4. I didn't Sign for This Job!
Jam siang seperti ini, tentu kota Manhattan akan terkenal dengan kepadatannya. Bahkan motor yang berlalu lalang juga membuat banyak motor yang tidak bisa bergerak. Hari biasa saja sudah membuat seorang Happy Hogan menggerutu setiap ia berangkat kerja, dan sekarang ia bahkan harus direpotkan dua kali lipat hanya karena mengejar sebuah mobil.
"Tch!" Ia membunyikan klakson dengan keras dan panjang, melihat bagaimana mobil yang ia intai semakin menjauh. Entah bagaimana bisa menghindar dari padatnya kemacetan di Manhattan, "HEI MAJU!"
Tentu tidak ada yang mendengarkannya, dan mobil di depannya sudah akan melewati lampu merah yang tampak 'kebetulan' menjadi hijau saat mobil melaju di depan lampu merah itu.
Baru saja ia akan mengklakson lagi saat ada beban baru yang ia rasakan di motornya. Dan saat ia menoleh, ia melihat pria berkacamata hitam yang tampak menduduki bagian belakang motornya.
"Hei, apa yang kau lakukan?!"
"Belok kiri," ia tidak menjawab pertanyaan dari Happy, hanya menunjuk kearah lorong yang ada di bagian kiri dekat mereka dengan tongkat yang ia bawa.
"Huh?"
"Kau mengejar mobil itu bukan? Dengan keadaan jalanan seperti ini dan suara mesin motor dan perputaran rodamu, kau tidak akan bisa mengejarnya tepat waktu. Kita harus memotong jalan," Happy ingin protes. Namun, ia tahu yang dikatakan pria itu benar. Ia bahkan tidak habis pikir bagaimana pria itu tahu ia mengejar seseorang.
"Tch, baiklah kalau kehilangan mobil itu, kau harus ikut denganku menjelaskannya pada bossku," Happy segera menembus kerumunan dari motor di sekelilingnya untuk memasuki gang yang dimaksud oleh orang itu.
.
.
"Pepper, aku pinjam mobilmu. Ini keadaan darurat," Tony tampak mencoba menghubungi Jarvis untuk menyambungkannya pada seragam Iron Mannya segera, "Jarvis, hubungkan aku."
...
"Jarvis?"
Tony tampak menekan tombol pada alat yang tampak seperti jam tangan itu. Beberapa kalipun ia menghubungi AI buatannya itu, tidak ada jawaban ataupun tidak ada seragam Iron Man yang harusnya meluncur kearahnya.
"Shit, ada apa dengannya?"
Ia akan bergegas keluar dari kantor saat handphonenya kembali berbunyi. Layar handphonenya menunjukkan ID "Capsicle" dan ia segera mengangkatnya.
"Steve!"
"Tony, ada apa dengan Jarvis? Kami baru saja akan berangkat saat tiba-tiba sistem di markas mati dan membuat kami terkunci di dalam. Apakah semua baik-baik saja disana?" Perkataan dari Steve cukup untuk membuat Tony mengkonfirmasi apa yang terjadi saat ini. Jarvis direntas oleh seseorang, dan sekarang mengendalikannya dengan kehendak orang itu.
"Anak itu diculik," tidak ada jawaban, bahkan suara di belakang Steve dari Clint tampak menghilang. Tony yakin semuanya mendengar perkaatannya, "aku tidak bisa mengakses pakaian Iron Manku. Kurasa Jarvis juga direntas oleh mereka."
"Lalu bagaimana?"
"Aku bisa mencoba merentasnya. Tetapi jika seperti itu aku tidak bisa mencari mobil yang menculik anak itu," Tony tampak frustasi dan mengacak rambutnya.
"Cari anak itu dulu bodoh!" Suara Clint terdengar dan sepertinya baik Natasha, Bruce, dan juga Steve setuju dengan itu, "hanya terkurung seperti ini, kau bisa merentasnya kapanpun."
"Tony," Bruce tampak mengambil handphone dari tangan Steve, "aku akan mencoba untuk mencari cara merentas Jarvis. Fokuslah pada anak itu, hanya kau yang bisa me--"
"Penghancuran otomatis dalam 1 jam."
"Shit, aku lupa mereka bisa mengaksesnya."
"Aku lupa kau memasang sistem itu," Bruce tampak terdengar menggerutu dan frustasi.
"Tony? Apa yang kau dan Bruce bicarakan? Penghancuran apa?"
