8 - Just Kill Me

NOTE : SUICIDE ATTEMPTED.
.
.

Yellow Box

White Box

.
.

"Tom?"

Wade bisa melihat wajah anak itu yang berubah ekspresi saat mendengar nama kekasihnya juga makam milik kekasihnya. Pemuda itu mendekat, saat matanya menemukan sosok lainnya di belakang Tom dan membuatnya tersentak ke belakang.

"Ugh, si kakek tua..."

"Wade, aku benar-benar bersumpah akan mengambil alat-alat yang kau miliki entah darimana itu jika kau kembali kabur dari sekolah," pria berjanggut itu tampak menatap tajam kearah Wade namun segera menoleh keaerah Tom yang juga menoleh untuk melihatnya, "dan siapa anak ini?"

"Oh! Namanya adalah Tom, ia adalah mutan baru di tempat Charles," Wade mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, "jadi, kenapa kau ada disini?"

"Mengunjungi makam teman lama," jawabnya sambil menunjuk kearah makam di belakangnya dengan jempolnya, "aku akan ikut kalian ke tempat Charles, ucapkan perpisahan dulu dengan kekasihmu. Dan aku akan mampir sebentar ke makam temanku."

"Baiklaaah," Wade menghela napas dan berbalik kearah makam Andrew di sampingnya, "aku akan kembali..."

Dan ia mengusap makamnya, tampak tersenyum sebelum berbalik dan mengikuti ayah angkatnya. Tom menatap kearah makam yang ia kunjungi tadi sebelum menoleh pada Wade yang menunggunya.

"Ayo Tom!"

Anak itu hanya diam, menghela napas dan mengangguk. Ia berjalan mengikuti pria tua itu dan juga Wade menuju ke makam yang ada di dekat sana. Tidak jauh, dan ia sadar itu adalah 4 makam yang tadi ia lihat memiliki nama keluarga yang sama.

'Richard Parker - Mary Parker - Benjamin Parker - May Parker'

Sementara pria itu menaruh empat karangan bunga di masing-masing batu nisan itu, Tom hanya bisa memperhatikannya dan membuat pria itu memandangi Tom.

"Namamu tadi Tom?" Tom menoleh kearah pria itu dan mengangguk, "hanya itu?"

"Ya," Tom mengangguk kembali dan tampak membuat suasana hening kembali.

"Kau mengingatkanku pada sahabatku," Tom memiringkan kepalanya dan pria itu memegang salah satu nisan disana sebelum menghela napas dan menggeleng, "lupakan. Wade, ayo kita harus kembali!"

Wade yang lebih memilih menunggu di jarak yang lebih jauh menoleh.

"Baiklah!"

.
.

Malam hari, tampak sosok pemuda berambut pirang itu yang tampak muncul tiba-tiba tanpa suara. Di punggungnya tampak dua bilah pedang panjang mengkilap yang tampak berkilau di tengah kegelapan malam.

Wade Wilson adalah seorang pembunuh bayaran. Bahkan sejak ia belum berkenalan dengan Andrew, ia sudah dilatih untuk menjadi seorang pembunuh bayaran. Tentu saja tidak ada yang mengetahui hal ini, bahkan sang kekasih sekalipun. Ia tidak ingin Peter mengetahui sisi gelapnya itu, ia tidak ingin pemuda itu membencinya.

Ia bahkan berusaha untuk berhenti dari pekerjaannya setelah ia dekat dengan Peter dan setelah ia mengetahui penyakit kankernya. Namun, sekarang ini tidak ada lagi yang bisa menghentikannya. Peter sudah tidak ada, dan ia tidak membutuhkan alasan untuk bertahan hidup.

Misi lain yang sukses~

Sssh kau bisa membangunkannya...

Dua suara yang selalu ada di kepalanya sejak ia berada di Program Weapon X. Satu sisi selalu membicarakan hal yang negatif, dan sisi lain selalu mengatakan hati nuraninya. Yah, bisa dikatakan sisi jahat dan baik. Ia menyebut sisi jahat sebagai yellow dan sisi baik sebagai white.

Look, how cute he is...

