5. The God of Poptart
Sesuatu tampak terbang dengan kecepatan tinggi dari atas langit. Perlahan tampak membesar dan membesar, terlihat seperti sebuah palu yang akan menghantam tanah di bawahnya.
BOOM
Dan saat benda itu menghantam tanah, retakan terlihat sedikit menghancurkan tanah. Bukan hanya palu, namun pria berambut pirang panjang tampak mendarat mulus, memegang palu itu dan berdiri menegakkan posisinya di depan menara Stark.
"Selesai juga," ia memijat bahunya yang ia rasa pegal sambil berjalan menuju pintu masuk otomatis disana, berjalan dan berharap pintu itu terbuka seperti biasanya. Namun, tubuhnya menabrak pintu itu yang sama sekali tidak bergeming.
"Huh? Tumben manusia besi itu mengunci pintu depan. Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Ia tampak memiringkan kepalanya, hendak mencari tahu cara untuk membuka pintu didepannya, "Jarvis? Halo, robot buatan Tony, apakah kau bisa membukakan pintu untukku? Ini Thor, Thor Odinson."
...
"Apakah sesuatu sedang terjadi?" Ia tampak bergumam dan memikirkannya, namun saat ia akan bergerak mencari tahu sesuatu, suara dari gedung itu menggema di depan bangunan.
Sepuluh detik sebelum kehancuran
Matanya membulat, tampak kaget dengan suara Jarvis saat itu.
"Ini gawat," Thor tampak menoleh sekeliling, ia ingat sesuatu yang ia tahu akan membantu. Berlari cepat kearah salah satu sisi dari bangunan hingga ia menemukan sebuah panel tersebunyi yang muncul saat ia menekan sisi tersebut.
Ia ingat Peter pernah mengatakan padanya ini adalah sumber listrik yang ada di bangunan tersebut.
'Jika dalam keadaan darurat, sistem Jarvis harus dimatikan. Dan kalau paman mengalirkan listrik pada benda ini, maka kelebihan muatan yang terjadi--'
5
4
3
(Ia mengangkat palunya yang dialiri aliran listrik.)
2
1
BOOM
.
.
Semua anggota Avengers yang ada di dalam menara tampak sudah pasrah dengan keadaan dan bersiap saat bangunan itu akan hancur. Hitungan mundur sudah terjadi, 5 detik yang lalu.
...
Namun tidak terjadi apapun--malah semua listrik di bangunan itu tampak mati dan menyebabkan ruangan itu gelap gulita.
"Apa yang terjadi?"
Clint yang pertama kali merespon dan segera berdiri dari posisinya. Ia mendekati jendela, mendapati semua lampu di New York juga mati. Dan sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suara pintu otomatis yang terbuka paksa terdengar.
"Apa yang terjadi disini teman-teman?" Steve dan yang lainnya tampak menoleh dan menemukan Thor yang kaget melihat mereka, "kenapa kalian ingin menghancurkan bangunan ini sementara kalian berada di dalamnya?"
"Thor!"
"Sudah lama tidak bertemu, aku menyelesaikan urusanku di Asgard. Jadi aku akan menetap disini untuk sementara," Thor tersenyum lebar dan mengangkat tangannya.
"Bagaimana kau bisa masuk kemari? Seharusnya bangunan ini runtuh kau tahu?" Bruce yang mengatakan itu, dan tampak menatap Thor yang balas menatapnya.
"Aku tahu, Peter pernah mengatakan padaku tentang sumber listrik di bangunan ini. Dan saat kudengar bangunan ini akan hancur, aku mencoba mematikan dayanya secara paksa agar sirkuit listriknya mati," Thor menjelaskan dan menunjuk Mjolnirnya, "kuharap aku tidak mengganggu, kalau memang kalian ingin menghancurkan bangunan ini."
"Tidak, dan kami sangat berterima kasih padamu Thor," Steve tersenyum dan menghela napas. Semua orang hanya mengangguk dan menghela napas lega juga.
"Tidak masalah, oh aku harus menyelamatkan yang satu di kulkas," Thor tampak berjalan kearah kulkas dan mengambil sekotak Poptart disana.
