28. Don't Sleep
Satu hal terakhir yang ia ingat sebelum kegelapan menguasainya saat itu adalah bagaimana Ultron menyentuhkan tongkat milik adik dari Thor di dadanya. Dan kegelapan begitu saja menyelimutinya.
"Siapa aku?"
Ia bisa melihat anak kecil di dekatnya meringkuk, usianya tidak lebih dari 2 tahun, ia menatap seluruh orang dewasa disana yang mengelilinginya dan tampak menatapnya dengan tatapan mengintimidasi yang tentu membuat anak itu takut.
"Kau tidak memerlukan nama. Kau adalah eksperimen Gamma. Kau adalah 'benda', 'senjata', kau tidak pantas mendapatkan sebuah nama," tentu anak itu tidak mengerti. Ia hanya menatap kearah orang-orang itu dan hanya menggigit bibir bawahnya dan terisak. Rasa takut terlalu menguasainya meski ia tahu apa yang terjadi ketika terakhir kali ia menangis di depan mereka.
"BENDA TIDAK BISA MENANGIS!" tendangan itu beruntun didapatkan oleh tubuh kecil yang meringkuk kala itu. Peter tidak pernah melihat dirinya saat kecil, namun ia juga tidak akan salah melihat anak itu.
Itu adalah dirinya.
.
.
"Peter, kau bisa mendengarku? Pete?" entah sudah berapa lama ia mencoba untuk menyadarkan Peter. Tony dan Steve segera memintanya untuk tetap disana dan melihat keadaan Peter. Mereka takut Peter akan kembali menghilang meski mereka bahkan tidak tahu apa rencana Ultron untuk meninggalkannya. Namun, Clint bahkan tidak tahu bagaimana dan apa yang harus ia lakukan karena Peter tampak kacau.
Ia ketakutan dengan hal yang bahkan tidak bisa ia lihat.
Ia mencoba mengguncangkan tubuhnya, ia menampar sedikit keras karena ia melihat iris mata Peter yang menandakan ia terpengaruh Mind Stone, dan jika ada satu orang yang tahu cara membebaskannya, salah satunya adalah Clint dan Natasha. Namun, berbeda dengan saat ia terpengaruh oleh Loki, Peter tidak begitu saja tersadar. Pandangan matanya tetap kosong kala itu.
"Clint."
Clint menoleh dan menghela napas melihat Steve dan yang lainnya termasuk Bruce yang tidak sadarkan sudah kembali.
"Ia sama sekali tidak merespon. Aku mencoba untuk membangunkannya dengan tepukan keras, namun ia sama sekali tidak merespon ataupun sadar sepertiku dulu," Clint tampak terlihat putus asa dan berdiri dari posisinya. Membiarkan Steve membawa Peter dan Tony yang mengikuti mereka.
"Bagaimana keadaan Bruce?"
Natasha hanya menggeleng dan Clint menghela napas panjang. Natasha sendiri juga tampak tidak dalam keadaannya yang baik.
"Aku akan mengemudikannya."
.
.
"Kenapa kita harus meninggalkannya?"
"Karena ini adalah bagian dari rencana kita," Ultron menatap Pietro yang sebenarnya sama sekali tidak setuju untuk meninggalkan Peter. Ultron dan Wanda merencanakan sesuatu saat ia tidak ada, hingga saat ia akan kembali mereka berdua mengubah tempat pertemuan bahkan tidak ada Peter bersama dengan mereka, "kau ingin menghancurkan Stark, maka kau tidak bisa bertanya lagi."
Pietro tampak mengeratkan kepalan tangannya, Wanda sendiri tampak seolah merasa bersalah sejak melihat ingatan Peter, namun rasa cemburu dan balas dendam pada Tony membuatnya hanya diam dan menatap Pietro.
"Kau tidak melakukan apapun padanya bukan Wanda?"
"Kenapa kau begitu peduli dengannya," Wanda hanya menatap kearah Pietro yang tersentak mendengar itu. Wanda tidak pernah melihat bagaimana sisi dari Peter yang sangat kelam, ia tidak pernah melihat anak itu mencoba untuk membunuh dirinya sendiri. Siapapun juga, tidak perlu melakukan hal itu bahkan didalam lubuk hatinya, Tony yang ia benci juga tidak harus memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Dan akhirnya, Pietro bahkan tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Wanda.
.
.
"Tembak."
Anak itu tampak terlihat takut. Tidak, saat ini, Peter bahkan seolah berganti posisi dengan dirinya saat kecil. Semua ini terlihat dan terasa nyata, dinginnya pistol di tangannya. Namun, ia sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Hanya mata dan juga sensasi sentuhan.
Satu tembakan, dua, tiga tembakan.
Target tampak mengenai dengan tepat.