Celana berwarna pink dengan motif Hello Kitty?

Jangan berpikiran macam-macam. Ia berusia 14 tahun kau ingat?

Selimuti dia. Ia bisa masuk angin tidur seperti itu.

'Kalian tidak perlu mengatakannya,' Wade menghela napas dan tampak berjalan mendekat. Ia membenahi selimut Tom, memperhatikannya. Oke, anak ini bahkan lebih kecil untuk remaja seusianya. Dan menurutnya itu imut.

Tetapi sekali lagi, ia masih menyukai Peter. Ya, ia rasa begitu...

"...af..." tubuh Tom tampak menegang. Ia menutup matanya erat, tampak meremas selimut yang baru dibenahi oleh Wade, "maafkan aku... maaf..."

Hee? Aku baru pertama kali melihatnya berekspresi.

Ia mimpi buruk?

No shit Robert Downey Jr, Benedict Cumberbatch.

???

Kau mengerti? Mereka berdua sama-sama bermain sebagai Sherlock Holmes~

...

Aku tidak akan menghiraukan itu. Lalu, apakah ada yang bisa kita lakukan?

"Aku tidak tahu," Wade tampak sedikit panik, namun ingat bagaimana setiap Peter takut, setiap ia merasa cemas akan keluarganya yang selalu melakukan misi berbahaya, ia akan menenangkannya. Namun ia tidak yakin semua orang akan bereaksi seperti Peter. Namun, ia tidak mungkin membiarkan anak ini tampak tidak tenang.

...

Dan tangannya bergerak, ia mengusap rambut curly anak itu dengan pelan. Canggung? Tentu. Ia sudah mengenal anak ini hampir 1 bulan dan sudah 1 minggu sejak mereka kembali dari makam itu, dan sifatnya semakin tertutup sejak saat itu. Dan itu membuat Wade bingung. Saat usapan itu sudah berlangsung beberapa menit, ia bisa merasakan tubuh anak itu tampak tenang, dan matanya membuka perlahan.

"Wade?"

"The one and only," ia tersenyum dan menatap Tom yang kembali menegang dan tampak memundurkan badannya, "ah, kau... merasa tidak nyaman?"

...

"Maaf," hanya itu yang dikatakan oleh Tom sebelum ia berbalik dan memunggungi Wade yang hanya menatapnya dan menghela napas.

"Tidak apa, kau hanya terlihat tidak nyaman jadi aku melakukan apa yang biasa kulakukan dengan Peter," Wade tampak tertawa dan mengibaskan tangannya, "maaf membangunkanmu dan membuatmu tidak nyaman."

Kau membuatnya semakin membencimu Wade Wilson~

'Diamlah,' beruntung cahaya di kamar mereka sangat remang hingga Tom tidak melihat darah yang ada di tubuh Wade saat itu, "baiklah, selamat malam..."

...

"Ya," Tom hanya menjawab singkat, ia menatap kearah dinding yang ada di depannya dan menutup mata dengan dahi sedikit berkerut, 'itu bukan tidak terasa nyaman. Terlalu nyaman... aku tidak pantas untuk itu...'

Ia mengeratkan selimutnya dan tampak terjaga. Dengan semua pikiran yang menghantuinya. Berharap ia bisa sedikit saja menjauh dari bayangan Andrew meskipun rasa bersalah tentu saja akan selalu membayanginya setiap malam.

.
.

"Tom, kau tahu tentang tugas yang diberikan Charles kemarin? Aku belum selesai mengerjakannya dan siang ini kita harus--" Wade masuk begitu saja di kamar asrama mereka dan melihat Tom yang segera menyembunyikan sesuatu di tangannya saat melihat Wade, "--eh, apakah aku mengganggu?"

"Tidak. Tugas itu? Kurasa kau harus mulai mengatur waktumu Wade," Tom menghela napas dan tampak mendekati Wade yang masih curiga dengan apa yang dilakukan oleh Tom namun memutuskan untuk membiarkannya.

Tanpa tahu, jika yang disembunyikan oleh Tom adalah sebuah pisau kecil dengan sedikit noda darah di mata pisaunya. Dan ia juga melewatkan lengan pakaian Tom yang sedikit terkena bercak merah darah.

