17. Big Mistake
Dedek gemes dibawah umur dilarang mendekat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bercintalah denganku malam ini. Hanya kalimat itulah yang berhasil lolos dari bibirku sebelum kembali menempel pada bibir manisnya. Aku tidak ingin membuang begitu saja kesempatan emas ini. Rasa bibirnya begitu memabukkan seperti wine dengan cita rasa tinggi. Sangat sulit untuk mengendalikan ketergantunganku atas apa yang kuinginkan saat ini. Aku benar-benar terlena dengan semua yang ada pada dirinya.
Bibirku masih bermain ditempat yang sama, sesekali turun pada leher mulusnya hanya untuk memberi kesempatan oksigen, agar bisa lolos memasuki saluran pernapasannya.
Jemariku dengan lihai menari – nari di atas gundukan kenyal miliknya. Benda ini terasa begitu pas dalam genggamanku. Aku merasakan tubuh Hyo Reen yang berada di bawah kuasaku semakin menggeliat berusaha menghindar. Tatapan kedua matanya sayu dengan bibir sedikit terbuka. Sangat sexy, aku nyaris tak mampu berkedip hanya karena tidak ingin melewatkan ekspresi menggairahkan miliknya ini.
Hyo Reen mendesis tertahan, berusaha meredam erangan merdu dari sela bibirnya. Hal itu semakin membuatku bersemangat untuk melakukan lebih.
Membuka satu persatu kancing piamanya secara perlahan. Sedangkan bibirku kembali bermain pada ceruk lehernya, mengecup dan menghisap secara bergantian, entah sudah berapa macam tanda yang telah aku buat disana.
Tiba-tiba, kurasakan sebuah genggaman menghentikan kegiatan jemariku, aku menatapnya, mata kami saling bertemu. Ya Tuhan! entah mengapa mata coklat itu semakin terlihat indah, pandangannya begitu dalam, namun sayang sekali aku tidak menemukan satupun maksud dari tatapan yang dia berikan padaku.
Perasaan takut melandaku. Bagaimana jika dia ingin berhenti? Bagaimana jika ini semua harus berakhir sampai disini saja? Memutar otakku keras, berusaha berpikir. Bagaimanapun juga hal ini tidak boleh terhenti atau aku akan gila menahannya. Persetan! Aku hanya butuh pelampiasan saat ini.
“Sebenarnya aku benci mengakuinya, tapi kumohon bantulah aku agar bisa keluar dari semua ini.” Berbohong demi kebaikan, kata klise yang kugunakan sebenarnya sangat tidak masuk akal, tapi aku berharap dia mau menerima dan membantuku. Dengan kata lain membantu mengeluarkan sedikit saja cairan sperma yang sudah menumpuk dalam testisku, nyaris membuat kepalaku pening, dan aku bisa gila jika tidak berhasil mengeluarkannya. Terhitung sudah beberapa minggu ini aku belum pernah bercinta dengan wanita manapun. Dan itu membuatku frustasi. Sangat berbeda saat aku berada di Manhattan, setiap malam selalu saja ada wanita yang rela melemparkan tubuhnya padaku.
"Jadi…. kau memang benar-benar….?” Sorot matanya penuh tanda tanya. Dia menangkap maksud lain dari ucapanku, dan tentu saja aku tidak akan mengatakan alasan berengsekku yang sesungguhnya.
Sebelum dia melanjutkan kalimatnya aku sudah mengagguk terlebih dahulu. Dengan terpaksa aku harus mengakui bahwa diriku memang gay meskipun kenyataannya tidak sama sekali, ingat Cho Kyuhyun adalah pria normal!
Dengan alibi ingin sembuh dari gay aku berharap dia mau membantu dengan cara seperti saat ini.
Ck! Sungguh ironi, hanya demi kepuasan sesaat aku bahkan memanfaatkan kekurangan Kyuwon. Sungguh menggelikan.
“Kumohon bercintalah denganku, hanya dengan cara itu aku bisa perlahan-lahan menghilangkan kelainan orientasi seksualku.”
“Ini salah Cho. Jika memang ingin sembuh, kau bisa melakukannya dengan wanita lain. Sesukamu. Tapi tidak denganku!" tekannya lagi. Oh Shit! Ini lebih sulit dari yang kubayangkan, bagaimana lagi aku harus membujuknya?
