16. Seduction

Rasanya ingin sekali Kyuhyun melompat-lompat senang, bahagia yang ia rasakan kini sangat berbeda dengan saat ia memenangakan semua level di dalam game terbarunya lalu mendapatkan tropy emas yang hanya bisa dlihat tanpa tanpa bisa menyentuhnya. Sedangkan kini ia sedang berada di ranjang yang sama dengan wanita yang sangat ia inginkan, saling berbagi selimut. Kyuhyun bisa merasakan hawa panas yang memancar dari tubuh Hyo Reen. Kyuhyun tidak berhenti menatap wajah Hyo Reen meskipun gadis itu telah memejamkan matanya sejak beberapa menit yang lalu. Jika ia ingin kedua tangannya tentu bisa menyentuh Hyo Reen kapan saja. Namun ia masih bisa menahannya untuk saat ini.

“Sampai kapan kau akan menatapku terus tuan Cho.” Kyuhyun sadar suara itu kembali terdengar sinis, sangat berbeda dengan beberapa saat lalu.

Kyuhyun sedikit terperanjat. “Kau belum tidur?”

“Aku tidak bisa tidur.”

“Tidurlah, ini sudah hampir jam dua pagi.” Kyuhyun malah mendapati Hyo Reen membuka kelopak matanya.

“Maaf.”

“Untuk?”

“Saat itu, sepertinya aku telah membuat kesalahan, kekasihmu pasti cemburu karena aku.” Kyuhyun semakin tidak mengerti dengan maksud Hyo Reen.

“Pria itu, saat kita akan pulang kantor.”

Penjelasan singkat itu membuat Kyuhyun memutar otaknya kembali pada kejadian saat Sungmin memergokinya akan pulang bersama Hyo Reen. Kini ia mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Dan apa tadi ia tidak salah dengar? Hyo Reen menyebut Sungmin kekasihnya? Catat wanita itu mengira Sungmin kekasihnya. Itu berarti Hyo Reen tau bahwa selama ini Kyuwon Gay, Ya Tuhan! ini tidak bisa di biarkan. Kyuhyun membulatkan matanya sempurna. Tentu saja ia tidak terima ada orang lain yang mengetahui kelainan Kyuwon.

“Tidak usah ditutupi lagi dariku, kau tenang saja rahasiamu aman bersamaku.” Hyo Reen membalikkan tubuhnya, memunggungi Kyuhyun yang saat ini masih mematung akibat perkataan gadis itu barusan.

Kyuhyun membalikkan tubuh Hyo Reen secara tiba-tiba. Ia harus membuktikan, bahwa apa yang ada dipikiran gadis itu sama sekali tidak benar. Meskipun Kyuwon memang Gay, namun tak sepantasnya orang luar benar - benar mempercayai hal tersebut.

***

"Apa kau benar - benar percaya dengan gosip murahan itu?" kutatap lekat kedua bola mata hitamnya. Dapat kudengar suara detak jantung Hyo Reen yang menggila akibat ulah spontanku yang tiba-tiba membalikkan tubuhnya agar menghadap padaku.

Bahkan posisi kami saat ini lebih intim lagi. Aku berada di atas tubuhnya, mengunci kedua pergelangan tangannya. Membuat tubuh Hyo Reen tak mampu bergerak di bawah kuasaku. Bibir merahnya sedikit terbuka, sangat mengundang untuk segera dicium.

"Le... pass!"

"Tidak! Sebelum kau menjawab pertanyaanku."

"Aku hanya mengatakan apa yang kuketahui dari orang luar." Mendengar jawabannya, sudut bibirku tertarik ke atas membentuk sebuah seringai.

"Le...pas...kan a..ku Cho!" Hyo Reen berusaha menggeliatkan tubuhnya, berusaha keras agar aku mau merenggangkan sedikit cengkramanku. Tentu saja hal itu tidak akan mudah. Gadis ini berani membangunkan singa yang sedang tidur.

"Kau harus tahu fakta ini dulu." Dengan cepat aku membungkam bibir Hyo Reen dengan bibirku. Melumatnya tanpa ampun.

Entah sudah berapa kali aku berciuman dengan wanita, kalian tidak akan pernah habis menghitungnya sendiri, karena akupun tidak pernah mengingatnya dengan baik. Tapi ciuman ini berbeda, rasanya sangat berbeda dengan ciuman-ciumanku yang lainnya. Dan aku bersumpah tidak akan pernah melupakannya.