.
.

Wade menghela napas.

Ia baru saja kembali dari misi lainnya dan muncul di jam yang sama dimana ia tahu Tom sudah tertidur. Ia tidak ingin membangunkan pemuda itu dan tidak ingin pemuda itu melihat kearahnya yang berlumuran darah. Anak ini masih kecil dan terlihat polos. Ia tidak ingin dirinya yang menjadi sumber trauma bagi Tom.

Betapa ironinya...

Ia baru saja akan mendekati lemari yang ada di samping ranjang dan tampak akan mengambil pakaian gantinya saat kakinya menyenggol sesuatu di bawah. Seperti botol kaca yang hampir membuatnya terjatuh dan menimbulkan suara.

You really messed up Wade...

'Diamlah, untung saja ia tidak terbangun,' Wade menatap kearah Tom dan mengambil botol itu untuk diletakkan di tempat yang aman. Ia melihat Tom yang masih tertidur nyenyak dan tampak menghela napas. Namun, saat ia melihat botol di tangannya, dahinya berkerut.

Itu adalah painkiller. Dosis tinggi, dan ia tahu karena itu adalah miliknya. Untuk meredakan rasa sakit karena penyakitnya. Dan ia juga tahu jika terakhir kali ia memakannya, botol itu masih cukup penuh karena ayahnya sudah membelikannya yang baru.

Dan sekarang botol itu tampak hanya terisi separuhnya...

...

Kau tidak berpikir apa yang aku pikirkan bukan?

Uh, kau bisa memastikannya Wade... kuharap itu salah.

"Tom?"

Tidak ada jawaban. Ia tampak mendekat kembali dan menepuk pipi pemuda itu beberapa kali. Tidak ada reaksi bahkan ia bisa merasakan kulit pemuda itu dingin dan juga pucat. Refleks, ia tampak mengecek nadi pemuda itu. Menemukannya namun sangat lemah. Ia tidak bodoh, itu tidak normal untuk seseorang. Dan ia segera menyalakan lampu dan menemukan busa di sudut mulut pemuda itu.

Uh oh...

"Shit!" Wade segera mengangkat pemuda itu untuk kemudian keluar dan mencari siapapun yang masih berada disana dan terbangun. Ia tidak peduli apakah penampilannya yang berlumuran darah akan terlihat oleh orang-orang disana atau tidak.

Tom mencoba melakukan bunuh diri. Dan ia tidak akan mungkin tinggal diam dengan hal itu.

.
.

"Keadaannya baik-baik saja..."

Henry tampak menghela napas dan menatap Charles dan juga Mystique yang berdiri di depan ruang kesehatan bersama dengan Wade dan Logan, "kau membawanya tepat waktu Wade. Ia mengalami overdosis karena memakan painkiller itu bahkan melebihi 3x dosis orang normal."

"Ugh, sudah kuduga ada yang aneh dengannya sejak minggu kemarin..."

"Yang terpenting," Logan tampak berbicara dengan nada datar dan rendahnya. Ia menatap kearah darah yang ada di tubuh dan juga pakaian pemuda itu, "apa yang kau lakukan hingga seperti ini Wade?"

Wade tersentak.

Ia tahu ayahnya marah besar. Logan memang terlihat tempramen namun ia tahu kapan dan bagaimana Logan jika benar-benar marah. Dan sekaranglah saat dimana Logan sangat marah.

"Kau melakukan pekerjaan itu lagi?" Logan pernah mengetahui pekerjaan Wade sebagai pembunuh bayaran. Dan tentu sebagai orang tua--walau angkat--ia tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Wade. Dan Wade hanya diam, ia menunduk dan menatap lantai.

Yep, tidak bisa disembunyikan lagi.

"Aku mencoba mencari pembunuh Peter," Wade tampak mengeratkan gigi dan juga kepalan tangannya. Ia tidak menatap kearah ayahnya, Charles, ataupun yang lainnya, "kalau aku melakukan ini lagi, aku bisa mencari tahu siapa yang membunuhnya!"