...
"Jangan katakan kau memutus arus listrik awalnya karena ingin menyelamatkan Poptart itu Thor," Clint tampak menatap curiga Thor yang sudah akan melahapnya.
"Hei, aku sama sekali tidak tahu kalau kalian ada di dalam. Satu-satunya yang kukhawatirkan adalah poptart ini tentu saja!"
'Aku sedikit menyesal berterima kasih padanya,' semua orang berpikiran yang sama dan menatap Thor yang duduk di sofa dan menikmati makanan kesukaannya itu.
.
.
"STEVE!"
Satu hal yang Tony lakukan saat mobil Pepper mencapai menaranya adalah mencari kekasihnya. Ia bersyukur saat hitungan mundur selesai, ia masih melihat menara Avenger tetap kokoh berdiri diantara bangunan di Manhattan. Namun ia harus memastikan Steve masih aman disana.
"Tony--" Steve bahkan tidak sempat berbalik sepenuhnya saat Tony memeluknya dengan erat dan tampak membenamkan wajahnya di bahu Steve, "--Tony, kau tidak apa?"
"Harusnya aku yang mengatakan itu dasar orang tua!" Tony mengangkat kepalanya, menatap tajam kearah Steve tidak peduli jika pria itu melihat matanya dan wajahnya yang basah karena air mata. Steve hanya tersenyum dan menghela napas, mengusap punggung Tony, "bagaimana kalian bisa menghentikannya?"
"Sebenarnya aku harus berterima kasih pada Poptart milik Thor," Steve menghela napas, dan tampak Tony hanya memiringkan kepalanya bingung.
"Hei buddy, bagaimana keadaanmu? Kau tidak apa?" Steve menatap kearah anak itu yang hanya berdiri disamping pria berkacamata hitam yang tampak berantakan itu. Anak itu hanya mengangguk dan menunduk, terlihat masih shock dan Steve tidak menyalahkannya setelah apa yang terjadi padanya sebelum ini, "baiklah, kita masuk saja dulu. Semua orang sudah menunggu."
"Baiklah..."
"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke daerahku saja Stark," Matt yang menunggu disamping anak itu tampak tersenyum dan memegang tongkatnya.
"Benarkah? Ini sudah cukup malam," Tony tampak menoleh pada Matt, "kau bisa menginap semalam disini."
"Oh, aku tidak ingin merepotkan kalian," Matt menggelengkan kepalanya dan mengibaskan tangannya.
"Tidak, lagipula kau sudah membantu kami menemukan anak ini. Aku sedikit memaksa," Tony tampak merangkul bahu Matt dan sedikit mendorong Matt membuatnya tidak bisa menolak dan berjalan menuju ke dalam menara Avengers.
.
.
"Ia menghancurkan sumber listrik dan mematikannya hanya untuk menyelamatkan Poptartnya?!"
Tony tampaknya sama kagetnya dengan yang lain mendengar alasan sebenarnya Thor datang dan menyelamatkan mereka secara tidak sadar hanya untuk menyelamatkan sebuah Poptart.
"Hei, jangan salahkan aku. Aku bahkan tidak tahu ada mereka di dalam, dan aku baru akan menghubungi kalian setelah Jarvis tidak merespon dan malah mengetahui bangunan akan hancur 10 detik dari saat aku datang," Thor tampak menoleh sedikit menatap Tony yang hanya menghela napas dan memijat batang hidungnya.
"Lalu, siapa orang baru di belakangmu Tony?"
"Oh, dia adalah Matt Mudrock. Ia membantuku dan juga yang lainnya untuk melacak keberadaan anak ini."
"Maaf mengganggu kalian malam ini," Matt tampak tersenyum dan menunduk sedikit memberikan salam perkenalan.
.
.
"Lalu, apa pekerjaanmu Matty?" Mereka sedang makan malam, memesan pizza lebih tepatnya dan juga sekotak donat, dan poptart untuk Thor. Clint yang bertanya itu sambil menatap Matt.
