35. Remembered

Haruskah aku menjelaskannya begitu banyak? Sangat sulit aku rasa. Semua yang dia lakukan padaku, rayuannya, bisikan manisnya, kelembutan tubuhnya membuatku benar-benar lupa dengan segala hal, aku yang begitu rapuh saat berada di dekatnya, tidak mampu melawan atau bahkan menolak sedikitpun apa yang dia inginkan.

Seperti saat ini, entah sejak kapan bibir kami sudah menyatu, kelembutan bibirnya menyapu setiap jengkal tubuhku, membuatku sangat sulit meski hanya untuk mengambil nafas, aku terengah-engah akibat segala cumbuan yang dia berikan. Cho Kyuwon pria ini memang sangat pandai menggoda, aku yang pada mulanya bahkan sempat menolak mentah-mentah berbagi kamar dengannya, namun saat ini, kenyataan yang aku dapat justru jatuh ke dalam rengkuhannya, lebih parahnya lagi tubuhku begitu lemas terpenjara di bawah kuasanya.

Bibir dan lidahnya sangat lincah menghisap tubuh atasku yang bahkan sudah sangat mengeras, tegak dan menantang, sesekali dia melarikan tatapannya padaku dengan senyum menawannya, lalu kembali melumat dan menghisapnya kuat seperti bayi yang kehausan. “Kau sangat menggoda Reen-ah!” Mataku terpejam menikmati sentuhan sekaligus bisikan mesranya di samping telingaku. Tanganku tidak tinggal diam, terus bergerak mengacak rambut tebalnya sebagai pelampiasan gairah tertahanku yang sudah tidak sanggup lagi kutahan.

“Apa kau sudah siap?” Haruskah dia bertanya? batinku kesal. Sudah berapa lama dia terus mengerjai setiap jengkal tubuhku, membuatku hampir klimaks hanya dengan mulut dan jarinya, namun apa yang ku dapatkan? Berulang kali dia terus menggodaku, menghentikannya di saat yang tidak tepat, ketika aku akan mencapai kenikmatan itu, dengan tidak tahu dirinya dia justru akan menjauh, seperti saat ini, dengan tiba-tiba dia melepaskan lumatannya pada tubuhku.

Aku menggeram tertahan, dia menyadari ekspresiku berubah menjadi kesal, tapi sialnya justru kekehan geli yang aku dapat darinya. “Pergi dari atas tubuhku sekarang juga.” Aku berusaha mendorong dadanya menjauh dariku, tapi anehnya tubuh itu tetap berada di tempatnya, tidak bergeser sedikitpun.

“Kau marah?” Sial! kenapa dia malah mendorong miliknya memasuki tubuhku. Astaga! bahkan aku nyaris lupa jika kita sudah tidak memakai penghalang apapun, tubuh kami saling menempel.

“Euughh” erangku tanpa sengaja saat miliknya menusukku semakin dalam. Erangan itu mengkhianati kinerja otakku.

Dia tersenyum menggoda, “Aku tahu kau tidak akan menolaknya sayang, kita sama-sama menginginkannya bukan? Tubuhmu tidak akan pernah bisa berbohong.”

Aku tahu, bahkan sangat tahu, saat ini tubuhku memang menginginkannya, tapi aku masih bingung dengan hatiku yang bergolak antara ingin menerima atau menolaknya. Apa yang sudah kami lakukan ini sungguh berada di luar batas, aku tidak ingin menyesalinya lebih dalam. Aku takut! Semua ini benar-benar membuatku takut, belum sempat melayangkan protesku dia kembali bersuara. “Aku harap kau tidak pernah menyesali apa yang telah kita lakukan, izinkan aku memasukimu lebih dalam lagi Reen~ah.”

Tatapan dalam penuh permohonannya membuatku hanya bisa mengangguk pasrah, aku tahu saat ini aku benar-benar sudah jatuh ke dalam jeratnya, aku tidak yakin pada diriku sendiri, mungkinkah aku bisa bangun dari situasi memabukkan ini? Dia telah mendorong miliknya hingga penuh ke dalam tubuhku, terasa hangat dan begitu pass, miliknya berhasil menyentuh titik sensitife terdalam miliku, belum bergerak saja miliknya sudah membuat tubuhku berkedut tidak karuan. Gairah itu bangkit dan menumpuk pada pusat milikku.