"Aku membuat sistem itu untuk keadaan darurat jika musuh menguasai menara. Dalam waktu 1 jam bangunan akan roboh sepenuhnya kecuali jika aku membatalkannya," Tony tampak berjalan cepat menuju kearah komputer kantornya, "persetan dengan hal lain. Aku akan mencoba merentas Jarvis sekarang."
"TONY!"
"What?"
"Selamatkan anak itu," Steve tampak berbicara dengan nada datar dan menekan.
"What?! No!"
"Anak itu akan kembali mendapat perlakuan buruk Tony. Ia sudah bergantung pada kita selama 1 bulan ini dan mulai percaya jika ia tidak akan kembali ke Hydra," Tony tampak diam mendengar hal itu. Bukan hanya itu, namun anak itu juga memohon padanya untuk melindunginya dan tidak meninggalkannya.
Tetapi...
"Aku sudah kehilangan Peter, Steve," ia mengeratkan giginya dan menunduk. Suaranya sedikit gemetar saat itu, "aku tidak akan bisa kehilanganmu juga..."
"Kami akan baik-baik saja. Bruce akan mencoba merentasnya Tony. Kau percaya padanya bukan?" Steve mencoba menenangkan Tony.
"Tentu saja, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," Tony tampak menghela napas lelah dan Steve hanya tertawa.
"Tenang saja Tony, aku akan mencoba merentasnya secepat yang bisa kulakukan. Sekarang, pergilah selamatkan anak itu!"
"Baiklah, kau harus berjanji padaku. Kau akan baik-baik saja Steve..."
"Aku berjanji..."
Tony tampak mematikan saluran dan menoleh pada Pepper yang menyerahkan dua laptop padanya.
"Aku akan menyetir. Kau bisa gunakan ini untuk membantu Bruce dan juga yang lainnya," Tony mengambil dua laptop itu dan menatap mantan tunangannya itu.
"Terima kasih Pepper."
.
.
"Hei, kau yakin ini jalan yang benar? HEI MINGGIR!"
Happy tampak menghindari beberapa box dan juga tempat sampah serta beberapa barang lainnya yang diletakkan penghuni kamar dari bangunan yang ada di kiri kanan gang yang ia masuki. Walaupun beberapa jemuran dan juga beberapa tong sampah sukses ia tabrak.
"Kanan," dan navigatornya adalah orang asing yang seenaknya saha memerintah dirinya sejak tadi. Namun, mau tidak mau ia melakukannya dan berbelok cepat, "kau akan berpapasan dengan mobil itu."
"Apa?"
Happy baru saja akan menatap pemuda itu saat ia kembali menoleh melihat seorang kakek tua yang tampak berada di depannya. Karena tidak mungkin ia bisa menghindarinya, ia segera berbelok dan membuat motor itu terjatuh karena belokan yang mendadak itu.
"Hati-hatilah bodoh, anak muda zaman sekarang sama sekali tidak ada sopan santunnya!" Oh, itu Stan Lee yang kembali menjadi cameo. Oke, itu tidak penting, sekarang Happy hanya menggerutu dan memegangi kepalanya yang terbentur. Pemuda itu sendiri hanya bisa memegangi dahinya dan meraba sekeliling untuk mencari sesuatu.
"Kau--" Happy tampak menyadari sesuatu saat pemuda itu menemukan tongkatnya dan berdiri dari posisinya, "--the hell, kau tidak bisa melihat?!"
"Dan aku bisa mendengar lebih baik darimu," ia menunjuk kearah depan dimana mobil yang dikejar tampak baru saja melewati gang itu.
"Oh shit!" Happy segera membenahi motornya dan menjalankannya lagi. Beruntung sepertinya tidak ada masalah, dan ia menoleh pada pria itu, "aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya, tetapi kurasa kau bisa membantuku. Ayo!"
"Tentu saja," ia mengangguk dan tampak kembali duduk di belakang Happy yang menyusul mobil itu kembali, "ngomong-ngomong, mobil itu milik Tony Stark?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku menghapal suara mesin mobil itu saat ia melakukan expo beberapa bulan yang lalu. Beruntung karena suara mesinnya berbeda dengan mobil lainnya," pria itu tampak menghela napas dan mencoba mendengarkan kembali suara disekelilingnya, "kau punya nomor bossmu? Aku ingin meminjam handphonemu."
"Apa?"