"Aku sudah memiliki kekasih, aku tidak bisa mengkhianatinya, maaf.” Telapak tangannya berusaha mendorong dadaku. Tapi aku masih tetap bergeming, memenjara tubuhnya di bawah kuasaku. Lenganku semakin protektif melingkupi tubuhnya.
“Kau tidak akan mengkhianati siapapun. Lagipula tidak ada perasaan apapun diantara kita. Kumohon bantulah aku, karena hanya kaulah yang kuinginkan malam ini.” Mengecup keningnya perlahan, aku mendapati mata coklatnya semakin terlihat sayu sekaligus berkabut oleh gairah. Aku tahu. Bukan hanya aku disini yang sedang tersiksa.
Hyo Reen masih terdiam tidak membalas ucapanku, namun perlawanannya padaku sedikit mengendur. Aku mengambil sendiri kesimpulan bahwa kali ini dia tidak akan menolakku. Tanpa menunggu persetujuannya, menempelkan kembali bibirku pada bibirnya yang terlihat semakin menggoda. Dan lihat apa yang terjadi? Kali ini dia membalas ciumanku. Double sialan! Pusat inti kami tanpa sengaja saling bergesekan masih dengan penghalang yang melekat di tubuh kami.
Aku dapat merasakan milik Hyo Reen begitu panas di bawah tubuhku. Baiklah! Malam ini Park Hyo Reen akan menjadi milik Cho Kyuhyun. Membenamkan wajahku di cerukan lehernya. Bibirku menyeringai tipis tanpa di sadari olehnya.
***
Cukup! Mendengar protes kalian. Kuakui memang aku pria paling berengsek yang tak tau malu, tapi yakinlah aku masih memiliki hati, entah dengan siapa hati ini nanti akan berlabuh aku sendiri tidak tau, itulah rahasiaku. Masih ada satu hal lagi yang lebih menarik tentunya. Apakah harus mengakui bahwa aku ini juga pandai menelanjangi wanita? Oh! Tentu saja hal demikian tidak layak untuk dibanggakan bukan? Tapi aku sangat mensyukuri keahlianku yang satu ini, dengan begitu aku bisa membawa wanita manapun yang kusukai agar bersedia merebahkan tubuhnya dia atas ranjang bersamaku, seperti saat ini.
Tubuhnya terlihat begitu indah dari atas sini, puncak dadanya berwarna merah kecoklatan semakin mencuat akibat rangsangan gairah. Aku berusaha menarik penutup terakhir yang melekat pada tubuhnya, celana dalam berenda ini begitu indah membungkus miliknya, tapi sama sekali tidak berguna saat aku ingin melihat lebih jelas apa yang tersembunyi di dalamnya.
Terdengar suara robekan. Aku merobeknya hingga terlepas sepenuhnya. Detik itu juga aku mendapati bibir gelap nan basah yang terpampang indah di depan mataku. Shit! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk merasakan bagaimana sensasi berada di dalamnya.
Menanggalkan semua kain yang melekat pada tubuhku hanya dalam hitungan detik. Lihat saja, kini aku kembali menindihnya, tubuh kami saling menempal tanpa terhalang apapun, mata hitamku bertemu dengan mata coklatnya. Kedua lenganya melingkar di leherku, menarik kepalaku semakin ke bawah membuat bibirku berakhir di atas bibirnya. Sepertinya Hyo Reen sudah sepenuhnya diselimuti oleh gairah hingga mengesampingkan egonya. Dia mengikuti setiap permainkan yang kulakukan. Kami saling melumat, merasakan kenikmatan masing-masing, tubuh bagian bawahnya tidak berhenti bergerak menggesek milikku yang semakin membesar dan tidak tertolong lagi.
Mulutku berhenti di samping telinganya, membisikkan namanya bagaikan mantra. “Hyo Reen-ah.”
Milikku bergerak perlahan, menyeruak diantara pusat tubuhnya. Berusaha mencari jalan masuk agar dapat tenggelam lebih dalam di kenikmatan miliknya.
Ya Tuhan! ini sungguh nikmat, padahal milikku belum masuk sepenuhnya. Rasa ini sungguh berbeda, dan baru pertama kali ini aku merasakannya. Park Hyo Reen benar-benar membuatku gila, jika seperti ini rasanya aku tidak yakin untuk tidak melakukannya lagi. Tubuhnya terasa bagaikan candu, dan sepertinya aku akan selalu ingin merasakannya lagi dan lagi.