Satu hal yang membuat Peter sedikit heran saat menjadi seorang Spiderman sejak awal begitu juga dengan Andrew. Bidikannya memiliki akurasi yang terlalu hebat untuk seseorang yang baru pertama kali menggunakan senjata jarak jauh.
Target karung berisi beras itu berubah menjadi seseorang yang gemetar dan kepala yang ditutupi oleh sebuah karung kosong. Ia bisa mendengar orang itu menggerutu, tampak ketakutan dengan suara yang gemetar.
"Ku-kumohon, aku tidak bermaksud untuk membocorkan rahasia HYDRA. Me-mereka mengancamku dan keluargaku..."
Orang-orang itu sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya, menarik karung itu dengan kasar menunjukkan seorang pria dengan wajah babak belur. Meskipun orang itu meminta maaf berulang kali, mereka hanya berbalik dan menghampiri Peter, memberikan pistol dan menggenggamkannya ke tangan kanannya.
"Shoot him."
Tidak...
BANG!
"Lagi."
Hentikan...
BANG! BANG!
"Lagi."
HENTIKAN!
BANG! BANG! BANG!
.
.
"TIDAK!"
Semua anggota Avengers tampak tersentak saat malam mereka kabur menggunakan Quinjet setelah peristiwa di kota yang disebabkan oleh Hulk. Peter tampak bergerak tidak nyaman, keadaannya masih dalam kondisi delirium atau tidak sadar sepenuhnya.
Steve segera menghampiri begitu juga dengan Tony.
"Kumohon hentikan! HENTIKAN!"
Steve mencoba untuk menahan tubuh Peter yang memberontak dan menjatuhkan semua benda yang ada disekelilingnya. Steve sedikit kaget bagaimana kekuatan Peter yang membuatnya sedikit kewalahan. Tony memegang pipi Peter, tampak menepuknya dengan lembut.
"Pete, hei Peter. Buka matamu Peter, dad dan pops ada disini," Peter tampak menutup matanya erat, menggeleng pelan dan tampak masih tidak sadar sepenuhnya, "Peter!"
"Dad," Peter tampak menoleh kearah Tony, mencengkram lengan Tony dengan sangat erat, "dad, pops! Kumohon, hentikan ini!"
Tony hanya memegang Peter dan menatapnya heran. Ia menoleh pada Steve dengan tatapan cemas. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada Peter, ia tidak terluka sama sekali secara fisik.
"Aku tidak ingin melihatnya, kumohon aku tidak ingin melihatnya dad! Itu mengerikan," Peter mencengkram lengan Tony.
"Peter, apa yang kau lihat? Katakan apa yang kau lihat," Steve tampak mengusap kepala Peter yang wajahnya sudah basah karena air mata.
"A-aku melihat sebuah ruangan. Semuanya gelap, a-aku tidak mengerti apa yang kulakukan. Aku tidak bisa bergerak ataupun melakukan apapun. Mereka mengikatku, mereka mencoba untuk menyiksaku dad. Mereka membuatku membunuh banyak orang!"
Semua anggota Avengers tampak saling bertatapan, mulai mengerti apa yang terjadi. Peter melihat ingatannya yang dihilangkan oleh Charles. Apapun yang dilakukan Ultron dan juga si kembar itu, Peter melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.
"Itu hanya mimpi Peter, lihat. Tidak ada yang kau lihat tadi," Peter tampak mencoba untuk menenangkan dirinya, ia tampak sedikit tenang mendengar apa yang dikatakan oleh Steve.
"Beristirahatlah. Kami akan membangunkanmu saat kita tiba."
"...mana?" Peter bergumam, tampak masih mengeratkan pegangannya pada lengan baju dari Tony dan Steve.
"Pamanmu Clint yang mengetahuinya," Steve menatap kearah Clint yang tampak mengacungkan jempolnya. Steve tersenyum, akan bergerak dari posisinya saat Peter mengeratkan pegangannya.
"Tetaplah disini pops," Peter mengerutkan dahinya, menutup matanya namun tidak tertidur. Ia terlalu takut untuk terlelap, ia tidak ingin melihat apapun yang tadi ia lihat. Tony tampak menatap Peter sebelum ia berdiri dan berjalan menghampiri Clint.
"Butuh kuganti?"
"Tidak perlu, Peter lebih membutuhkanmu sekarang. Temani saja dia, lagipula hanya beberapa jam lagi sebelum kita sampai," Clint menggeleng dan tersenyum pada Tony.
"Beberapa jam darimana?"
"Rumah persembunyian."
.
.
"Dia adalah adikku, Laura Barton."
Clint mendaratkan pesawat di sebuah peternakan dan mengajak mereka masuk ke dalam. Disana tampak seorang perempuan hamil yang menyambut mereka dan Clint memperkenalkannya sebagai adiknya. Satu hal yang membuat semua Avengers tampak kaget, tidak ada yang mengetahui tentang hal itu selain Natasha.