'Matty?' Ia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan panggilan dari Clint untuknya, "aku pengacara Mr. Barton."
"Oh, kau pengacara?" Tony baru mengetahui itu dan Matt hanya mengangguk, "bukankah kurasa kita bisa memintanya Steve?"
"Hm, kurasa begitu..."
Entah apa yang dikatakan oleh mereka, membuat Matt tampak memiringkan kepalanya menatap mereka bingung. Sementara anak itu, tampak diam hanya memainkan pizza di tangannya dan tidak memakan makanannya sedikitpun.
"Kau tidak suka Pizza?" Andrew yang tampak muncul di belakang anak itu tiba-tiba yang menanyainya duluan. Cukup membuat anak itu kaget dan menjatuhkan Pizza tersebut. Membuat semua orang disana menatapnya aneh.
"Ma-maafkan aku..."
"Kau tidak lapar?" Natasha tampak membantunya mengambil potongan pizza yang ada di lantai dan tentu membuangnya karena dirasa kotor. Anak itu hanya menggeleng pelan, "bagaimana kalau dessert saja? Kau belum pernah mencobanya kan? Donat, atau poptart?"
"Poptart sangat enak Young Kid," Thor sepertinya langsung bisa akrab dengan anak itu saat melihatnya. Ia menepuk keras punggung anak itu saat Tony menceritakan tentang dirinya.
"Uh..." ia hanya mengangguk. Tidak ingin membuat suasana canggung, ia mengambil donat yang ada di depannya dan memakannya perlahan. Sungguh, ia tidak memiliki selera makan sama sekali setelah kejadian yang menimpanya tadi pagi.
"Enak," wajahnya berbinar saat mencobanya walaupun ia tetap memakannya dengan tidak semangat. Dan semua orang terdiam mendengar menyadari hal itu, "aku... sudah kenyang."
"Ki--" Tony akan memanggil anak itu saat Steve memegang bahunya dan menggelengkan kepalanya.
"Ia pasti sedikit shock dengan kejadian siang ini. Biarkan ia beristirahat dulu Tony," Tony sedikit tidak setuju, namun ia juga mengerti itu yang terbaik untuk anak itu sekarang.
"Jadi," Clint tampak memecah keheningan itu dan menoleh pada Tony dan Steve, "sejak kapan kalian berdua sangat dekat dengan anak itu?"
"Oooh apakah kalian akan mengadopsinya?" Thor tampak menatap dengan tatapan tertarik dan menatap kedua pasangan itu.
"Aku tidak mengerti kenapa kalian bisa berpikir begitu," Steve tampak sweatdrop mendengar teman-temannya itu, "anak itu memang cukup dekat dengan kita selama 1 bulan ini. Meski sikapnya masih tertutup, namun ia sudah terlihat nyaman dengan kita..."
"Itulah sebabnya kita harus merawatnya Steve. Memang kau tega membuatnya tidak nyaman dengan keluarga baru yang tidak ia kenal?" Clint tampak menghela napas dan menatap penuh arti kearah Steve yang hanya diam menutup erat mulutnya.
"Aku dan Steve tidak yakin kalau kami bisa melindunginya Katniss," Tony tampak mencoba untuk membuat Clint berhenti menekan suaminya itu dan hanya menggerutu pelan, "bagaimana jika suatu hari kita tidak bisa melindunginya? Seperti saat Peter meninggal, kita bahkan tidak bisa melakukan apapun... dan, ini terlalu cepat. Jika kami melakukannya itu seperti membuang Peter dari kehidupan kami."
...
"Tetapi," Thor yang berbicara sebagai orang yang pertama kali bertemu dengan anak itu, "kau tahu, dibandingkan dengan 1 bulan pertama kematian Peter, aku merasa kalian kembali seperti dulu. Seperti ada seseorang yang membuat kehidupan kalian kembali ber...nyawa? Kurasa itu kata yang tepat."
Steve dan juga yang lainnya tampak terdiam, menatap Thor sebelum tertawa bersama-sama.
