(26) Perebutan Hak Asuh



Sudah lebih dari setengah jam terakhir, Jungwon sebagai satu-satunya anak-anak berusia kurang dari sepuluh tahun dibuat pusing dan kebingungan level akut ketika menghadapi apa yang terjadi di depan matanya.

Empat orang dewasa yang kini berkumpul, seolah-olah tengah mendebatkan suatu hal yang teramat sangat penting hingga tak boleh dilewatkan barang sedikit pun.

Walaupun di tangannya sekarang terdapat beberapa macam sogokan—berupa sosis, bakso bakar, yogurt dan susu—tetapi hal itu tetap tidak membuat Jungwon mengalihkan perhatiannya dari keempat orang dewasa di hadapannya itu.

"Ya gue sih Minggu-Minggu ini free, gitu lho. Makanya mending Jungwon sama gue aja."

Tahu siapa yang bilang seperti itu barusan? Ya, tepat sekali. Si model sekaligus aktor super sibuk, Park Sunghoon.

Mentang-mentang dari agensi yang menaunginya memberikan jatah libur selama hampir satu bulan, makanya Sunghoon agak sombong sekarang. Iya, sombong karena bisa leha-leha dan berlibur ke mana pun sesukanya.

"Nggak-nggak, nggak usah." Heeseung tiba-tiba saja menyela. "Agak nggak percaya gue, kalo Jungwon sama dia, mah."

Mendengar ucapan Heeseung barusan, membuat Sunghoon langsung memberikan lirikan tajamnya, seraya berdecak sebal. "Kenapa, sih? Lagian gue juga seneng-seneng aja kalo bawa Wonie. Wonie juga pasti mau, kan, sama Om Hoon?"

Jungwon yang tiba-tiba ditodong seperti itu hanya bisa mengerjap gemas dua kali, sebelum akhirnya terpaksa mengangguk. Memang benar, sih. Bersama Om Sunghoon, ia sering dibelikan banyak sekali jajanan, mainan dan juga pakaian. Om Sunghoon satu-satunya yang tidak pelit—dalam artian—tidak banyak syarat seperti ayah dan om-nya yang lain.

Pokoknya, kalau boleh jujur, Jungwon merasa lebih bebas ketika bersama dengan Om Hoonie-nya itu. Sementara kalau dengan Om Jake atau Om Heeseung, apalagi dengan ayahnya, Jungwon merasa kurang bebas. Kalau dia ingin sesuatu, belum tentu akan dituruti dengan cepat. Pasti akan ditanya alasannya. Kenapa mau ini? Kenapa mau itu?

Jungwon sebagai anak-anak yang belum pubertas, kan, jadi bingung sendiri dibuatnya.

"Tuh!" Sunghoon berseru senang. "Jungwon aja mau, kok, sama gue. Tenang, Mama juga ambil cuti kok Minggu ini. Adek gue juga lagi ada di rumah."

Jake dan Heeseung saling pandang, lantas mengalihkan tatapannya kepada Jay yang sejak tadi tampak sibuk menimbang-nimbang.

"Udahlah sama gue aja." Jake berujar. "Lagian, biasanya juga gitu. Kayak sama siapa aja deh, lu, Jay."

Jay menghela napas pendek. "Bukan gitu. Kan katanya mau ada keluarga lo dari Aussie. Ya kali ujuk-ujuk gue nitipin Wonie sama kalian, sementara kalian juga pasti mau Qtime sama keluarga, kan?"

Mendengar yang dikatakan Jay barusan, jelas membuat Jake seketika berdecak sebal. "Apaan dah. Kita juga keluarga, woy. Wonie udah gue anggap kayak anak sendiri. Udahlah, santai aja."

Lelaki yang sempat tinggal di Australia itu melirik sang keponakan yang sejak tadi sibuk mengunyah makanan yang tersedia, tetapi matanya juga ikut-ikutan sibuk melirik apa yang dilakukan oleh empat orang dewasa yang ada di hadapan. "Wonie mau ikut sama Om Jake aja, kan?"

"Jangan. Wonie biar sama Om Hee—"

"Sama gue." Sunghoon tidak mau kalah. Lelaki yang berprofesi sebagai aktor dan bintang iklan itu memotong ucapan sang sahabat dengan nada sedikit kesal. "Lu jangan ngadi-ngadi, deh, Jay. Biar Heeseung ikut lu. Ya kali lu apa-apa mau sendiri. Iya tau lu jomlo, tapi ya nggak ngenes juga, kali."

"Dih." Heeseung mencibir. "Mentang-mentang yang baru lolos skandal cinlok sama si pendatang baru, gaya bener ngomongnya."

"Apaan sih, namanya juga skandal, anjir. Cuma ngobrol doang pas off cam aja langsung dikira pacaran." Sunghoon berdecak sebal mengingat skandal cinta lokasi yang melibatkan dirinya dan sang lawan main di judul film terbaru yang ia bintangi beberapa waktu terakhir.

"Jangankan ngobrol. Nggak sengaja tatapan doang, langsung dibilang ada apa-apa astaga, capek gue liatnya," gerutu lelaki bermarga Park itu lagi. Pokoknya kalau dalam urusan menggerutu, Sunghoon adalah jawaranya.