"Kami tidak tahu tentang hal itu."
"SHIELD menyembunyikan keberadaan keluargaku terutama sejak kejadian beberapa bulan yang lalu," suara gaduh terdengar saat Clint mengatakan hal itu. Beberapa anak kecil tampak berlari dan menabrak Clint.
"Apakah kau membawa bibi Nat?"
Yang perempuan tampak menoleh dan Natasha yang dipanggil tampak segera tersenyum dan gadis kecil itu menabrak dan memeluknya dengan erat. Para pria selain Clint hanya menatap semuanya dengan tatapan bingung. Peter yang masih digendong oleh Steve hanya menatap dengan tatapan sayu dan wajah yang masih pucat.
"Apakah ia tidak apa Clint?" Laura menatap kearah Clint dengan tatapan khawatir sambil kemudian menatap kearah Peter.
"Ya, mereka membutuhkan tempat untuk menginap."
"Kamar kita tidak akan cukup, apakah mereka tidak keberatan untuk berbagi?" Laura tampaknya sedikit ragu namun semua yang mendengar hanya mengangguk.
"Aku dan Tony akan berada satu kamar saja dengan Peter," Steve tahu Tony masih khawatir dengan keadaan Peter sama seperti ia juga khawatir dengannya. Dan Peter yang mengeratkan pegangan di pakaian Steve sudah cukup untuk menandakan ia menginginkan tetap bersama kedua orang tuanya.
"Aku akan pergi ke sebuah tempat dulu," semuanya menoleh kearah Thor yang tampak berbicara seperti itu, "aku mendapatkan sebuah penglihatan, tetapi aku tidak begitu mengingatnya dengan jelas."
Thor tampak tersenyum bersalah sebelum berbalik dan meninggalkan tempat itu menggunakan palunya terbang menuju ke atas.
.
.
Satu minggu mereka berada di peternakan itu. Membantu semua pekerjaan yang bisa mereka lakukan, dan Clint mencoba menahan Peter yang ingin membantu dengan kondisinya yang sekarang. Peter sama sekali tidak tidur selama itu dengan nyenyak karena penglihatan yang menunjukkan kenangan tentang dirinya saat berada di markas HYDRA. Para anggota HYDRA menyuruhnya untuk menyiksa para penghianat ataupun orang-orang yang ditangkap HYDRA.
Mereka tidak sering menyuruhnya membunuh orang lain, membakarnya hingga tidak bersisa. Mereka tetap melakukan hukuman padanya setiap ada sesuatu yang salah dengannya. Hukuman listrik, cambuk, atau yang teringan adalah tidak makan selama 1 minggu lamanya. Ia tidak mengerti bagaimana ia bisa bertahan, karena meski ia merasa itu adalah mimpi, namun itu juga terasa nyata.
Dan ia selalu berteriak setiap mimpi itu berakhir hingga membuat ia merasa bersalah karena sudah mengganggu yang lainnya. Ia memutuskan untuk tidak tidur meskipun semuanya memaklumi keadaannya dan menyuruhnya untuk beristirahat.
Seperti pagi itu, ia yang tidak sengaja tertidur selama beberapa saat terbangun dengan keringat yang bercucuran. Ia menoleh pada kamar yang ditempati olehnya dan kedua ayahnya, kosong.
"D-dad? Pops," ia tampak berdiri, berjalan menuju kearah luar kamar sebelum menabrak salah satu keponakan dari Clint yang laki-laki. Jika tidak salah, namanya adalah Copper.
"Apakah kau mencari Mr. Captain America dan Iron Man?" Copper bertanya dengan nada polos dan Peter hanya mengangguk, "Mr. Captain America sedang memotong kayu, dan Mr. Iron Man sedang berada di ladang kami untuk membenahi traktor. Walau kukira kemarin masih bisa digunakan dengan baik..."
Copper bergumam, Peter hanya mengangguk dan bergumam terima kasih sebelum ia berjalan dan menuju ke ladang, memutuskan untuk pergi ke tempat Tony.
"Aku bukan direktur lagi Stark," ia segera bersembunyi saat mendengar suara ayahnya sedang berbicara dengan seseorang saat itu yang ia lihat adalah Nick, "aku hanya seorang pria tua yang sangat peduli padamu."
"Dan aku adalah seseorang yang akan membunuh Avengers. Aku melihatnya, dan aku tidak memberitahukannya pada mereka. Bagaimana bisa aku mengatakannya? Aku melihat mereka mati Nick, seluruh dunia juga, dan itu semua karena aku. Aku tidak siap untuk itu Nick..."
"Gadis itu bermain dengan pikiranmu Stark," Nick mencoba untuk memberikan alasan pada Tony, "dan kau masih trauma karena kejadian Andrew."