"Kemarikan saja," Happy tampak menghela napas dan mengambil handphonenya, memberikannya pada pria itu setelah memasukkan nomor dari Tony Stark. Beruntung suasana jalanan saat itu tampak cukup lapang hingga mereka tidak kehilangan mobil itu meski tidak bisa memperkecil jarak.
...
"Halo," butuh waktu cukup lama untuknya mendapatkan jawaban dari sebrang, "kalau ini bukan hal yang lebih penting daripada hidup dan mati, aku akan mematikannya."
"Namaku Matt Mudrock. Aku sedang mengejar mobil anda saat ini Mr. Tony Stark."
.
.
"Apa katamu?"
Tony sedang berada di kursi belakang dan membuka dua laptop disana saat ia mendapatkan sambungan telpon itu.
"Saat ini aku berjarak sekitar... tiga puluh meter darinya. Walau cukup jauh aku masih bisa melihatnya," Matt yang menghubungi tampak memberitahu kondisi yang ada disekelilingnya.
"Kalau begitu jangan matikan sambungan ini. Sial, karena Jarvis direntas, aku tidak bisa melacak keberadaannya," Tony mencoba melacak keberadaan dari Matt dengan laptopnya saat itu, "tetap ikutin mobil itu. Berhati-hatilah, mobil itu dilengkapi beberapa... benda yang aneh."
.
.
"Benda aneh?" Matt tampak mengerutkan dahinya dan Happy berbelok saat mobil berbelok kearah gang. Ia mendengar suara aneh dari dalam mobil, dan tampak menoleh pada sumber suara yang ada di depannya.
"What the fuck!" Happy memekik saat sebuah pistol laser muncul diatas kap mobil dan mengarah pada mereka. Dengan segera, ia membelokkan motornya untuk menghindari serangan yang meluncur pada mereka.
"Ada apa?"
"Kurasa mereka tahu kalau diikuti," Matt tampak melihat sekeliling untuk mendengarkan apa yang ada disekitar mereka, "dan ada dua... tidak tiga mobil yang akan mengepung kami di ujung gang ini."
"Apa?!" Baik Happy yang mendengar ataupun Tony di sambungan telpon itu berteriak. Oke, pendengarannya sangat sensitif. Bisakah mereka tidak berteriak tiba-tiba?
"Kau sudah menemukan lokasi kami?"
"Ya, aku akan segera kesana."
"Bagus," ia tampak menutup handphone Happy dan memberikannya. Ia berdiri sambil berpegangan pada bahu Happy, "aku akan menghentikan mobil itu sebelum mencapai gang. Saat kubilang melompat, melompatlah dari motor ini."
"What?!"
"Sekarang."
"Kau bahkan tidak memperingatkanku terlebih dahulu!" Happy tidak sempat untuk mengatakan apapun saat Matt mendorongnya ke tumpukan kantung yang ada di dekat sana dan memegang kendali motor itu. Ia melajukan mobilnya pada sebuah papan yang ada di samping kirinya hingga motor naik beberapa dan menaiki bagian atap balkon. Ia memutar tuas gas maksimal, dan melepaskan motor yang langsung melaju kencang terlempat menuju tepat ke depan mobil.
BLAR
Dan meledak beberapa meter dari mobil yang langsung mengerem menghindari tabrakan begitu juga dengan dua mobil yang ada di kiri dan kanan ujung gang yang menunggu mereka untuk keluar. Matt sendiri, ia tampak melompat turun dengan sempurna.
Dan Happy hanya menganga lebar melihat motornya meledak dan terbakar beberapa meter dari mereka berdiri.
"Bahkan motor itu belum lunas kubayar astaga," Happy mengacak rambutnya frustasi.
"Bersembunyi," Matt tidak mempermasalahkan protes dari Happy bahkan tidak menoleh kearahnya. Pintu mobil terbuka, pria yang berada di dalam mobil mengeluarkan pistol dan membidiknya pada Matt.
...
"Terlalu jelas," ia tampak menghindar beberapa saat sebelum peluru mengenai kepalanya, berlari dan melompat memberikan tendangan memutar mengenai tangan yang memegang pistol itu hingga terlepas. Ia tidak lupa untuk menendang pistol itu menjauh dari jangkauan orang itu.
Saat orang itu kaget dan akan memukulnya, ia segera menangkap pukulan itu dan memelintir tangannya. Ia menatap ke dalam mobil melihat anak itu yang hanya diam dan duduk tenang namun tubuhnya gemetar.
