2nd

Kedua

Bintang ... bintang di langit
Menyimpan sejuta misteri

Suara indah nan lembut, menyanyikan lirih sebuah lagu pengantar tidur untuk sang buah hati. Suaranya menggelitik ke dalam hati, memberikan kenyamanan dan rasa tenang bagi seseorang yang mendengar nyanyiannya.

Berkedip-kedip bermain mata.
Seolah mengajak kita berkenalan lebih dekat.

Tangan rapuhnya mengelus lembut rambut sesosok mungil yang berada dalam dekapan, sembari berharap suhu badan putri kecilnya menurun. walaupun sebenarnya, tubuhnya pun sekarang sedang tak baik-baik saja.

Bola mata bergerak cepat dengan dahi mengerut dari sang putri, membuat tangan kurusnya bergegas menepuk lembut pinggul kecil itu sambil berdesis, "Ssst ... Ssst ...Ssst. Mama di sini, Aya Sayang."'

Usahanya tak membuahkan hasil, karena setelahnya suara terkejut terlontar dari bibir putrinya bersamaan dengan matanya yang membuka dan deru panas cepat.

"Aaakkhhh!" Gadis kecil itu meringis memegangi kepalanya.

"Aya sayang ... kenapa kepalamu? Masih pusing?"

Si gadis kecil tersentak saat suara lembut menyentuh pendengarannya. Sumber suara itu adalah suara yang ia rindukan bertahun-tahun lamanya. Dan kini, tak hanya suara yang ia dengar, tapi raganya pun dapat ia sentuh.

"Mah? Mama...." Tangan gadis kecil itu terangkat meraba wajah wanita cantik di hadapannya.

Maharani Soetedja masih hidup! Mamanya!

Mata Starla berkaca-kaca, menganak hingga kemudian tak terbendung lagi.

"Mamaa!" Starla memekik lalu memeluk erat sosok yang kini ikut mendekapnya.

Seperti dulu.

"Iyaaa, ini Mama Sayang! Mamanya Starla yang cantik dan Kakak Skylar yang tampan. Kamu mimpi buruk, Aya?"

Isakan tangis Starla makin kencang mendengar panggilan kesayangan itu disebutkan, pelukannya makin mengerat hingga membuat Maharani meringis sejenak. Ia tak tahu apakah ini nyata atau hanya mimpi, yang pasti, pelukan ibunya itulah yang ia butuhkan saat ini.

"Aya kangen Mamaaa ... Aya mau ikut Mamaa!" Starla merengek, persis seperti masa kecilnya dulu saat menginginkan sesuatu. "Aya capek sama semuanya. Aya benciii!"

"Ehh, emangnya Mama mau ke mana? Ini masih malam, loh, Mama nggak akan ke mana-mana. Kamu ngigau, nih."

Wanita itu masih mengelus rambut panjang putrinya yang tiba-tiba bertingkah aneh dan kemungkinan efek karena mimpi yang barusan dialami. Bisa jadi karena demam tinggi yang dialami putrinya beberapa hari ini membuatnya mengigau.

Starla mengangkat kepala dari dekapan dada sang ibu lalu menatap mata yang selalu penuh dengan cinta. "Aya mau ikut ke sulga aja sama Mama."

Jawaban Starla sontak membuat mata cantik itu terbelalak. Membuat sesak yang dia rasa sejak beberapa hari terakhir, terasa makin menyakitkan. Sebuah tarikan napas panjang tercipta lalu diembuskannya perlahan. Sakit yang dia derita beberapa tahun belakangan, bukanlah hal baru bagi Starla dan penghuni di rumahnya. Gadis kecilnya itu sangatlah perhatian. Namun, dia tak menyangka gadis sekecil itu memberikan jawaban yang begitu pahit terdengar di telinganya.

Ada apa dengan gadis kecilnya?

"Aya mau cerita sama Mama tentang mimpinya?"

Starla terdiam. Ingatan terakhir yang mungkin itu adalah mimpi, adalah saat melihat cahaya menyilaukan dan suara klakson kendaraan bersahutan panjang hingga membuat telinganya berdenging. Disusul sesuatu yang menabrak begitu saja tubuhnya, melayang lalu terempas ke aspal keras. Starla meringis mengingat itu. Masih terasa sejenak sensasi nyeri tak terkira pada kepala dan punggungnya, sebelum kemudian ia menutup mata dan terbangun di tempat ini.

Rumah masa kecilnya.

"Aya, kok bengong? Masih ngantuk?"

"Hidup Aya tanpa Mama di sini adalah kekacauan."

Maharani makin tersentak, suhu tubuhnya kini terasa naik lagi, jemarinya bergetar saat ia kembali menarik sang putri ke dalam pelukannya.

"Aya, dengarkan Mama. Hidup dan mati seseorang sudah digariskan sejak ruhnya ditiupkan. Takdir yang menyertai seperti jodoh pun sudah ditetapkan. Namun, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk manusia mengubah nasib melalui doa dan berusaha sekuat mungkin. Ingat satu hal, cintai diri sendiri adalah hal pertama yang harus Lala lakukan sebelum mencintai dan mempercayai orang lain. Karena terkadang, orang yang menyakiti kita adalah orang terdekat. Jadilah anak manis Mama yang kuat dan tegar, ya, Sayang. Kamu harus terus bersinar walau di sekelilingmu hanya ada kegelapan."

Mata Maharani menerawang saat memberikan nasihat itu. Pesan yang entah apakah akan dimengerti oleh anak berumur 5 tahun. Dia hanya bisa berdoa dalam hati, agar masa depan sang putri ke depannya akan dipenuhi kebahagiaan dan penuh limpahan kasih sayang.