"Hei, kenapa malah menertawaiku? Maksudku, kalian bilang anak itu nyaman dengan kalian. Tetapi, kurasa kalian yang nyaman dengannya," Thor tampak menatap satu per satu mereka yang terdiam mendengar itu.
Apakah benar mereka nyaman dengan anak itu?
Mereka hanya merasa seolah Peter kembali pada mereka. Meski sikap mereka berbeda jauh satu sama lainnya.
Sementara Steve dan Tony hanya bisa diam, memikirkan kemungkinan apakah mereka akan bisa mengadopsi anak itu atau tidak. Apakah mereka pantas untuk memiliki seorang anak setelah mereka bahkan gagal melindungi satu orang anak yang paling penting di dalam hidup mereka.
"Tenang saja Tony, Steve," Bruce yang kali ini menjawab, seolah tahu apa yang dipikirkan mereka, "kalian tidak sendiri. Kami akan membantu. Dan tentu sebagai orang tua, kalian yang paling tahu jika Peter tidak akan berpikir kalian membuangnya jika kalian mengadopsi anak itu. Karena anak itu membutuhkannya..."
Steve dan Tony menatap Bruce dan yang lain yang hanya mengangguk dan tersenyum.
"Uh," dan seseorang memecah keheningan itu, Matt yang sepertinya terlupakan, "apa kalian yakin aku bisa mendengarkan percakapan kalian ini? Kurasa ini cukup penting..."
"Nonsen Matty, kau sudah menyelamatkan anak itu. Dan itu artinya kami berterima kasih padamu. Lagipula, kurasa Tony akan membutuhkan bantuanmu bukan?" Tony menatap Clint yang merangkul bahu Matt dan tersenyum lebar.
"Kurasa begitu..."
Tony menyerah.
"Kalian selalu memanggilnya Kiddo, Buddy, seperti kalian tidak mengetahui namanya saja," Thor seolah baru menyadari sesuatu dan menatap kearah semua orang disana, "aku hanya mendapatkan keheningan saat menanyakan nama anak itu. Jadi, kalian tahu siapa namanya?"
...
"...seriously?"
.
.
"Kau yakin kau tidak apa?"
Andrew menatap kearah anak itu yang hanya duduk di atas kasurnya dan memeluk lututnya sambil menenggelamkan wajahnya diatas lutut. Anak itu hanya mengangguk, bahkan tidak melihat kearah Andrew sejak Andrew muncul di dekatnya setelah mendengar jika anak itu diculik Hydra.
"Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu menghawatirkanku," ia menutup matanya dan memiringkan kepalanya. Ia menatap kearah jendela dengan tatapan kosongnya. Saat ia akan bergerak, suara pintu terbuka membuatnya menoleh kearah pintu yang memang tidak menutup sempurna. Menemukan Matt yang berdiri diambang pintu.
"Kau tidak apa nak?"
...
"Semua orang mengatakan hal itu. Aku benar-benar tidak apa Mr. Mudrock..."
"Detak jantungmu mengatakan hal lain," Matt tampak berjalan perlahan, matanya yang tampak buram seolah menoleh kearah Andrew yang ada di dekat jendela. Membuat sang hantu tersentak, mengerutkan dahinya karena sejenak ia merasa pria didepannya itu bisa melihatnya, "apa yang membuatmu resah? Mereka orang-orang baik yang menyayangimu dari yang kudengar..."
"Dan itu yang membuatku merasa tidak nyaman," ia bergumam dan tampak tidak bergerak maupun melihat kearah Matt.
"Tidak mau menceritakannya?"
"...tidak," anak itu menjawab dengan segera dan Matt hanya menghela napas dan kali ini benar-benar melihat kearah Andrew.
"Aku tidak bisa mendengarkan detak jantung temanmu di kamar ini. Dan aku sangat yakin ada seseorang selain kita berdua berada disini," kali ini anak itu dengan segera menoleh kearah Matt begitu juga dengan Andew.
"Kau bisa melihatnya?"