Awalnya ia menolak. Hyo Reen berusaha mendorong dadaku agar menjauh darinya. Tapi tentu saja aku tak mengindahkannya. Aku terus saja melancarkan aksiku melumat bibirnya.

Ya Tuhan! aku tidak tau bagaimana cara menggambarkan rasa bibirnya yang begitu memabukkan, andai saja aku pernah menghirup sebuah kokain, mungkin seperti itulah rasa ketergantunganku pada bibirnya. Aku tidak akan melepasnya begitu saja, tidak! sebelum aku merasa puas, entah sampai kapan aku sendiri tidak tahu.

Bibirku masih terus bermain di atas bibirnya, terus menghisap bagian atas dan bawah secara bergantian. Bibirnya terasa sangat manis, membuatku enggan melepasnya.

Entah karena dorongan apa, akhirnya gadis ini mulai membalas pagutanku. Lidahnya terasa sangat lembut membelai rongga mulutku. Sialan! Aku tidak akan pernah bisa berhenti jika seperti ini. Jemariku pergi kemana-mana, pipinya, lehernya, rambutnya hingga berakhir pada pantat bulatnya yang terasa kenyal, sangat sayang untuk dilewatkan.

Aku sadar kami berdua sama-sama masih ingin hidup dan membutuhkan udara, melepas pagutan, bibirku beralih pada leher jenjangnya. Aku tidak perduli jika saat ini terlihat seperti pria rakus yang tidak pernah merasakan tubuh wanita, biar saja kenyataannya memang seperti itu dan wanita itu adalah Park Hyo Reen. Aku menjilat, menghisap, bahkan menginggit setiap jengkal kulit yang bisa kusentuh dengan bibirku.

Aroma tubuhnya membuatku semakin terlena dan lebih menginginkannya lagi. Sial! Suaranya serak dan sexy, seolah ingin mengundangku untuk melakukan lebih jauh.

Lihat! Tangannya juga tidak tinggal diam, jemarinya mencengkeram punggungku, menggoreskan kuku-kuku panjangnya disana, ingin mengekspresikan apa yang ia rasakan saat ini. Membuatku semakin terbakar oleh gairah. Darahku seolah mendidih ingin meledak detik ini juga. Pelepasan itu ingin segera kudapatkan sekarang.

“Cho, ini salah! Apa yang kita lakukan?”

“Aku ingin membuktikan bahwa persepsimulah yang salah terhadapku.”

Aku kembali meraup bibirnya, menerobos masuk dengan lidahku. Seperti aku memasukinya dengan kejantananku. Seluruh aliran darah mengumpul pada titik pusatku, membuatnya semakin keras, dan tidak bisa diselamatkan lagi kecuali bersama Hyo Reen.

Suara hujan di luar sana masih mengiringi decapan lidah kami.

“Kau tahu, inilah impian yang memenuhi otakku beberapa minggu terakhir ini, Ya Tuhan! Park Hyo Reen kau membuatku gila hanya karena melihatmu.” Rasanya aneh, seharusnya tidak sebesar ini, wanita manapun tidak ada yang mampu membuatku nyaris frustasi karena menginginkannya, sangat berbeda dengan Hyo Reen.

Tanganku tidak tinggal diam, sibuk menikmati gundukan kenyal di depanku, begitu pula dengannya. Aku mendesis tertahan saat jemari Hyo Reen tanpa sengaja bergesekan dengan kejantananku yang masih terbungkus rapat oleh piyama sialan ini.

“Cho, aku mencintai Siwon, aku tidak bisa melakukan ini.” Kedua tangannya berada di dadaku, berusaha mendorong sekuat tenaga, namun tentu saja tak berpengaruh banyak pada pergerakanku. Hyo Reen memalingkan wajahnya saat aku hendak menciumnya lagi.

Namun tekadku yang sudah bulat malam ini sama sekali tidak menyurutkan keinginanku. Bahkan pengakuannya barusan tidak mempengaruhiku sama sekali, malah semakin membuatku bersemangat. Sedangkan ia masih terus berusaha mendorong tubuhku.

“Itu tidak penting bagiku, silakan cintai Siwon, Tapi bercintalah denganku malam ini.”

Chieva
29 November 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top