(7) Rencana di Hari Minggu

Hari Minggu. Biasanya, Jungwon selalu mengikuti jejak ayahnya untuk bangun siang. Sepasang ayah dan anak itu terkadang kompak untuk bangun lewat dari jam delapan pagi. Bahkan, Jungwon seringkali bablas hingga jam sepuluh, itu pun kalau Jay tidak segera membangunkan sang putra agar tidak melewatkan sarapan.

Like father like son, begitulah menurut teman-teman Jay.

Akan tetapi, hari Minggu yang sekarang jauh berbeda. Sebelum pukul delapan, Jungwon sudah bangun dan langsung bersiap-siap untuk mandi, sementara Jay kini disibukkan untuk membuat sarapan. Sejatinya, Jay masih sangat mengantuk. Hanya saja, Jungwon yang sejak pagi berisik membuatnya tak lagi dapat tertidur pulas. Mau tidak mau dia harus bangun dan menyiapkan semuanya untuk sang putra.

Hal ini terjadi karena Sunghoon. Pokoknya, selama memasak sop bakso dan sosis di dalam panci, Jay tak mau absen mengumpati sahabatnya itu. Pasalnya, mentang-mentang hari Minggu, dia jadi semena-mena mengajak putranya--Jungwon--untuk pergi jalan-jalan. Ya, tidak apa-apa sih. Namun, kenapa harus pagi-pagi sekali, sih!?

"Papa, Wonie udah selesai mandi!" pekik Jungwon dari ujung tangga. Bocah itu masih mengenakan handuk yang melilit tubuhnya asal-asalan. Rambutnya pun masih basah.

Jay menoleh dari arah dapur sebentar, kemudian berujar, "Bajunya sudah Papa siapkan di atas tempat tidur, Nak." Setelahnya, dia kembali sibuk mengaduk sop yang ia buat tanpa sadar jika sang putra masih berdiri di tempatnya yang tadi.

"Papa ... ih, Wonie udah selesai mandi!"

Jay otomatis terperanjat kaget saat Jungwon tiba-tiba saja berteriak. Dia pikir, Jungwon sudah kembali ke kamar setelah dia memberitahu di mana letak baju yang sudah disiapkan tadi.

"Astaga, Nak ...." Lelaki itu menghela napas panjang, kemudian segera mematikan kompor yang masih menyala. Beruntung sop yang ia masak sudah matang, makanya bisa ditinggal. "Kan, Papa sudah bilang, bajunya Wonie sudah Papa siapkan di atas tempat tidur."

Jungwon cemberut sambil tetap memperhatikan sang ayah yang berjalan menghampirinya. "Wonie maunya dipakein baju sama Papa!"

Tumben manja, gerutu Jay dalam benak. "Ya sudah, ya sudah. Ayo cepat ke kamar."

Jungwon mengikuti langkah kaki ayahnya yang lebar-lebar itu, sambil melompat-lompat kecil. "Papa, tadi Om Hoonie telepon."

"Oh ya?" Jay bertanya sambil melangkah masuk. "Wonie yang angkat?"

Bocah tujuh tahun itu mengangguk-angguk semangat, sambil membiarkan sang ayah membalurkan minyak telon ke tubuhnya. "Katanya, Om Hoonie udah di jalan. Terus, Om Hoonie juga bilang mau bawain Wonie oleh-oleh banyak banget!" Jungwon mengatakan hal itu, sambil melebarkan tangannya saat mengatakan 'banyak'.

"Oh ya?" Jay bertanya untuk sekadar meladeni ocehan sang putra. Dia sendiri sekarang sibuk memasangkan Jungwon pakaian dalam setelah membaluri perut dan dada Jungwon dengan minyak telon.

"Hu'um!" Bocah itu mengusap hidungnya yang gatal, sementara sebelah tangannya yang lain, ia gunakan untuk memegang bahu sang ayah. "Papa, Papa! Nanti Om Hoonie mau ajakin Wonie jalan-jalan ke mana, ya?"

Dahi Jay mengernyit. "Memangnya Om Hoonie nggak kasih tau?" tanyanya. Jungwon menggeleng sebagai jawaban. "Angkat kakinya dulu, Nak. Ini Papa susah masangin celananya."

Jungwon menurut, sambil terus berbicara. "Kata Om Hoonie mau jalan-jalan aja. Tapi boleh 'kan, Pa?"

"Ya boleh dong, Nak," jawab Jay tabah. Ia menghela napas pendek, seraya membatin, Kalau nggak boleh, mana mungkin Papa rela bangun pagi-pagi di hari Minggu kayak gini, Nak ....

Tak lama setelah Jungwon selesai dipakaikan pakaian oleh sang ayah, terdengar suara klakson mobil yang sudah bisa dipastikan jika itu suara klakson mobil milik Sunghoon. Lagi pula, Jay sudah kadung hafal dengan kelakuan sahabatnya yang paling muda di antara dia, Heeseung dan Jake. Setiap berkunjung, Sunghoon akan menekan klakson mobil berkali-kali sampai sang pemilik rumah keluar. Memang gila artis satu itu.

"Lo nggak malu apa, Hoon?" tanya Jay dengan wajah kesal karena Sunghoon baru berhenti menekan klakson setelah dia membuka pintu. "Katanya lo artis terkenal. Malu dikit kali ah, Hoon. Gue aja malu, sumpah."

Sementara itu, si pelaku hanya cengengesan ganteng, sambil menyugar rambutnya sok keren--ya, walaupun kenyataannya dia memang ganteng dan keren, sih. "Orang cakep bebas," ujarnya. Kedua alisnya yang tebal, dia gerak-gerakkan ke atas dan ke bawah beberapa kali.