***

Starla duduk termangu di sisi ranjang, memandangi bayangan dirinya yang terpantul melalui cermin besar di dinding. Mata gadis itu membengkak, bahkan terasa perih dan panas karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya masih terasa lemas, tapi itu lebih baik daripada sakit tak terkira yang ia rasakan sesaat sebelum ia membuka matanya.

"Kenapa aku harus kembali ke tubuh ini di saat sepelti ini?" gumamnya.

Apa gunanya ia kembali ke masa lalu, 15 tahun lalu, jika ternyata tetap tak mampu menghalangi kematian ibunya? Seseorang yang begitu peduli padanya-bahkan mungkin satu-satunya orang yang peduli-kini meninggalkan dirinya seorang diri di dunia.

"Untuk apa aku hidup lagi?" Pertanyaan itu terlontar tanpa ada yang menjawab.

Semalam, ia terlalu gembira melihat sosok yang ia rindukan ada di hadapannya. Walaupun ia bingung manakah yang nyata, antara kecelakaan yang dialami ataukah dekapan ibunya, ia memilih menikmati kembali hangat dekap ibunya. Terlelap kembali dalam pelukan surganya. Rupanya, sang ibu pun kembali ke surga.

Ingatan masa kecilnya dulu, hanya teringat bahwa ibunya meninggal dalam tidur. Saat menjaga dirinya yang sedang sakit. Ia tidak peka bahwa semalam adalah waktu terakhir ibunya di dunia.

Keheningan itu terhenti saat ada seseorang mengetuk pintu lalu membukanya.

"Non Aya, mau ikut antar Mama ke kuburan?" Seorang pelayan tua dengan mata memerah datang mendekat lalu duduk bersimpuh di dekat majikan kecilnya. "Kita antar Mama ke peristirahatan terakhirnya ya, Non," bujuknya lagi.

Gadis kecil itu menoleh, memindai wajah pelayan kesayangan ibunya. Ahh, dia adalah orang kedua yang menyayanginya di rumah ini. Sayang, kesehatannya akan memburuk setelah ini dan akan meninggal setahun kemudian. Dia adalah orang kedua yang ia sayangi dan akan meninggalkannya di masa depan. Membuatnya semakin kesepian di rumah besar ini.

"Mbok Jum ikut, kan?" tanyanya yang kemudian diangguki oleh wanita tua itu. Gadis kecil yang dipanggil Aya itu pun mengangguk lemah.

***

Gadis berusia lima tahun, berdiri tegak dengan tatapan mengarah kepada jenasah yang sedang diturunkan ke liang lahat. Air matanya mengalir tanpa henti, tapi tak terdengar suara isakan di sana. Ia menangisi nasibnya, menangisi kisah cintanya, menangisi orang-orang tercinta yang perlahan meninggalkannya satu demi satu.

Kenapa dia harus mengulangi hidup yang sama untuk yang kedua kali?

Hidup yang tidak ingin ia ulangi lagi karena banyak kepahitan di dalamnya. Dia sendirian.

Pandangan matanya yang mengabur karena air mata, berpindah ke sosok ayah dan kakak lelakinya. Raut wajah mereka tampak berbeda dari ingatannya sebelumnya. Tentu saja, wajah dewasa mereka yang dingin, lebih terasa familiar dibandingkan raut wajah kehilangan yang mereka tampilkan saat ini. Matanya berserobok dengan mata anak laki-laki berbaju hitam yang berdiri di sebelah Skylar. Starla bukannya tak tahu kalau anak itu memperhatikannya sejak tadi, tapi ia menghindar. Menggengam erat tangan pengasuhnya dan meminta Mbok Jum untuk menggendong dirinya.

Salahkan kaki-kaki pendeknya yang sekarang karena tidak bisa lari sekencang Starla dewasa.

Mata Starla mengedar kembali dan kemudian ia berjalan menuju sosok yang ia cari. Cukup sulit berjalan di tengah kerumunan dengan tubuh kecilnya yang sekarang. Ia mengusap air matanya, mengabaikan panggilan pengasuhnya dan terus berjalan menuju lelaki itu. Saat tiba di sosok yang ia tuju, ia meraih tangan keriput itu dan menggenggamnya. Wajahnya mendongak dan melihat raut terkejut Surya Suryanata. Kakeknya. Ayah dari ibunya.

"Kakek, Aya mau ikut pulang, ya."

Di kehidupan ini, ia ingin lepas dari keluarganya dan semua sosok yang telah melukainya di kehidupan sebelumnya. Apa pun akan ia lakukan. Termasuk memilih seseorang yang jarang berinteraksi dengannya. Setidaknya, ia punya tempat untuk melarikan diri untuk sementara waktu.

***
*Author Note:*

Yaps, akhirnya cerita ini kuputuskan untuk dikembangkan.

Udah lama sih sebenernya pengen nulis cerita kayak isekai, time travel, dan reverse time gitu. Demen fantasi sebenernya akutuh.

Fantasi dulu pernah nulis yang I Am Not Me, switch soul. Silakan mampir, tapi jangan kaget kalau tulisannya AMAT SANGAT BERANTAKAN SEKALI. 🤣🤣🤣🤣

Kamu bisa liat progres perkembangan nulisku dari cerita-cerita yang udah tamat itu. Lumayan membaik lah ya kepenulisannya.

Feel free buat saran dan kritik ceritaku.

Semoga berkenan sama ceritanya.
Enjoy.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top