Menopang tubuhku dengan kedua tangan agar tidak terlalu menindihnya, dalam sekali dorongan, milikku sudah meluncur dengan mulus memasuki tubuhnya. Aku tidak yakin bisa bertahan lebih lama lagi, sangat mustahil bisa melakukannya sementara aku sudah menahannya terlalu lama.
Menumpukan lututku di kedua sisi tubuhnya, dan mulai mendorong kebawah lalu menusuk dirinya semakin dalam, pinggulnya ikut terdorong kebawah dengan keras. Ini benar-benar sungguh nikmat, milliknya begitu hangat dan basah, aku sangat menyukainya, sepertinya aku tidak akan pernah rela jika hal ini cepat berakhir.
Aku terus bergerak, memainkan tempo tidak teratur yang justru membuat kami merasakan kenikamatan lebih, miliknya begitu kuat membungkus tubuhku, rasanya sangat memabukkan sekaligus membuatku melayang, seperti efek heroin yang dapat mengakibatkan candu bagi tubuh.
Merasa tidak rela setiap kali aku menarik milikku hingga nyaris keluar dan pada akhirnya tidak sampai sedetik aku langsung membenamkannya kembali ke dalam tubuhnya, lebih dalam dan semakin dalam lagi. Aku ingin merasakan bagaimana sensasi saat milikku dapat menyentuh leher rahimnya dan menyentuh titik rangsangnya, pasti sangat menakjubkan. Sesekali lidahku bermain mengeksplorasi bibirnya lalu turun pada leher dan berakhir lebih lama menikmati puncak dadanya yang terlihat sangat menggoda.
Dia menggeliat, lalu melemparkan kepalanya kesamping, jemarinya mencengkeram erat kedua lenganku, aku tau sebentar lagi dia akan meraasakan kenikmatan itu.
"Choo...” Suaranya bergetar, dan itu semakin membuat gairahku mengumpul di ubun-ubun.
"Luapkanlah sayang, kau tidak harus menahnnya.” Semakin bersemangat, aku menambah tempo dalam menarik dan mendorong milikku memasuki tubuhnya.
“K...kyu…” dia meneriakkan namaku, tanda bahwa tidak lama lagi dia akan orgasme, dan lagi harus kuakui bahwa aku sangat menyukai panggilannya untukku. Meskipun yang dia maksud sebenarnya adalah Kyu...won.
Akibat rangsangan orgasme, miliknya pun semakin erat mencengkeram di sekeliling kejantannaku, tubuhnya mengejan. Jemarinya semakin kuat mencengkeran lenganku, akupun semakin memberdalam hujamanku ke dalam tubuhnya dan segera ingin menyusul, ikut meraskan kenikmatan itu.
Sial, sepertinya aku benar-benar akan keluar. “Hyo Reen-ah…. “ semakin mendorong miliku kebawah, dan klimaks itupun mengahampiriku. Cairan kenikamatan itu menyembur dari dalam tubuhku dengan kerasnya, luruh tak bersisa dan semuanya habis tertelan memasuki tubuh hangatnya.
Tubuhku terasa lemas, kepalaku terkulai di dadanya, napasku memburu begitupun dengannya. Detak jantung kami saling berpacu, begitu cepat seolah kami baru saja melakukan lari marathor berjarak ratusan kilometer.
“Ini begitu indah…. “ lirihku disela napasku yang masih tak beraturan, begitu pula dengannya. Dadanya naik turun seiring dengan tarikan nafasnya. Aku tak mendengar satupun suara yang meluncur dari bibirnya, tapi kurasakan telapak tangan halusnya membelai punggungku. Oh Tuhan! ini terasa lebih menengkan dibandingkan apapun.
Kurasakan napas kami perlahan-lahan mulai kembali normal, aku mengangkat kepalaku, menatap kembali mata coklatnya, dan aku mendapati senyum indah terkembang di kedua sudut bibirnya, tidakkah ada yang lebih indah dari apa yang kulihat saat ini?
"Terima kasih” Aku menunduk dan kembali mengecup bibirnya namun hanya sekilas, aku tidak ingin mengambil resiko yang membuatku ingin menyerangnya lagi.
Malam yang tak akan pernah kulupakan.
Bolehkah aku berharap jika ini merupakan awal dari semuanya?
Chieva
6 Desember 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top