'Huh?' Dan satu sosok yang entah kenapa ia rasakan duduk di samping anak itu. Namun ada yang berbeda dibandingkan dengan orang-orang yang ia rasakan sebelumnya.
Setelah menendang punggung orang yang ia pelintir tangannya hingga ia terdorong jatuh dan membuka pintu sambil berbalik berlindung di balik pintu saat rentetan senjata tampak mengarah padanya.
"Kau menjauhlah nak. Atau kau akan terluka," Matt mencengkram lengan atas anak itu yang membuatnya tersentak dan menatap dengan mata membulat. Beruntung mobil itu tampak tahan dengan peluru berkaliber besar sekalipun.
Dengan segera, ia berlari ke depan, menghindar dari setiap tembakan sebelum menapakkan kakinya dengan sengaja pada dinding di sampingnya dan melompat memberikan tendangan tinggi di kepala salah satu dari musuh disana. Ia mengambil senapan laras panjang yang dibawa orang itu, menggunakannya untuk menangkis peluru yang datang kearahnya dan memukul beberapa musuh yang ada di arah lainnya.
"Hei nak," anak itu yang masih mengamati pertarungan tidak imbang dari mobil menoleh dengan segera, melihat kearah Happy yang ada di samping mobil, "cepat kemari! Ia sudah susah payah melindungimu. Kalau kau sampai terluka aku juga akan dapat masalah."
Anak itu tampak mengangguk dan berlari kearah Happy yang saat itu tampak menariknya dan bersembunyi di salah satu sisi dari gang tersebut.
Matt sendiri masih menghindari peluru yang mengenainya, dan juga memukul serta menendang musuh. Ia bisa mengatasinya, dan tampak menumbangkan beberapa orang yang sudah tidak bergerak.
"Orang-orang di kota tidak sebanding dengan di bagian Hell's Kitchen. Gerakan mereka benar-benar terbaca," ia menghela napas dan mematahkan salah satu tangan musuh yang ada dihadapannya.
"FREEZE!"
Suara itu terdengar saat ia baru saja menumbangkan orang terakhir yang masih bisa berdiri dengan memberikan tendangan lutut tepat pada wajah orang itu. Puluhan aparat tampak mengepung dan membidik kearah Matt dan ia hanya mengangkat kedua tangannya. Kumpulan polisi itu masih siaga, saat mereka sedikit menyingkir dan membiarkan Tony yang memanggil mereka mendekat.
"Kau... Matt Murdock?"
Matt tampak diam, dan menghela napas sambil mengangguk.
"Kalian sedikit terlambat."
"Kemacetan Manhattan," Tony menghela napas dan menoleh kekiri dan kekanan, "dimana anak itu?"
Tanpa mereka sadari, seseorang sudah mendekati mobil Tony dan mengendalikan senapan laser yang ada di atas mobil itu dan membidiknya pada Matt, Tony dan juga yang lainnya.
"Mr. STARK!" Happy berteriak dan saat Tony akan menoleh kearahnya...
...sebuah jaring laba-laba tertembak di bagian moncong senjata itu hingga rusak. Dan jaring laba-laba lainnya tampak mengenai kedua tangan orang yang berada di dalam mobil tersenyum.
"Peter--" Tony membulatkan matanya dan tampak menoleh kearah sumber tembakan, dan menemukan anak itu dengan web-shooter milik Andrew yang terus ia bawa kemanapun. Hanya membulatkan matanya dengan napas memburu.
.
.
"Terima kasih," anak itu tampak menerima selimut yang diberikan tim medis yang datang di lokasi kejadian. Ia hanya diam, dan menunduk kembali.
"Siapa namamu nak?"
...
"Ia bersama denganku. Kau tidak perlu menanyai namanya untuk sekarang nona," Tony tampak menatap kearah paramedis yang bertugas. Ia mendekat dan tampak duduk di samping anak itu.
"Maafkan aku..."
Ia menggerakkan kepalanya dan menatap Tony yang memberikan permintaan maaf, "kami berjanji untuk tidak membiarkanmu ditangkap oleh mereka lagi. Dan aku bahkan berjanji tidak akan meninggalkanmu. Dan kau malah mengalami hal seperti ini."
"Tidak Mr. Stark, tidak apa-apa," anak itu menggeleng dan Tony akan menanyakan hal lain lagi saat handphonenya berbunyi. Kembali dengan nama "Capsicle" di layarnya.