"Merasakannya. Kau lupa nak? Aku buta," jawabnya menunjuk kearah matanya sambil tersenyum maklum. Peter tampak menunduk tidak enak karena mengatakan hal yang menurutnya bodoh, "tetapi kurasa ini kali pertama aku merasakan sesuatu seperti ini. Jadi aku sedikit terkejut saat pertama kali melihatnya."
"Apakah ia bisa mendengarku juga?"
Andrew bergerak dan mengibaskan tangannya didepan Matt. Namun ia sama sekali tidak merespon saat ia berbicara.
"Andrew bertanya apakah kau bisa mendengar suaranya?"
"Namanya Andrew? Sayangnya aku tidak bisa mendengarnya, aku hanya bisa merasakannya," Matt menatap tepat pada sosok Andrew yang ada di dekat sana. Ia diam, sebelum kembali menoleh kearah anak itu dan menepuk kepalanya.
"Kau bisa menceritakan masalahmu padaku kapanpun. Entah kenapa aku merasa aku harus membantumu," Matt menghela napas dan berdiri dari posisinya, "kurasa takdir yang membawaku menemukanmu. Kau mengingatkanku akan diriku yang dulu..."
Matt hanya mendengus dan berbalik keluar dari kamar itu. Dan anak itu sama sekali tidak bergeming.
.
.
"Kami sudah membicarakannya beberapa hari ini."
Beberapa hari setelah kejadian itu, Tony sudah berhasil mengembalikan Jarvis seperti semula. Beruntung data dsri AI miliknya sama sekali tidak rusak ataupun berubah. Mereka hanya merentas dan mengubah sedikit komponen dari Jarvis. Satu hal yang membuat Tony memutuskan untuk menghabiskan beberapa hari kemarin untuk mengetatkan pengamanan dan mengupgrade beberapa bagian Jarvis.
Kembali pada keadaan pagi itu, Tony dan Steve tampak duduk di depannya, dan Matt ada di sampingnya. Sementara anggota Avengers lainnya tampak memperhatikan dari jarak sedikit jauh. Satu hal yang membuatnya bingung hingga ia hanya bisa memiringkan kepalanya dengan dahi berkerut.
"Kami ingin mengadopsimu."
Satu kalimat yang keluar dari mulut Steve, membuat semua yang menonton tampak terdiam namun tidak menyembunyikan senyuman mereka atas keputusan kedua orang tersebut. Mereka ingin menunggu ekspresi senang dari anak itu untuk pertama kalinya.
Dan sekarang semua pasang mata melihat kearah anak itu yang diam dan membulatkan matanya.
Matt yang mendengar detak jantung anak itu. Dan ia menyadari jika detak jantungnya terlalu cepat untuk menunjukkan anak itu excited. Lebih terlihat seperti ia akan mengalami serangan panik. Dan Andrew yang tampak senang mendengar itu--karena itu artinya anak itu akan jadi adiknya. Sesungguhnya.
"Tentu saja kami akan melakukannya jika kau mau. Kami tidak akan memaksamu untuk menjawab ya," Steve berbicara dengan hati-hati. Meski begitu, ia berharap anak itu akan menjawab ya. Dan semua orang tidak bisa memikirkan sesuatu yang bisa membuat anak itu menolak tawaran dari kedua superhero itu.
"Kau tidak apa?" Matt memutuskan untuk melihat keadaan anak itu saat napasnya memburu cepat dan tangan anak itu meremas bagian dadanya, "hei kid, kau tidak apa? Fokus padaku..."
Steve dan Tony serta yang lainnya tampak segera mendekat dan mencoba untuk memeriksa keadaannya. Dalam hal ini, Bruce yang akan mengeceknya lebih lanjut sebelum anak itu menggeleng dan tidak membiarkan seseorangpun mendekatinya.
"Maafkan aku..."
(Bayangan seseorang yang tersenyum, sesuatu yang dingin di tangannya dan suasana yang gelap menjadi pemicu dari serangan paniknya. Ia bisa mendengar seseorang berteriak dari kejauhan. Ia tahu suara itu...)