"Ya risiko kerjaan lu, kali, ah." Jake menimpali. "Udah ya, intinya Jungwon sama gue aja. Sebagai sekretaris yang baik, lo harus mendampingi atasan lo, Bang."

Heeseung yang ditunjuk oleh Jake, seketika mendengkus. "Dih, berasa ada hubungan terlarang antara gue sama Jay, anjir. Amit-amit, ya ampun!"

Sementara ketiga sahabatnya sedang berdebat, diam-diam Jay mencoba berpikir lebih serius. Ia kemudian menatap sang putra, lantas mendekatinya. "Wonie mau ditinggal apa ikut sama Papa?"

Pertanyaan yang Jay berikan barusan, seketika menarik perhatian dari ketiga sahabatnya yang langsung menoleh. "Lah!?" seru ketiganya kompak. Namun, sebelum ketiganya menyerukan protes, Jay lebih dulu mengangkat salah satu tangannya, meminta agar ia diberikan waktu untuk mengobrol dengan sang putra.

Jungwon tak langsung menjawab. Bocah itu menggigit bibir bagian bawahnya, menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang menggantung di kursi, kemudian melirikkan matanya ke kanan dan ke kiri. "Papa lama, nggak?" Bukannya menjawab, Jungwon malah balik bertanya.

Jay menggeleng kecil sembari mengusap sudut bibir sang putra yang terkena kecap dan saus tomat akibat memakan bakso dan sosis bakar. "Cuma dua hari," jawabnya. "Tapi kalau Wonie ikut Papa, Wonie harus izin nggak masuk sekolah."

"Perginya besok?" tanya bocah itu lagi.

"Iya, besok pagi." Jay menjawab dengan lembut.

"Tapi besok Jeongwoo ulang tahun. Masa Wonie nggak pergi ke ulang tahunnya Jeongwoo?"

Kalau ditanya, memangnya Jay hendak pergi ke mana? Jawabannya adalah ia dan Heeseung akan menghadiri pertemuan bisnis yang diadakan di luar kota selama dua hari tiga malam. Karena jadwalnya bentrok dengan jadwal sekolah Jungwon, makanya terciptalah perdebatan tiada akhir yang lebih mirip seperti perebutan hak asuh anak ini sekarang.

Niat awal, Jay memang ingin mengajak serta sang putra, toh, hanya tiga hari saja totalnya. Akan tetapi, Jungwon dengan semangat menceritakan jika ia akan pergi ke pesta ulang tahun salah satu temannya kemarin, makanya Jay jadi gamang. Walaupun pada akhirnya, ia tetap bertanya kepada putranya itu apakah ia ingin ikut atau tidak, sih.

"Berarti Wonie tinggal, ya? Nggak apa-apa?" tanya Jay lagi. Sang putra menjawab dengan anggukan walaupun terlihat ragu. "Jadi, Wonie mau tinggal sama siapa selama Papa pergi?"

"Om Hee ikut Papa?"

"Iya, Om Hee ikut."

Jungwon melirik kedua omnya yang tersisa sebelum bertanya, "Rumah Oma Shim mau ada tamu?"

Jake mengangguk kecil. "Iya, tapi nggak apa-apa kok, kalo Wonie mau tinggal sama Om. Kan nanti Wonie jadi punya banyak teman main. Eyangnya Om mau ngajakin keponakan-keponakan Om juga."

"Om Hoonie kerja?" Bukannya menanggapi ucapan Jake, Jungwon malah mengalihkan perhatiannya kepada Sunghoon. Akan tetapi, tenang saja. Jake tidak merasa kesal akan itu, kok. Ia paham jika sang keponakan hendak memilih pilihannya sendiri sekarang.

"No." Sunghoon menggeleng kecil. "Om Hoonie free. Khusus buat Wonie. Nanti kita pergi sama-sama ke ulang tahunnya siapa tadi namanya?"

"Jeongwoo."

"Nah iya itu Jeongwoo. Wonie udah punya hadiah buat temennya belum?" Jungwon menggeleng, membuat Sunghoon tersenyum senang. "Oke, deh. Nanti kita beli sama-sama, ya? Wonie mau beli apa aja, berapa aja, buat siapa aja, pokoknya bebas. Terserah Wonie. Wonie ikut sama Om Hoonie aja, ya?"

"Ada Oma Park?" Jungwon lagi-lagi bertanya. Pokoknya putra tunggal Jay itu sedang senang-senangnya bertanya hari ini.

"Adaaa. Semuanya ada di rumah."

"Mauuu!" Jungwon berseru senang. "Papa, Wonie mau ikut Om Hoonie aja! Boleh, ya?"

Jake meringis kecil. "Wonie beneran nggak mau nginep di rumah Om Jake aja?"

Si bocil menggeleng. "Wonie udah sering nginep di rumah Om Jake. Nanti lagi aja, ya, Om?"

Pada akhirnya, keputusan yang diambil adalah Jungwon yang menginap di kediaman Sunghoon.

Hak asuh Jungwon selama kurang lebih tiga hari ke depan akan dipegang oleh Park Sunghoon. Kasus, selesai—eh?

+ㅈㅈ+
Sabtu, 3 September 2022

See u next!
4/9/22

090624

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top