02 - Good Boy

I'm different than what's expected
i don't play play play, i don't play with you people tell you, watch out for guys like me don't believe it too much what you know about me, you know me at all
I am a good boy

GDYB - Good Boy

.

.

Cowok ganteng, baik, pinter, kaya, mandiri, yang nggak playboy ada nggak?

Ada tentu saja.

Giorgino Praga Ardana.

Itu loh, pemilik Golden Cafe. Salah satu tempat makan yang selalu ramai di pusat Kota Jogjakarta. Selain makanannya yang enak-enak, juga karena tempatnya yang nyaman, luas, dan tentu saja Instagram-able. Awalnya Golden Cafe itu proyek kakaknya, Haikal saat kuliah, yang memang berkuliah di bidang kuliner entah apa tepatnya. Tapi kemudian, setelah membangun cafe dan restauran baru di Bali dan Jakarta, Haikal memilih mundur dari Golden Cafe dan tinggal di Bali bersama keluarganya. Ia memberi kepercayaan pada Gino dan Yogi, teman Haikal untuk mengurusnya.

Dulu saat SMA, Gino sempat jadi pelayan dan barista di Golden Cafe, karena ia memiliki ketertarikan dengan bidang itu. Bahkan setelah lulus SMA, ia masuk ke sekolah kuliner selama satu tahun untuk mendalami ilmu tersebut sebelum masuk universitas untuk berkuliah di jurusan teknik arsitektur. Dengan penghasilannya dari Golden Cafe, ia tidak lagi meminta uang jatah dari orang tuanya. Toh, gajinya bisa dibilang lebih dari cukup, sampai bisa untuk mencicil mobil yang dipakainya sekarang.

Pokoknya, Gino, panggilan akrab Giorgino, itu bisa dibilang mantu idaman banget deh. Kalau dibawa ke orangtua kalian, dijamin mereka nggak bisa nolak. Tapi sayangnya, sampai sekarang belum ada cewek yang berani mengenalkan dia ke orangtuanya. Barang mahal emang susah lakunya, iya, 'kan?

"Woy, bro!" Suara Richard, teman satu kelasnya memanggil. "Buruan nanti keburu klubnya tutup."

Gino dengan langkah santainya menghampiri mobil Richard yang terparkir di depan café lelaki itu.

"Cupu apa bego, sih? Klub malem ya makin malem makin asoy." Gino masuk ke dalam kursi penumpang di sebelah pengemudi. "Berdua doang, nih?"

"Iya, lah! Nggak mungkin ajak Arkan, dia udah nikah sama Lily, anaknya Pak Ustadz Shodikin, bisa-bisa digorok dia kalau mainnya ke tempat hina begitu. Sekarang dia udah jadi anak sholeh, jangan diganggu," cerocos Richard sambil fokus melihat ke jalan yang ramai. Maklum malam minggu.

Gino mendesis. "Ya, lo pikir gue orang gimana? Lo berani ngajak gue ke tempat begituan. Begini juga gue calon anak sholeh!"

"Sholeh dari mana? Salat aja kalau Hari Jumat doang!" ejek Richard tertawa.

Gino berdecak tidak terima. Dia itu selalu salat lima waktu! Ya walau pun kadang-kadang telat! "Kalau ngomong yang bener! Bukanya situ kalau ke gereja pas natal doang!"

"Sensitif amat, Bang." Richard terkikik. "Jangan diambil pusing deh, kan yang penting nanti di klub nggak ngapa-ngapain. Biasanya juga cuma numpang joget sama minum cola."

"Ya emang mau ngapain gue ke klub? Mau grepe-grepe anak orang takut kebablasan," sungut Gino.

"Tahu nggak gimana biar ke klub malem tapi tetep ada faedahnya?" celetuk Richard.

"Mana ada," dengkus Gino.

"Eh ada, jangan salah. Kita ke klub niatnya diganti, bukan buat seneng-seneng, tapi buat cari jodoh. Nah berfaedah kan, tuh?" Kata Richard.

Gino tertawa, temannya ini kalau ngomong memang suka ngawur tapi kok kalau dipikir ada benernya juga. "Tumben cerdasnya keluar."

Lelaki dengan tampang blasteran Amerika-China-Jawa ini mengangguk dengan wajah bangganya itu. "Emang udah cerdas dari sononya."

***

Suara dentuman musik menyambut Gino dan Richard ketika memasuki sebuah klub malam yang sudah ramai pengunjung itu. Entah mengapa Gino merasa malam ini lebih ramai dari biasanya. Namun, lelaki itu segera mengerti penyebab ramainya tempat hiburan malam ini saat matanya melihat siapa yang berdiri di balik meja disk jokey.

DJ Butterfly.

Pantas saja, pikirnya. Perempuan dengan pakaian seksi, dengan tubuh aduhai yang di atas rata-rata menjadi salah satu daya tarik para tamu di sini, selain wajah cantik perempuan berambut pendek itu.

"Chard." Gino menepuk pundak Richard yang sudah asyik bergoyang dengan minuman di tangannya. "Pantes ya, minta cepet-cepet tadi."

