5. Ignore
Siapapun tidak akan pernah mengelak rasa rindu seorang anak pada ayahnya jika lama tak bertemu. Tidak perduli kesalahan apapun yang telah di perbuatnya dulu. Aku tidak berniat mengungkitnya lagi. Karena semuanya terbayar dengan kebahagiaan yang telah kurasakan hingga saat ini.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Ternyata ayah masih sama seperti dulu. Angkuh, Dingin dan tak perduli. Tidak ada kehangatan sedikitpun dari nada yang ia ucapkan. Rasanya saat ini juga aku ingin berlari memeluknya, mengucapkan kata rindu yang selama ini terpendam jauh dalam hatiku. Tapi apa yang ku lakukan?, aku hanya bisa mengangguk patuh dan mengikuti langkahnya dari belakang.
"Kapan kau menyelesaikan studimu?" tanya ayah saat kami sudah berada di dalam ruangan yang mirip seperti perpustakaan, jadi seperti inilah ruang kerja ayahku, pandanganku mengedar ke setiap sudut ruangan. Di samping kanan terdapat rak tinggi berisi buku-buku tebal serta beberapa dokumen-dokument penting. Semuanya tertata rapi di tempatnya masing-masing. Aku duduk di sebuah kursi, berhadapan dengan ayah yang duduk di balik meja kerjanya.
"Sebentar lagi, aku sedang berusaha." jawabku singkat. Entah aku benar-benar bisa menyelesaikannya atau tidak, toh itu bukan urusanku. Lagipula bisnis mengenai perusahaan bukanlah bidangku. Tapi aku sangat yakin bisa mengatasinya.
"Bagus. Jangan membuang-buang waktumu, kau benar-benar kuandalkan, kalau begitu mulai besok kau harus ikut bergabung di perusahaan, ayah sudah menyiapkan posisi yang bagus untukmu, agar kau bisa belajar mulai dari awal."
"Benarkah, jadi tidak perlu menungguku lulus terlebih dahulu?" baguslah, dengan begini aku bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat.
"Tentu saja kau bisa menyelesaikan studimu sekaligus ikut bergabung di perusahaan, ayah tidak ingin membuang-buang waktu lagi, kau tahu sendiri bagaimana kondisi perusahaan saat ini" Aku mengangguk mantap. Kita buktikan bagaimana kemampuan Cho Kyuhyun.
"Mengenai dana yang harus kita dapatkan, bisakah kita menggunakan cara lain, tanpa harus melibatkan putri tuan Shin?" tanyaku hati-hati. Sebenarnya disini aku tidak ingin melibatkan hati siapapun, apalagi dalam urusan bisnis, bagaimana kalau nanti gadis itu sakit hati karena aku mendekatinya hanya demi kerja sama perusahaan. Lagipula Kyuwon juga sudah jelas tidak pernah menginginkannya.
"Tidak ada cara lain kau harus bisa memikat hatinya, lagipula apa yang kau masalahkan! Bukankah selama ini kau tidak pernah terlihat berkencan dengan siapapun?"
"Bukan begitu ayah."
"Sejak kapan kau berani mendebatku Cho Kyuwon, lakukan saja apa yang kuperintahkan, kalau tidak setengah harta kekayaan atas namamu itu akan berpindah pada Minho."
"No, Problem." Jawabku spontan . Astaga! Sekali lagi, kenapa mulut ini sangat sulit ku kontrol, memang benar tidak masalah bagiku. Tapi bagi Kyuwon? Bukankah dia sangat menginginkan itu semua.
"Seminggu di Manhattan membuat otakmu terkontaminasi saudaramu itu." ujar ayah jengah. Nampak tak perduli. Benarkah dia sudah tidak perduli denganku. Melihat kenyataan ini membuatku sedih. Tenyata sosok Cho Kyuhyun telah terlupakan olehnya. Ayah hanya menganggap Cho Kyuwon lah anak kesayangannya.
"Mengapa kau tidak mengajaknya kemari?" mengangkat kepalaku, menatap ayah tidak percaya, apa yang baru saja kudengar? Mengapa nada bicaranya berubah sendu? Aku tertegun sejenak. Mungkinkah ayah merindukanku? Ingin rasanya aku berteriak bahwa yang di hadapannya ini adalah aku, Cho Kyuhyun. Anaknya yang paling tampan dan mapan sendiri.
"Dia sibuk mengurusi perusahaan softwarenya." Tentu saja gadis-gadis ku juga, aku tak bisa membayangkan bagaimana frustasinya mereka menghadapi sikap dingin Kyuwon nanti. Saat kembali kesana aku harus membuat mereka luluh dengan pesonaku lagi. Mungkin kata 'Amnesia' akan menjadi alasanku mengapa aku berubah dingin.
