Prolog.

Aku tak pernah membayangkan akan mati sebagai hidangan apalagi melihat seluruh tulangku terlepas dengan daging yang tercecer. Melewati hari dengan rasa ketakutan yang mencekam dan tak bisa pergi atau pun melarikan diri dari pria yang tak kuinginkan.

Aku tidak membencinya. Itu hanya seperti aku yang tak menyukai hujan karena mengingatkanku akan kenangan yang menyakitkan. Karena dirinya yang tak melepaskanku dan membuatku terkurung dalam dunia yang tak pernah aku bayangkan. Penuh dengan ketakutan, tangisan, dan rasa tak berdaya, saat aku melihat kawanan hewan buas itu menatapku layaknya menatap sebuah makanan.

"Lyliana ...."

Aku menoleh, saat melihat tubuh tegap itu berdiri di tengah pintu kamarku. Ada bulu-bulu halus yang terlihat di bagian dada dan otot perutnya yang menonjol. Wajah tampannya yang biasa tampak tenang, kini terlihat sedikit cemas. Tentu itu adalah wajah yang terlihat di permukaan. Dia berbeda, sangat berbeda dari tampilan yang terlihat oleh manusia pada umumnya.

Dia sangat dingin dan kejam. Dengan mata emas menyala yang menusuk, dan dua taring tajam di iringi auman yang menyeramkan. Dia monster! Yang bisa membunuh seorang manusia lalu menikmatinya. Mengoyak seluruh tubuh manusia dengan cakar tajamnya. Dan aku melihatnya, melihat dia yang awalnya manusia lalu berubah menjadi seekor serigala untuk mengoyak bahkan memisahkan leher manusia dari tubuhnya. Dan karena hal ini hidupku harus berakhir dalam cengkraman monster sepertinya.

"Bergegas, kita harus pergi."

Aku tersadar, seakan baru saja kembali dalam dunia yang aku pijaki. Mataku menatap jendela dan pemandangan di luar sana. Suara-suara auman serigala itu kian terdengar keras. Dan aku terpaku, saat melihat binatang liar itu saling bertarung dan melumpuhkan satu sama lain. Ini terulang lagi. Sebenarnya aku tak mengerti, kenapa mereka yang sesama binatang buas selalu bertarung seperti ini?

"Thunder, apa yang terjadi?" tanyaku panik. Kini aku tampak gugup dengan keringat dingin saat ketakutan itu merayap cepat menarik ketenanganku.

"Cepat! Kita tak punya banyak waktu," teriak Thunder keras. "Lyliana!" teriaknya sekali lagi karena melihatku tertegun dengan pertarungan berat yang terjadi di luar sana.

Aku menatap uluran tangannya lalu beralih pada pertengkaran hewan buas di luar sana sekali lagi. Sedikit ragu, namun pada akhirnya aku melangkah dan menggengam tangan tersebut. Membuat tubuhku tertarik dan pria itu segera menggendong tubuhku di belakang tubuhnya. Aku mengalungkan tanganku erat di lehernya. Mataku terbelalak saat merasakan hal buruk akan terjadi.

"Thunder!" teriakku keras dan semakin mengeratkan pelukan tanganku pada lehernya.

Auman keras itu terdengar sebagai balasan teriakanku yang panik. Leher yang kupeluk erat itu kini berubah menjadi halus dan berbulu. Tubuh tegap yang menggendongku itu kini menjadi seekor hewan buas yang tengah kunaiki. Dengan sigap, aku semakin mengeratkan tangannku pada leher serigala berwarna hitam yang tengah melompat turun dari lantai dua menuju padang rumput dan terus masuk ke hutan liar. Pandanganku jatuh ke belakang, pada pertempuran keras yang masih terjadi dan sekali lagi, aku merasa bahwa hewan yang kupeluk saat ini berlari sangat kencang dari pada biasanya.

Aku merasakannya, saat angin kencang menerbangkan rambut hitamku. Mataku terpejam erat saat tahu bahwa lagi-lagi aku berada dalam sebuah pertempuran antara hewan buas yang mengerikan. Menyedot seluruh keberanianku dengan rasa takut tak berdaya saat melihat dua taring tajam dengan mata menyala itu melumpuhkan seluruh kekuatan dalam tubuhku. Dan aku benci hal ini. Aku benci saat aku tak berdaya dan tak bisa melakukan apa pun untuk melindungi diriku sendiri.

"Thunder!" teriakku sekali lagi saat aku menoleh kebelakang dan melihat seekor serigala besar dengan bulu coklat yang tengah mengejar kami.

Thunder hanya menggeram dan mempercepat larinya. Tubuhku terguncang dengan sedikit rasa perih pada kulit tangan dan kakiku. Rumput-rumput liar yang berduri itu menggores kulitku. Sebelum aku tersadar akan rasa perihnya, tubuhku sudah terbang dan menghantam tanah yang terjal. Pegangan tanganku terlepas dan pada akhirnya Thunder pun ikut terlempar jauh.

Terbatuk, aku menyeret tubuhku mundur saat melihat hewan buas berbulu coklat itu berjalan ke arahku. Dengan geraman yang tertahan, serigala itu kian mendekat, memperlihatkan dua taringnya yang mencuat. Aku menggeleng, dengan seluruh tubuh yang gemetar ketakutan. Tak mempedulikan kakiku yang terluka atau punggungku yang tergores. Saat ini tatapan mataku hanya terpaku pada hewan buas yang tiba-tiba melompat tinggi. Mengarahkan cakar tajamnya pada tubuhku yang tiba-tiba kaku dan tak dapat bergerak satu senti pun.

"Thunder!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top