"Maafkan aku. Aku tidak bisa melakukannya Mr. Stark... Mr. Rogers," ia menggeleng dan tampak menundukkan kepalanya, "kumohon. Biarkan aku berpisah dengan kalian... aku sudah meminta Mr. Fury untuk itu."
...
"Ia akan mengirimku ke tempat lainnya minggu depan," semuanya tampak diam, menatap kearah anak itu yang tidak menatap pada siapapun dan hanya melihat lantai di bawahnya, "aku tidak bisa bersama kalian lagi..."
.
.
"Ya, aku baru saja akan mengatakannya pada kalian," Tony menghubungi Nick setelah anak itu memutuskan untuk mengurung diri di kamarnya, "beberapa hari yang lalu ia meminta padaku untuk memindahkannya dari menara Avengers. Kurasa dua hari setelah kejadian penculikannya saat itu."
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu, dan kalian yang bersama dengannya beberapa bulan ini," Nick mengerutkan dahinya dan menatap kearah Tony dan juga Steve, "dan aku mendapatkan telpon langsung dari seseorang yang menginginkan anak itu untuk berada di tempatnya."
"Siapa?"
"Kurasa yang ia maksud adalah aku," suara lift yang membuka membuat semua anggota Avengers yang ada disana siaga dan tampak menoleh ketika pintu terbuka. Seseorang berambut cokelat gelap sedikit bergelombang menjalankan kursi rodanya dan segera berhenti beberapa meter dari elevator. Ia tampak tenang meski sekarang Clint sudah bersiap dengan panahnya dan juga Natasha dengan pistolnya serta Thor dengan palunya.
"Senang bertemu dengan kalian, Avengers..."
.
.
"Apa yang membuatmu tidak ingin bersama dengan mereka? Aku bisa mendengar jika kau terdengar nyaman setiap bersama dengan mereka. Tetapi aku merasa ada sesuatu yang membuatmu menahan diri untuk bisa mendapatkan kasih sayang dari mereka," Matt tampak menoleh pada anak itu yang tampak menggelengkan kepala kuat dan menutup matanya erat. Ia memutuskan untuk menyusul anak itu. Ia meminta Andrew untuk tidak masuk kedalam kamar dan membiarkannya berbicara berdua dengan anak itu.
"Aku tidak pantas mendapatkan mereka Mr. Mudrock," ia tampak meringis dan matanya tampak sudah berkaca-kaca. Ini bahkan kali pertama ia bisa menunjukkan ekspresi didepan orang lain, "mereka tidak akan mau menerimaku jika mereka tahu apa yang terjadi sebenarnya..."
"Kau bilang kau berbeda dari kami?"
"Apa maksudmu?"
"Kurasa kau melupakan satu hal nak. Pikirkan baik-baik... apa yang kau lakukan malam itu ketika mereka mengepung markas kami?"
Anak itu menggerakkan bibirnya, namun tampak tidak bersuara cukup keras untuk didengar oleh orang lain. Namun itu cukup untuk membuat Matt mendengarnya meski tidak keras.
"Apa?"
"Aku..."
Ia ingat bagaimana malam itu, mereka membawanya ke salah satu sisi dari markas, cukup tertutup dari sudut pandang para penyusup di markas Hydra itu. Yang mengawalnya tampak memberikan sesuatu di tangannya, sebuah senjata api laras pendek yang tampak digenggam erat oleh anak itu dengan kedua tangannya.
Ia mengangkat senjata itu, tampak melihat dua orang penyusup pada jarak cukup jauh darinya. Namun, itu bukan hal susah untuknya yang sudah dilatih oleh mereka.
"Tembak mereka..."
"Aku yang menembak Andrew. Aku yang membuatnya tewas malam itu..."
.
.
To be Continue
Hayoooo, ada X-Overnya disini 8D siapa yang bisa tebak siapa yang keluar dari lift? Gampang kok~
Dan kembali kesukaanku setiap membuat cerita. Membuat Clifhanged 😇😇😇😇
Maaf karena updatenya kemaleman. Saya ngebo hari ini, baru bangun jam 11, tidur lagi jam 1 sampe jam stengah 6 😂😂😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top