"Anak itu pekerja keras, ayah harap kau bisa sepertinya." Aku hanya mengangguk sekilas. Fakta itu benar, tidak ada yang menyangkal aku ini memang pekerja keras. Tidak heran jika ayah pasti tahu sedikit tentangku yang tinggal disana, pasti Kyuwon sering menceritakannya. Secercah rasa bahagia memenuhi hatiku tatkala ayah memujiku, meskipun tidak secara langsung ditujukan kepadaku. Andai ayah tahu bahwa Cho Kyuhyunlah yang ada di hadapannya saat ini, mungkinkan kalimat demikian yang terucap dari bibirnya?
***
Benarkah aku harus tidur disini malam ini? Membayangkan dia berjalan mendekatiku saja sudah membuatku bergidik ngeri. Tuhan! Selamatkanlah aku dari terkamannya. Tubuhku terasa kaku, sulit untuk digerakkan. Masih tetap diam, berdiri di depan pintu apartemennya. Menguatkan hatiku antara masuk atau kabur saja dari tempat nista ini, lalu bagaimana nanti kalau dia curiga aku tidak pulang malam ini. Bukankah setiap hari Kyuwon memang tinggal di apartemen ini bersamanya. Kalau boleh memilih, lebih baik aku pergi ke klub saja sampai pagi, berkencan dengan gadis -gadis dan mencumbu mereka hingga lemas. Merasa ragu, tanganku gemetar menekan tombol interkom. Setidaknya ia tidak mungkin menggigitku bukan.
Pintu terbuka, dia menyambutku dengan mata berbinar, bersiap menerjang ingin memeluk tubuhku. Tentu saja tidak akan kubiarkan. Gila! Bahkan belum sempat aku masuk, bagaimana kalau ada orang yang melihat kami. Aku berusaha menepis lengannya dan berjalan melewatinya begitu saja.
"Kenapa tidak langsung masuk, aku kira orang lain yang datang. Aku senang kau sudah kembali." Astaga! Dia benar-benar seperti gadis remaja yang sedang merindukan kekasihnya karena lama tak bertemu.
Aku hanya mengendikkan bahu tak perduli seraya menghempaskan tubuhku ke atas sofa yang terletak di ruang tengah. Tidak buruk, meskipun terlihat sederhana. Apartemen ini terasa sangat nyaman dan bersih. Aku kira Sungmin tidak menyukai kebersihan tapi ternyata dugaanku salah.
"Kau pasti sangat lelah, kalau begitu aku akan menyiapkan makan malam untukmu." Cih! Benar-benar calon istri yang baik.
"Tidak perlu aku ingin makan di luar saja, setelah ini aku akan pergi lagi. "Melihatnya ingin memelukku tadi, membuat keyakinanku semakin menguat untuk tidak tidur di tempat ini, saat terjaga saja dia sudah berani macam-macam, apalagi kalau nanti aku sudah tertidur. Jangan-jangan bibir tebalku ini menjadi tipis akibat ulahnya.
Sungmin terlihat kecewa dengan penolakanku. Dan aku tidak peduli, mulai saat ini ia harus terbiasa dengan sikapku. Aku tidak bisa berpura-pura manis di depan pria. Sangat menjijikkan.
"Biasanya kau sangat senang memakan apa yang ku masak, bahkan kau tidak pernah mengajakku makan di luar bersama, karena menurutmu masakanku lebih enak dari siapapun." Tentu saja bodoh! Akan terlihat aneh jika sepasang pria dewasa hanya makan berdua namun terlihat sangat mesra. Aku bersyukur Kyuwon tidak pernah melakukan hal seperti itu di depan umum.
"Kenapa kau terlihat berbeda, apa yang kau lakukan di sana selama seminggu ini?" Tatapannya begitu terluka. Apa aku sudah menyakiti perasaanya. Kenapa dia sensitif sekali. Bukankah pria hanya berfikir dengan logika.
"Aku hanya mengunjungi ibu dan saudaraku." jawabku acuh, mengabaikan tatapannya yang semakin membuatku merasa bersalah. Aku bukan Kyuwon, tidak akan pernah bisa memeluk untuk sekedar untuk menenangkannya.
"Bohong, pasti ada orang lain."
"Terserah apa yang kau pikirkan." Muak? Tentu saja. Baru beberapa menit menghadapinya sudah mmbuatku tidak tahan. Dia tidak mungkin bunuh diri karena sikapku bukan? Aku pergi begitu saja tanpa menolehkan kembali wajahku padanya. Tidak sanggup melihat air mukanya yang terlihat begitu tersakiti. Sepertinya malam ini aku akan tidur dirumah ayah saja. Setidaknya tempat itu membuatku merasa lebih aman.
Chieva
05 Juli 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top