
Gino mengeluarkan ponselnya untuk mengirimi pesan Richard, menanyakan di mana keberadaan lelaki itu, dan memberi tahu jika ia menunggunya.
"Gino, kok aku pusing, ya?" Andara memijit pelipisnya.
"Kenapa? Kamu mau pulang sekarang? Gimana kalo aku pesenin taksi." Gino jadi panik.
"Nggak usah. Aku tunggu Sophie aja," tolak Andara. Ia lalu mengeluarkan ponsel, mencoba menelepon Sophie, tapi sahabatnya itu tidak menjawab panggilannya. Dan saat ia hendak memanggil Sophie lagi, ponselnya mati karena kehabisan batre. "Hapeku mati."
Gino semakin resah. Karena ia juga tiba-tiba merasa pusing dan matanya menjadi berat. Richard tak kunjung membalas pesannya. Kemudian ia menelepon lelaki itu, tapi Richard juga tak mengangkat panggilannya. Ia memejamkan matanya sejenak saat merasakan pusing yang luar biasa, dan saat membuka mata, penglihatannya jadi kunang-kunang. Tapi ia masih cukup bisa melihat jika perempuan di depannya itu sudah tidak bergerak dengan kepala tertelungkup di meja. Dengan sempoyongan Gino berdiri, untuk mencari Richard, tapi rasa pusing yang dideritanya semakin parah. Dan tanpa sengaja ia bertabrakan dengan tubuh tegap, yang entah langsung memegang kedua bahunya.
"Gino! Hei!"
Mata Gino berbinar saat melihat teman yang dari tadi ia tunggu. "Richard!"
"Eh, mabuk ya lo?" tanya Richard curiga melihat cara berdiri Gino yang sempoyongan.
Gino menggeleng tegas. "Nggak! Minum alkohol itu dosa! Kata Pak Ustadz Mahmud. Gimana sih lo," gerutunya.
"Anjir mabuk beneran deh. Bawa-bawa Pak Ustadz Mahmud segala," rutuk Richard. "Ayo, pulang!"
"Nggak bisa!"
"Kenapa?"
"Ada cewek cantik di meja pingsan. Harus ditolong," jawab Gino sambil menunjuk ke arah mejanya. Dengan dibantu Richard, sampailah mereka di meja Gino dan Andara tadi.
"Ini siapa Gino?" tanya Richard.
Gino sudah mulai tidak fokus. "Nggak tahu," jawabnya asal.
"Lah kok? Cewek lo kan?" selidik Richard.
Gino tersenyum lebar. Lalu ia menepuk bahu Andara, membuat perempuan itu mendongakkan wajahnya.
"Cantik, berarti bener cewek gue."
Andara mengerjapkan matanya, lalu menatap Gino dengan bingung. "Dara mau pulang. Tapi Sophie ilang, terus Gino juga ikut pergi," gumamnya tidak jelas.
Richard menatap Gino dan perempuan asing itu bergantian lalu menangis dalam hati. Ya Tuhan, kenapa sial sekali malam ini, harus ngurusin si Gino yang mabuk, terus ini cewek nasibnya gimana?
TBC
***
Tenang.. Aku bakal rajin update.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top