4. Diary

Dohee termenung di pinggir lapangan dengan beberapa pikiran yang selalu terbayang di otaknya. Akhir-akhir ini dia benar-benar butuh istirahat lebih. Tekanan batin dan pikirannya terus mengusik hari-harinya. Tidak ada satupun dari teman-temannya yang tahu jika gadis periang seperti Dohee selalu seperti ini.

Kaki jenjangnya kembali membawanya menaiki tangga-tangga menuju kelasnya. Setelah tadi dia berfikir akan pulang. Tapi mungkin akan lebih baik jika tidak membawa beban pikirannya ke rumah. Dan akhirnya Dohee kembali menaiki tangga untuk kembali ke kelasnya.

Gadis itu tiba duduk di barisan depan dekat dengan jendela kelasnya setelah mengedarkan pandangan jika di kelas tidak ada satupun murid disana.

Menaruh tasnya disebelah, mengeluarkan satu buku diary miliknya didalam tas. dan tangannya mulai bergerak untuk menuliskan sesuatu disana. Sesuatu yang mengusik perasaanya.

---

Aku menulis lagi. Banyak cerita yang ingin ku curahkan dalam tulisan ini. Tapi aku bingung bagian mana yang perlu aku tulis? Baiklah aku akan langsung saja.

Sore ini pikiranku berkecamuk mengusikku. Aku benci perasaan ini. Perasaan yang tidak seharusnya aku gunakan untuk menjalani hari-hariku. Dan sialnya hari ini aku malah menggunakannya.

Tangan ini terus bergerak menuntunku menuliskan sesuatu dalam buku diary ku. Dengan beberapa tetes air mata yang entah sudah keberapa kalinya berjatuhan di kertas diary ini. Aku ulangi lagi----aku benci dengan perasaan ini.

Aku benci saat kembali mengingat lelaki itu. Lelaki yang merenggut hatiku. Mungkin benar dengan, novel yang tempo lalu aku baca "cinta itu membunuh tuannya sendiri" itu benar faktanya. Dan aku sedang menjadi 'tuannya' sekarang.

Ini menyedihkan. Setiap kali aku mempunyai tekad untuk melupakannya, rasa rindu itu datang. Dia yang membuatku begini. Bukankah sangat brengsek jika aku memintanya mempertanggung jawabkan perasaan ini, huh?

Dia itu sangat memusingkan. Menyakitiku dari mimik wajahnya, menyakitiku dari sikapnya, menyakitiku dalam diamnya, menyakitiku dalam tatapannya.

Aku tau, mungkin dia benar-benar membenciku, atau bahkan sebaliknya. Semakin hari lelaki itu semakin membuatku bingung. Jika aku mempunyai keberanian aku akan berbicara padanya.

Tentang bagaimana aku selanjutnya. Aku harus seperti apa selanjutnya. Apa salah jika aku terus seperti ini? Menjalani hari-hari ku dengan terus menerus memendam suatu perasaan yang entah sampai kapan masalah itu selesai.

Brengsek.

Benar-benar brengsek!

"Sehun -ah.
Aku jadi rindu saat dahulu kita berbicara layaknya teman biasa, sat kita pernah saling tatap dalam beberapa menit di aula sekolah, saat kau berusaha untuk memintam laptop milik ku meskipun kau mendapat balasan yang tidak kau ingin kan dari temanku dan kamu masih berusaha mendapatkannya, sat kau meminjam ponselku beberapa menit dan sedikit bermain dengan ponselku, saat aku melihat kau mencuri pandang padaku dan aku melihatnya dari pantulan cermin milik temanku.

Dan mungkin aku berfikir jika sekarang kenangan kecil itu telah terhapus oleh waktu lewati kan?

Aku rindu masa itu Sehun -ah. Meskipun aku juga tidak tahu, jika masa itu tak seberapa dan memang teman biasa melakukan hal kecil itu kan? Namun dalam pandanganku itu jauh dari kata biasa.

Karena disini, aku rasa hanya aku yang berjuang untuk bisa dekat denganmu. Bukan kau. Yang bahkan tahu bagaimana jelasnya perasaanku padamu sampai detik ini. Dan kau malah mendiamkannya.

Sialan.

Mulut ini benar-benar ingin berkata membencimu Sehun -ah"

Lee Dohee,
20 April 2016


-------

!!!

Bagian ini rada lebayy sih wkwkwk.-.

Jangan lupa vote sama-- ya itulah yah kalian juga mengerti pannn wkwk

Cerita ini betein yahh? Aku masih belajar soalnya. MHEHE

Tengseuu:3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top