24. Where is he?
Pandangan mata gadis itu mengarah pada jarum jam yang menunjukkan angka lima, di mana terdapat meja kerja kosong tak berpenghuni milik seseorang yang berada tepat di bawah jam dinding di ruangan tersebut, tatapannya nanar sekaligus kosong, seolah ada sesuatu yang telah hilang darinya.
Dua orang berlainan jenis- Ryeowook dan Eun Ji- berada di ruangan yang sama dengan gadis itu, mereka hanya bisa mengerutkan kening bingung, tidak mengerti sama sekali, entah apa yang menjadi penyebab rekan kerjanya itu menjadi banyak diam tak bersuara, tidak seperti biasanya. Gadis itu- Park Hyo Reen, biasanya akan selalu mengomel tidak jelas jika pekerjaannya menumpuk saat dirinya sudah merasa lelah dan ingin pulang, sedangkan saat ini, jarum jam sudah menunjukkan waktu pulang kantor, namun gadis itu justru terlihat sama sekali tidak ingin beranjak dari meja kerjanya, pemandangan membosankan dengan tumpukan beberapa berkas laporan masih memenuhi meja gadis tersebut.
“Apa kau tidak pulang sekarang?” Ryeowook memberanikan diri membuka suara. Pria itu sudah siap menenteng tas kerjanya untuk di bawa pulang, begitu pula dengan Eun Ji yang menyusul di belakangnya. Berjalan menghampiri meja Hyo Reen.
“Sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat, masih banyak berkas yang harus ku urus.” jawab Hyo Reen sedikit tidak acuh, gadis itu terlihat lebih nyaman menyibukkan diri dengan layar PC dan berkas-berkasnya, memandangi dua object tersebut secara bergantian.
“Apa kau akan pulang sendiri? sejak tadi, setelah makan siang aku tidak melihat Kyuwon, kemana perginya pria itu? kenapa tidak berpamitan pada kita?” Giliran Eun Ji yang membuka suaranya, gadis itu berdiri di samping Ryeowook, keduanya menghadap pada meja kerja Hyo Reen, terlihat seperti akan mengintrogasi seorang tersangka.
Hyo Reen yang di lempari berbagai pertanyaan dari dua orang yang berbeda hanya bisa mendesah lelah, pikirannya terlalu penuh, tak berminat sama sekali menjawab pertanyaan yang dia sendiri tidak tau apa jawabannya. “aku tidak tau.” singkat dan jelas, membuat Eun Ji tak mampu melontarkan pertanyaan lainnya pada gadis itu.
“Lebih baik kau pulang bersama kami saja.” ujar Ryeowook menengahi.
“Tidak perlu, lebih baik kalian duluan saja, aku bisa pulang sendiri, itu tidak masalah.” sangat jelas, tidak bisa di bantah lagi, membuat Ryeowook dan Eun Ji mendesah bersamaan. Berbagai macam pertannyaan menghantui pikiran mereka, kemana perginya Kyuwon? kenapa Hyo Reen terlihat berbeda minggu-minggu ini? apa mungkin telah terjadi sesuatu diantara mereka?
Entahlah, itu bukan kuasa mereka untuk bisa mengetahuinya terlalu jauh. “Baiklah kalau begitu kami akan pulang lebih dulu.”
“Sampai jumpa besok Hyo Reen-ah.” Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sekilas, dengan terpaksa Ryewook dan Eunji berjalan meninggalkan meja Hyo Reen, tubuh keduanya menghilang dibalik pintu dengan puluhan pertanyaan yang menggantung di kepala mereka.
Akibat pertanyaan dari Eun Ji, membuat Hyo Reen teringat kembali bayangan pria itu- nama Cho Kyuwon kini sering menghantui pikirannya beberapa hari ini, entah karena alasan apa, gadis itu sendiri tidak tau. Hyo Reen masih dapat melihat dengan jelas , sepertinya bayangan itu akan terus terekam dalam pandangannya, yang terlihat begitu jelas adalah ketika pria itu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkannya membuat hatinya teremas perih, merasa dikhianati.