Jay praktis berdecak kesal. "Awas aja ya, kalo lo ngajarin anak gue aneh-aneh. Gue bonyokin muka lo!"

Sunghoon menghela napas panjang. Sejak dulu--terutama setelah Jungwon hadir ke dunia yang fana ini, Jay selalu saja begitu. Jay itu selalu saja mencurigai Sunghoon, entah karena apa.

"Cogan emang selalu terzolimi, sih," ujarnya sok terluka. "Dah ah, gue mau ketemu ponakan gue. Permisi ya, Bapak Pemilik Rumah. Pangerannya mau gue culik dulu."

Ingin sekali Jay menguliti Sunghoon saat itu juga. Akan tetapi, saat mendengar suara Jungwon yang berteriak menyerukan nama sang sahabat, membuat Jay akhirnya hanya bisa menghela napas panjang.

Jungwon melompat-lompat kecil menghampiri Sunghoon. "Om Hoonie, mana oleh-oleh untuk Wonie?"

Sunghoon tersenyum ganteng, kemudian mengusap pucuk kepala Jungwon dengan sayang. "Nanti kita ambil di mobil, oke? Sekarang, pamit dulu sama Papamu yang jelek itu."

"Hoon." Jay menatap sahabatnya itu dengan tatapan tajam, sementara yang ditatap, hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

"Papa, Wonie sama Om Hoonie jalan-jalan dulu, ya!"

"Iya," jawab Jay sambil mengusap pipi putranya lembut. "Jangan nakal, ya? Nurut kata-kata Om Sunghoon jelek."

"Heh!" Sunghoon jelas tak terima dong, dibilang 'jelek'. Dia ganteng begini, kok. Jay saja yang matanya buram.

"Siap, Papa!" Jungwon tertawa-tawa kecil.

Setelah berpamitan dengan Jay, Sunghoon segera mengajak Jungwon untuk pergi jalan-jalan sebelum hari semakin siang dan Jay semakin banyak memberikannya wejang-wejangan tak penting. Ya, tidak penting tentu saja karena Jay selalu mengulangi kata-katanya setiap Sunghoon berniat mengajak Jungwon jalan-jalan.

Agak kesal, sih, tetapi Sunghoon mengerti, jika Jay tidak mau terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Jungwon. Sunghoon tahu benar, bagaimana sayangnya seorang Park Jongseong kepada putranya itu. Dia juga tahu bagaimana sang sahabat membesarkan Jungwon. Bagaimanapun, Sunghoon juga salah satu saksi hidup seorang Jay hingga hari ini.

"Wonie kok hari ini keren banget, sih?" tanya Sunghoon kepada bocah yang duduk di sampingnya dan sudah menggunakan seat belt dengan aman. Omong-omong soal 'oleh-oleh' yang dia janjikan tadi, sudah diangkut ke dalam rumah oleh Jay walaupun sahabatnya itu sempat misuh-misuh karena kesal.

Ya, seperti biasa. Dia memberikan Jungwon banyak sekali pakaian-pakaian fashion anak-anak yang modis, hasil dari endorsement yang biasa ia terima. Kalau ditanya, kenapa Sunghoon menerima endorsement untuk pakaian anak-anak juga? Ya, karena dia serba bisa, haha! Bercanda. Pokoknya ada beberapa hal yang tidak bisa Sunghoon jelaskan, deh, untuk itu.

"Iya, dong!" Jungwon menjawab semangat atas pertanyaan dari Om Hoonie-nya itu. "Wonie, kan, juga pengin kelihatan keren kayak Om Hoonie."

Sunghoon menyunggingkan senyum bangga. "Pinter banget keponakannya Om Hoonie." Tangannya terulur untuk mengacak lembut pucuk kepala Jungwon di sampingnya. Sesekali, ia akan melirik Jungwon sebelum kembali fokus menyetir.

Sebenarnya, Jungwon hanya memakai pakaian biasa--yang biasa Jay pakaikan maksudnya. Hanya saja, terlihat begitu keren di mata Sunghoon kali ini. Bocah tujuh tahun itu memakai celana jins yang tampak nyaman dikenakannya. Lalu kaus tipis lengan pendek yang luarnya dilapisi hoodie hitam. Rambut bocah itu juga tertata agak berantakan oleh sang ayah dan itu terlihat lucu sekali. Menambah kesan gemas dan ganteng sekaligus di dirinya.

"Wonie ingat 'kan, apa kata Om Hoonie?" tanya Sunghoon kepada Jungwon yang asyik menggoyang-goyangkan kakinya sambil sesekali mengikuti lantunan lagu anak-anak yang terputar di mobil Sunghoon.

Bocah gembil itu mengangguk semangat. "Ingat, dong!" serunya.

"Apa coba, sebutkan!?"

"Laki-laki itu keren kalau pakai baju hitam!" ujarnya sambil tersenyum gemas. "Wonie hari ini pakai baju hitam, makanya keren 'kan, Om?"

Sunghoon mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum senang. "Iya dong, keponakannya Om Sunghoon emang paling keren!"

"Tapi, kenapa Om Hoonie pakai baju putih sekarang? Nggak keren dong, Om?" tanya Jungwon dengan mata yang mengerjap polos.

Eiy, Sunghoon mendadak speechless. Dia lupa memberitahu Jungwon satu hal dan itu berbahaya! Mati gue, lupa ngomong! pekik lelaki dalam hati--tertekan.

+ㅈㅈ+
07 Juli 2021
Sabtu, 10 Juli 2021


Selamat malam Mingguan!

Outfit Wonnie hari ini:'v ⤵


Outfit Om Hoonie (yang kata Wonnie nggak keren:'v) ⤵

Revisi | Senin, 03 Juni 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top