"Ini bukanlah sebuah trik Nick. Seperti halnya Peter yang mendapatkan penglihatan tentang masa lalunya yang seharusnya tidak ia ingat, aku ditunjukkan masa depan oleh kekuatan gadis itu," Tony tampak kacau, sementara Peter tampak mengerutkan dahinya mencerna perkataan dari ayahnya.
'Ingatan?'
"Aku sudah melihat anakku mati Nick. Dan aku melihat keluargaku tewas. Jika kau mengatakan itu yang terburuk, maka kau salah besar..."
"Yang terburuk adalah," Nick menatap Tony yang memegangi tangannya yang gemetar, "kau tidak tewas."
.
.
Tom tidak ingat apapun sebelum semuanya gelap dan bahkan tidak ada suara sedikitpun. Ia hanya ingat bagaimana saat ia sadar setelah ia babak belur karena Ultron, sebuah tongkat yang dibawa pamannya Thor menyentuh dadanya dan semuanya menjadi sangat buram. Ia ingat beberapa hal, namun kebanyakan tidak bisa ia ingat sama sekali.
Ia tidak sadar, tidak tahu sejak kapan ia memegang sebuah senjata. Seseorang berdiri di belakangnya baru memberikan senapan itu padanya. Ia berada di sebuah ruangan remang-remang, namun ia masih bisa melihat semuanya. Ia melihat dua orang tampak berdiri di dekat sana.
Sangat familiar.
Pamannya Clint, dan...
...Andrew?
"Shoot him."
Matanya membulat, ia tidak bisa mengendalikan tangannya yang sudah bergerak dan menaikkan pistol di tangannya.
'Tidak. Tidaktidaktidak,'
BANG!
.
.
Matanya membulat sempurna, napasnya tidak karuan. Ia melihat pemandangan kamar tempatnya tidur, melihat sekeliling tidak menemukan kedua orang tuanya. Ia terisak pelan, dari seluruh mimpi buruk yang ia dapatkan, semua penyiksaan dan semua suruhan pembunuhan yang ia lakukan, ini adalah satu hal yang paling mengerikan.
"Seperti halnya Peter yang mendapatkan penglihatan tentang masa lalunya yang seharusnya tidak ia ingat."
Ingatan?
Apakah itu benar-benar ingatannya? Jika itu ingatannya apakah itu artinya apa yang ia lakukan pada orang-oranh itu benar-benar ia lakukan? Apakah itu artinya apa yang ia lakukan PADA ANDREW benar-benar ia lakukan? Oh god, oh god. Ia... ia sudah membunuh banyak orang, ia sudah membunuh keluarganya. Seseorang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri, bagian dari keluarga yang ia miliki.
"Peter, detak jantungmu sangat tinggi, apakah aku harus menghubungi Mr. Stark dan Mr. Rogers?"
"Tidak Karen..."
Kedua ayahnya, apa yang akan dikatakan kedua ayahnya jika mereka tahu ia yang membunuh Andrew. Mereka akan membencinya, mereka akan membuangnya dan mengutuknya seumur hidupnya. Akan lebih baik jika mereka membunuhnya, tetapi ia tidak akan bisa menghadapi tatapan benci, tatapan kecewa.
Ayahnya Tony sudah cukup ketakutan dengan kematian Andrew dan apa yang ia lihat dari kekuatan gadis itu. Ia tidak ingin semakin membebaninya dengan kenyataan jika ia adalah pembunuh yang sudah menewaskan anak sematawayang Tony dan Steve.
Dan bagaimana ia bisa menghadapi Andrew? Orang yang sudah ia bunuh?
Tubuhnya gemetar, rasa takut itu menguasainya dengan sangat cepat. Ia tidak pernah merasakan hal itu.
'Kenapa kau tidak membunuh dirimu sendiri saja?'
'Jika kau tidak bisa menghadapi rasa benci itu, kau hanya perlu mengakhirinya sebelum kau melihatnya.'
'Jika mereka mengetahuinya, tidak akan ada yang akan mencintaimu lagi.'
'Mereka akan membencimu seumur hidupmu.'
"Apa yang harus kulakukan," suaranya lirih, tubuhnya semakin gemetar hebat. Suara di kepalanya memberitahunya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Ia tidak bisa mengatakan apapun pada siapapun, ia takut untuk menghadapi apa yang akan mereka lakukan padanya saat mereka mengetahui semua itu, "apa yang harus kulakukan..."
...
"Seseorang, katakan padaku..."
To be Continue
Ga mau bikin Pietro jadi pelakor. Jadi Laura kujadiin adek Clint aja, suaminya? Nanti kujelasin :)
BTW kuharap penggambaran bagaimana Peter terpuruk cukup terasa, aku selalu berhati-hati menggunakan deskripsi untuk hal semacam ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top