"Steve, bagaimana keadaan disana? Aku akan segera merantas Jarvis sekarang. Masih ada waktu sekitar 20 menit lagi," Tony tampak segera berbalik dan menuju ke mobil membuka laptop yang ia bawa sedaritadi.
"Kau tidak apa-apa?" Matt mendekati anak itu yang mengangguk dan menatap Matt.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku..."
Matt tertawa pelan mendengarnya dan menunjuk pada Happy yang tampak sangat shock hingga terlihat melamun melihat bangkai motornya yang tergeletak disana. Baru saja anak itu akan mendekat saat suara Tony menggelegar terdengar disana.
"APA MAKSUDMU WAKTU PENGHANCURAN DIPERCEPAT?!"
.
.
Banner yang menerima telpon itu tampak berada di depan laptop darurat yang ada di dalam menara. Yang lainnya tampak sudah duduk didekat sana, tidak ada yang bisa dilakukan. Karena kaca menara Avengers terlalu kuat bahkan untuk dihancurkan oleh Steve dengan perisainya.
"Aku terus mencoba untuk merentas Jarvis dengan berbagai cara Tony. Dan saat waktu menunjukkan 30 menit sebelum kehancuran, hitungan mundur perlahan lebih cepat daripada sebelumnya," Bruce tampak berbicara sambil mengetik laptop di depannya.
Penghancuran otomatis akan dilakukan dalam 5 menit lagi.
"Kau bercanda?! Lakukan sesuatu, aku akan mencoba membantumu dari sini!" Suara Tony tampak panik, namun Bruce hanya menghela napasnya.
"Tony," ia tampak diam, menghentikan ketikannya, "tidak ada yang bisa kita lakukan..."
"Tidak akan tahu jika kita tidak mencobanya. Aku pencipta Jarvis dan aku akan bisa merentasnya," Steve mendengar suara Tony yang tampak panik, namun segera mengambil handphone dari Bruce.
"Tony..."
.
.
"Steve? Steve, kumohon katakan kalau kau akan baik-baik saja," Tony tampak merasa napasnya semakin cepat dan jantungnya berdetak terlalu cepat. Ia terserang serangan panik. Dan itu sangat mendasar saat ia mendengar apa yang terjadi di markas itu, "Steve... kumohon..."
"Maafkan aku Tony..."
"Kau sudah berjanji padaku. Kau mengatakan kau akan baik-baik saja bukan?!" Ia bahkan tidak peduli apakah orang-orang disekitarnya mulai memperhatikannya. Ia merasa matanya panas. Untuk kali pertama, ia ingin percaya adanya keajaiban dan tuhan. Ia berharap ada sesuatu yang bisa ia lakukan, "Steve..."
Satu menit sebelum penghancuran otomatis
"Tony... dengar aku. Dengar aku sayang, kau akan baik-baik saja."
"Tidak tanpamu. Aku tidak akan bisa melakukannya Steve, aku sudah kehilangan Peter dan aku akan kehilanganmu," Tony terisak, tampak menghantam keyboard laptop di pangkuannya.
"Tenang saja, percayalah. Kau bisa melakukannya. Kau orang yang kuat dan aku tahu itu," Tony ingin menertawakan takdir. Tony ingin menertawakan Steve yang masih mencoba untuk menenangkannya meski saat ini pria itu yang berada dalam bahaya. Apa yang ia perbuat hingga ia harus kehilangan semua orang yang berharga untuknya.
Sepuluh detik sebelum kehancuran
"Steve, Steve katakan sesuatu. Katakan kau baik-baik saja," Tony mendengar hitungan dari Jarvis dan semakin panik. Pepper mencoba untuk menenangkannya, dan ia mendengar sambungan telpon itu, "Steve?"
"Aku mencintaimu Tony..."
5
4
3
2
1
"STEVE!"
To be Continue
Satu hal yang susah ditulis di bagian ini adalah hand combat Matt sama Hydra 😂😂😂 aduh, karena saya nonton Daredevil itu scene berantemnya kompleks banget, setara sama battlenya Steve sama Bucky di Winter Soldier. Dan itu susah dideskripsiin 😂😂😂
Maaf kalau battlenya jadi terkesan aneh 😦😦😦
Nasib Steve dan yang lainnya? Saya akan biarkan kalian berimajinasi di komen sebelum bagian selanjutnya saya tulis 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top