Richard menyengir. "Sayang Bro, jarang-jarang dia ke sini."

Karena malam ini Gino sedang tidak mood untuk berjoget, ia memilih duduk lalu memesan satu porsi kentang goreng dan satu botol minuman bersoda. Ia tiba-tiba teringat perkataan Richard soal cari jodoh. Sebenarnya Gino tidak terlalu ngebet untuk cari pacar sekarang karena faktor umurnya yang masih muda, juga karena ia lelah punya pacar.

Bukan playboy, jangan salah sangka. Tiga bulan yang lalu Gino baru putus dari pacarnya, Audrey, karena gadis itu terlalu penuntut. Ia tidak bisa memahami kesibukan Gino sebagai pengusaha muda. Pengelola cafe bisa dibilang pengusaha, 'kan? Dan juga gadis itu memanfaatkan Gino yang sudah menghasilkan uang sendiri itu dengan 'memalak' jatah bulanan untuk belanja dan foya-foya lainnya.

Gino bukan tipe lelaki pelit, tapi jika kelakuannya sudah terlalu seperti Audrey ya sebal juga. Ya kali, kasih jatah bulanan, istri saja bukan. Jadi, daripada ia sengsara berpacaran dengan Audrey, lebih baik memutuskan gadis itu. Tapi untungnya sebelum putus, ada konflik yang cukup besar antara ia dan Audrey, jadi memudahkan putusnya hubungan mereka.

Nah, karena pengalaman kurang mengenakan itu, Gino jadi pikir-pikir dua kali untuk kembali pacaran. Kalau ditanya apakah Gino trauma? Tidak lah, orang dia move on dari Audrey aja cepet. Dua hari setelah putus, Gino langsung jatuh cinta sama Dua Lipa dan nggak berhenti nonton video klip penyanyi seksi itu selama dua minggu.

"Hey, sendirian aja."

Gino mendongak dan mendapati mantan pacarnya berdiri dengan hotpant dan tanktop yang melekat di tubuh rampingnya. Kemudian gadis itu duduk di sebelah Gino tanpa minta izin. Ya Tuhan, kok bisa aku dulu pacaran sama dia ya, sukanya obral daging gitu. Sesal Gino.

"Bengong mulu," dengkus Audrey.

Gino meneguk sodanya. "Lah, lo juga sendirian. Sesama jomlo mari kita saling menghormati."

Gadis berambut pendek itu tertawa. "Betah banget jomlo, belum bisa move on, ya?"

Aduh percaya diri sekali dirimu ini. Batin Gino. "Kalau gue belum move on, lo seneng?"

"Seneng lah, itu artinya lo beneran cinta sama gue," ujar Audrey.

"Gue emang belum move on Drey, tapi bukan karena cinta, tapi karena kelakuan lo," kata Gino santai.

Audrey mengerutkan alis. "Maksudnya?"

"Masih kepikiran terus, jadi takut kalau punya pacar nanti boros sama suka nuntut kayak lo, gimana?" sindir Gino. Ya, terkadang dia tidak bersikap gentleman, suka sekali membuka luka lama.

Wajah Audrey langsung jatuh. Terlihat marah karena menahan malu. "Mulutnya astaga. Dasar pendendam. Baru tahu gue, lo sukanya ngumbar aib pasangan."

"Bercanda," kekeh Gino. "Lagian sekarang lo masih deket sama banyak cowok, 'kan? Cuma mau kasih tahu aja sih Drey, kalau nanti pacaran, coba pahami kesibukan mereka, pasti lo bakal dapet cowok yang beneran cinta sama lo, terus diseret ke KUA deh."

"Ceramah mulu." Audrey mencebik dan kemudian bangkit. "Ya udah duluan, have fun Gino, jangan lupa cari cewek biar ada yang ngurus."

Gino tertawa sambil memandang kepergian Audrey. Sok-sokan bilang nyuruh cari cewek biar ada yang ngurus, padahal juga waktu pacaran dengan Audrey, mana mau perempuan itu mengurusnya. Gino pun ikut berdiri, bosan juga ternyata hanya duduk melihat orang menari. Ia lalu memutuskan untuk mencari Richard, sekalian cari keringat —baca joget—, tapi pandangannya malah menangkap seorang perempuan dengan jeans dan atasan merah maroon, yang terlihat celingukan tidak jelas. Perempuan itu terus melihat ke arah belakang seperti memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Entah dorongan dari mana, Gino sudah melangkahkan kaki menuju perempuan asing yang menarik perhatiannya itu. Ia berniat untuk menjadikan dia sebagai teman malam minggunya ini. Siapa tahu kali ini, kedatangan Gino ke klub malam memang berfaedah, bisa bawa pulang jodoh kan lumayan.

"Hi, kelihatan panik banget? Bukan teroris yang lagi dikejar densus 88, kan?" tanyanya membuat perempuan itu membulatkan matanya lebar.

***

Kayaknya aku bakal up NSH suka-suka deh. Seminggu bisa dua atau tiga kali😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top