“Hanya berdiam seperti ini saja kau membuatku tidak tahan sayang, tubuhmu sangat erat membungkus milikku.” Mataku terpejam merasakan miliknya mulai bergerak menarik dan mendorong semakin dalam, sensasi saat kedua pusat tubuh kami saling bergesekan begitu memabukkan. “Lebih cepat.” ucapku tanpa sadar, kurasakan pipiku memanas seketika saat wajah menawannya berada di atasku.

Dengan senyuman menggoda, bibirnya bergerak menggumamkan sebuah kata yang mampu menggetarkan tubuhku. “Dengan senang hati sayang.” ujarnya di iringi dengan tempo hujaman tubuhnya yang semakin cepat dan dalam menusuk milikku.

Tubuh kami menyatu dalam luapan gairah, dia terus bergerak di dalam tubuhku secara intens, menarik miliknya hingga nyaris terlepas lalu dengan cepat mendorongnya kembali, terus begitu dengan tempo yang semakin lama terasa lebih memabukkan, hentakan tubuhnya membuat tubuhku terguncang, mengakibatkan payudaraku yang terbebas ikut bergerak-gerak seiring dengan gerakan tubuhnya yang menghujamku.

Dia menunduk, menyatukan bibir kami, kali ini lumatannya terasa lebih keras seiring dengan gerakan tubuhnya di bawah sana yang lebih menggila, tangan terampilnya tidak tinggal diam menyentuh payudaraku, ujung telunjuk dan ibu jarinya tidak berhenti menggoda putingku yang telah mengeras akibat ulahnya, aku hanya bisa medesah tak karuan atas segala siksaan yang dia lakukan pada tubuhku.

“Katakan jika kau sudah hampir merasakannya sayang, kita akan meraihnya bersama-sama.”

“Cho……!”

“Kau akan sampai?” Ya Tuhan, kenapa dia terlalu banyak bertanya, bukankah geliatan tubuhku sudah sangat terlihat bahwa aku tidak bisa menahannya lagi.

“Tunggu aku!”

“Aku,,, tidak tahan!” tanpa sanggup menahan lagi, detik itu juga kurasakan kenikmatan itu luruh seketika, melebur keluar menjadi satu bersama dengan miliknya, dia masih bergerak perlahan di dalam milikku, lalu kurasakan juga kehangatan itu memenuhi milikku. Dia telah sampai, aku mendengar erangannya seiring dengan miliknya yang menumpahkan cairan kenikmatannya ke dalam rahimku, hingga tak bersisa, aku menerima semuanya. Sesaat otakku sedikit mencerna, dia mengeluarkan semuanya di dalam, apa yang akan terjadi padaku nantinya?

Kesadaran itu menghantamku seketika, kelopak mataku melebar sempurna seiring dengan tubuhku yang ikut terlunjak bangun, aku terduduk di pinggiran ranjang seraya memijit pelipisku. “Ya Tuhan! bagaimana jika aku hamil?”

“HAMIL!”

“Ibu!” tanpa ku sadari ibuku telah berdiri di depan pintu kamarku. Oh! sejak kapan dia ada di sana?

“Apa ibu tidak salah dengar, kau bilang apa tadi? hamil!”

“Ah! tidak, aku hanya bermimpi aneh saja.” Aku hanya mampu menampilkan cengiran lebar untuk menutupi kepanikanku. Yang benar saja, mimpi aneh bercinta dengan Cho Kyuwon! terasa sangat nyata, bahkan sama persis di saat kami berada di pulau Nami seminggu yang lalu, mimpi itu seperti roll film yang kembali di putar ulang memenuhi otakku, Ya Tuhan! aku bisa gila.

“Ibu baru saja akan membangunkanmu, tapi ternyata kau sudah bangun lebih dulu, cepat bersiap-siap, lihat! sudah jam berapa sekarang?”

Melarikan tatapanku pada jam weker di atas nakas, tepat pukul enam pagi. Aku harus segera bersiap-siap pergi ke kantor. Ibuku sudah menghilang di balik pintu, membuatku sedikit merasa lega. “Untung saja ibu tidak menanyaiku hal yang macam-macam”. Tentu saja saat pergi bersama Kyuwon di pulau Nami kemarin aku mengatakan padanya bahwa malamnya aku menginap di rumah Eunsoo-sahabatku, dan aku bersyukur ibu tidak curiga padaku. sejujurnya aku merasa sangat bersalah telah menghianati kepercayaan ibu, tapi mau bagaimana lagi, aku belum siap jika semua ini di ketahui olehnya, dan semoga saja apa yang aku takutkan tidak pernah terjadi.

Chieva
28 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top