"Tidak dengan cara ini," Logan tampak mencengkram erat bahu Wade dan membuatnya menatap kearah ayah angkatnya itu, "ada cara lainnya. Tetapi tidak denganmu membunuh orang lain. Kau berjanji padaku kalau kau akan berhenti melakukannya, kau akan berhenti melakukan pembunuhan itu."

"ITU KARENA AKU MENYAYANGI PETER!" Wade meninggikan suaranya, menatap kearah ayah angkatnya dengan raut wajah menegang, "itu karena aku menyayanginya dan aku tahu ia tidak akan suka dengan semua itu. Tetapi sekarang... tetapi sekarang ia tidak ada. Dan aku tidak punya lagi tujuan apapun untuk hidup... untuk berhenti melakukan semua ini."

...

"Aku akan berhenti. Ya," Wade mengangguk cepat, "tetapi setelah aku menemukan pembunuh Peter. Tidak sebelum aku bisa membunuhnya dengan tanganku sendiri. Aku tidak punya tujuan lainnya pops."

Dan semua orang terdiam, tampak Logan melepaskan cengkraman tangannya dan tampak Wade berbalik.

"Aku akan mengganti pakaianku dan melihat keadaan Tom."

Logan melihat Wade yang beejalan cepat menuju kamar asramanya dan tampak menghela napas. Ia tidak bisa membantah apapun lagi saat Wade mengatakan hal itu, karena ia tahu bagaimana perasaan Wade pada Peter Rogers Stark.

"Logan," ia menoleh pada Charles yang tampak mendekatinya, "biarkan dia."

.
.

Tom sendiri membuka matanya sedaritadi.

Ia sudah sadar.

Sejak dulu ia memang mudah untuk sembuh dari luka apapun dan tidak mudah terkena pengaruh obat. Seperti sistem metabolismenya yang lebih cepat daripada orang biasa. Itulah sebabnya ia bisa cepat sembuh walau ia terkena overdosis seperti saat ini.

Ia mendengar semua perkataan dari Wade. Ia mengetahui apa yang dilakukan oleh Wade setiap malam selama ini. Heck, hanya mencium bau darah saja tentu ia bisa. Ia bisa mengetahui ada sedikit saja darah, karena ia terbiasa dengan bau itu saat masih berada di Hydra.

'Tentu saja, ia mencari pembunub Andrew,' Tom menghela napas dan duduk dari posisinya. Ia lelah, ia sudah beberapa kali mencoba untuk membunuh dirinya. Menyayat pergelangan tangan, mencoba untuk meminum obat sebanyak yang bisa dilakukan tubuhnya sebelum ia mengalami overdosis. Namun semua itu gagal.

...

Ia merogoh celana tidurnya, bersyukur pisau kecil yang ia sembunyikan tidak diketahui oleh siapapun yang membawanya. Entah karena mereka terlalu panik atau belum mengeceknya secara penuh. Ia mengambilnya, memegangnya dengan kedua tangan dan mengarahkannya pada lehernya.

Ia tidak peduli tangannya bergetar. Ia bahkan tidak tahu kenapa ia masih takut untuk membunuh dirinya.

Ia pantas untuk mati. Setidaknya itu yang ia pikirkan saat ini. Dan pisau itu sudah menempel pada lehernya, dan ia menekannya hingga darah sudah mengalir dari lehernya.

"Kuharap ia sudah bangun, aku benar-benar harus menanyakan," pintu terbuka, Wade yang sudah mengganti pakaiannya tampak menatap kearah Tom yang juga menatapnya. Namun, darah yang mengalir di leher pemuda itu yang menjadi prioritas utama untuknya saat ini. Dan dengan segera, ia berlari dan menepis pisau itu hingga terlepas dari tangan Tom.

Ia segera menimpa tubuh pemuda itu, menaruh kedua tangannya di leher Tom untuk menghentikan pendarahan di lehernya.

"Lepaskan aku Wade."

Nadanya datar dan ia menatap kosong kearah Wade. Tom hanya bisa menggeliat mencoba untuk melepaskan diri dari Wade.

"Apa yang kau lakukan...? Jangan menghentikanku."