Belum genap satu bulan, hanya dalam hitungan minggu, pria yang kemarin selalu mengejarnya, selalu memaksanya, selalu memperhatikannya, kini hilang begitu saja, seperti tertelan bumi. Apa mungkin karena sudah mendapatkan yang dia inginkan, jadi pria itu sudah merasa bosan? Atau mungkin alasan lain karena Hyo Reen selalu memberikan penolakannya dan membuat pria itu lelah, secepat itukah dia menyerah?
Ya Tuhan! Hyo Reen semakin tidak mengerti dengan fikiran konyol yang terus mengahantuinya, haruskah dia merasa seperti ini? Bukankah itu sama saja, dia hanya membuang-buang tenaga? Bukankah sudah jelas bahwa pria itu tidak akan pernah menginginkannya. Dia hanya butuh pelampiasan untuk menyembuhkan kelainan yang dimilikinya, sungguh ironis.
Namun tetap saja, gadis itu juga memiliki seribu pertannyaan yang menggantung di dalam otaknya, mengapa pria itu tidak kembali ke kantor setelah makan siang tadi? Apa karena dia menolak ajakannya lagi, lalu dia marah? Ya Tuhan! pergi kemana dia sebenarnya?
***
“Ini bukan jalan menuju ke rumahku, kau ingin menculikku kemana lagi? hah!” Young Ra memukuli lengan Kyuhyun, berulang kali, membuat konsentrasi pria itu menjadi pecah. Gadis kesal karena sejak tadi Kyuhyun selalu melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, sama sekali tidak mengacuhkan keinginan Young Ra.
“Hentikan bodoh! Aku sedang menyetir, kau ingin kita mati bersama?” Seketika itu juga Young Ra menghentikan pukulannya di lengan Kyuhyun, gadis itu sadar apa yang dia lakukan bisa membahayakan keselamatan mereka, perlahan menarik kembali tangannya lalu melipatnya di depan dada. “Aku rasa tanganmu itu terbuat dari beton, kenapa sangat keras sekali, hampir saja kau akan membuat lenganku patah.” Kyuhyun mengusap lengannya dengan gaya mendramatisir, terlihat sengaja di buat-buat, membuat Young Ra muak, seperti ingin mengeluarkan semua makanan yang telah masuk ke dalam mulutnya tadi.
“Sialaan! kau.” umpat Young Ra tidak terima dengan pernyataan Kyuhyun, mencebikkan bibirnya kesal, dalam hati Young Ra menyumpah serapahi pria itu dengan kata-kata yang sedikit mengerikan. Apa! bodoh kau bilang? kata itu lebih pantas untukmu, dasar tengik, enyahlah ke neraka!
“Kita akan mampir sebentar ke kantor, ada berkas laporan yang ingin kuambil, aku harus menyelesaikannya malam ini juga, kalau tidak reputasiku di kantor akan terlihat buruk”
“Itu bukan urusanku, pulangkan aku lebih dulu.” jawab Young Ra tidak acuh, melemparkan pandangannya keluar jendela.
“Tidak! Kau juga harus bertangganggung jawab atas kelalaian kerjaku, karena kaulah alasan utama aku membolos hari ini, kita ke kantor dulu, baru aku akan mengantarmu pulang. tidak ada bantahan!”
Young Ra yang tidak perduli, tetap mengabaikan perkataan Kyuhyun. “Itu salahmu sendiri, aku tidak pernah menginginkanmu datang ke rumah .”
“Sudahlah jangan banyak bicara, sebentar lagi kita akan sampai.” Kyuhyun melirik jam digital yang menempel pada dashbor mobil, tepat pukul enam sore, jam pulang kantor sudah lewat, mungkin hanya akan ada beberapa orang saja di sana nanti , pikir Kyuhyun dalam hati.
Chieva
23 Januari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top