"Seharusnya aku yang menanyakan itu! Sejak awal aku tahu ada yang aneh," Wade tampak menatap Tom dan masih mencoba menghentikan pendarahan di leher Tom, "menyayat pergelangan tanganmu, meracuni dirimu hingga overdosis dan sekarang kau mencoba menggorok lehermu sendiri? Apa yang kau pikirkan?!"

"Kukira kau lebih pintar dari kelihatannya," Tom menatap Wade dengan pandangan kosong, "kau tidak melihat aku mencoba membunuh diriku?"

"Aku tahu, dan yang tidak kutahu adalah alasannya!"

"Karena aku pantas untuk mati," Tom tampak menyerengit, dan menatap Wade yang menatapnya aneh, "aku yang membuatmu tetap membunuh orang-orang itu. Aku yang membuatmu merasa sedih, dan aku yang membuatmu tidak punya tujuan hidup lagi."

"Apa maksudmu? Aku membunuh mereka bukan karena--"

"KARENA AKU YANG MEMBUNUH ANDREW!"

...

"...apa?"

.
.

"Charl?"

Charles berada di ruangan Cerebro dan menoleh saat suara Logan terdengar. Ia membiarkan Logan mendekat dan ia hanya menghela napas panjang.

"Apa ada sesuatu yang kau cari?"

"Ya, tentang anak itu," Charles mengangguk dan Logan membutuhkan sedikit waktu untuk mengerti jika yang dimaksud oleh Charles adalah Tom.

"Ada apa dengannya?"

"Pikirannya kompleks... ada sesuatu yang aneh di dalam pikirannya," Charles tampak bergumam dan kembali menutup matanya, "aku melihat dalam pikirannya, dan juga masa lalunya. Dan aku bisa tahu ada sesuatu yang membuat pikirannya sangat kompleks seperti saat ini."

"Apa maksudmu?"

...

"Seperti seseorang memanipulasi pikirannya."

.
.

"Apa... yang kau bilang tadi?"

"Aku yang membunuh Andrew... aku yang membunuhnya malam itu," Wade masih menahan leher Tom yang tampak berdarah, namun cengkramannya tampak menguat secara otomatis mendengar itu. Tubuhnya gemetar. Semenjak kematian Peter ia tidak pernah berhenti mencari pembunuh dari kekasihnya tersebut, "kau menginginkan ini bukan? Kau menginginkan aku mati. Maka lakukanlah..."

...

"Bunuh aku sekarang."

Napas Wade mendadak tak karuan, ia tampak melepaskan sebelah tangannya yang menahan luka Tom, dan mengeluarkan pistol yang ada dibalik celana yang ia kenakan. Dengan cepat ia mengacungkannya pada Tom yang bahkan tidak bergerak meski Wade tidak lagi menahan tangannya.

Plot twist yang mengejutkan Author...

Bukan saatnya mengatakan itu bodoh, lagipula itu plot twist di chapter 5. Disini sudah tidak plot twist lagi...

Dan hei, mungkin saja ia punya alasan sendiri kenapa membunuh Peter.

Untuk sekarang jangan dengarkan dia.

Apapun alasannya ia sudah membunuh Peter bukan?

Sebagai hadiah karena pengakuan, bagaimana kalau kematian yang cepat~?

"Kau yang..."

"Aku yang membunuhnya Wade," ia tampak berbicara dengan nada datarnya. Namun, suaranya sedikit gemetar jika seseorang mencoba mendengarkannya dengan seksama, "ia tewas karena aku..."

Pelatuk sudah siap untuk ditekan, Wade tampak mencoba memperhatikan ekspresi dari Tom yang hanya menatap kearahnya.

"Aku akan... aku akan membunuhmu," Tom diam selama beberapa saat, dan hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lakukan..."

Ia mengeratkan giginya, kali ini jemarinya tidak ragu untuk menekan pelatuk itu. Ia bahkan tidak mendengar suara pintu yang terbuka kala itu.

Ini akan jadi cliffhanged...

Sssh diamlah!

"WADE, TIDAK!"

BANG!

Sudah kukatakan...

.
.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top