14 - School & Uncle Fury

"Kid, aku hanya akan sampai sini. Kau tahu arah kesana bukan?"

Peter menoleh kearah Happy yang pada akhirnya menjadi supir dan pengawal pribadi dari Tony. Dan sekarang, berubah kembali menjadi supir yang mengantar dan menjemput Peter.

"Tentu Mr. Happy!"

"Dan karena ayahmu dua-duanya sedang dalam misi dan aku harus ikut dengan salah satunya, mulai pulang nanti bukan aku yang menjemputmu."

"Huh? Jadi siapa?"

Kemana?

Semuanya berawal dari beberapa hari yang lalu. Dimana Tony dan juga Steve menghampiri dan mengatakan sesuatu yang membuatnya berakhir di tempat ini.

.
.

"Mr. Stark? Mr. Rogers?" Sudah beberapa bulan sejak Peter tinggal dan diadopsi oleh Steve dan Tony, namun ia masih belum bisa memanggilnya dengan sebutan ayah atau papa. Keduanya tidak keberatan, makanya mereka tidak memaksa Peter untuk memanggil mereka seperti itu.

"Oh Peter, kami sudah membicarakan sesuatu dengan matang," Steve yang menyambut dan tampak menatap kearah Peter yang mendadak tampak gugup karena tidak tahu apa yang dimaksud.

'Apakah mereka tidak menginginkanku?'

'Apakah mereka akan mengusirku?'

'Oh tidak, sudah kuduga merasa sok pintar dengan membuat AI adalah ide yang buruk!'

Semua kemungkinan terburuk ia pikirkan, dan Peter hanya bisa menatap kedua orang tua angkatnya yang tidak melanjutkan perkataannya beberapa saat.

"Kami memutuskan untuk memperbolehkanmu keluar."

...

"Apa?"

"Aku yakin, tiga bulan di dalam menara tanpa boleh untuk keluar kemanapun pasti sangat membosankan untukmu. Kami kira, keadaan sudah cukup aman untukmu berpergian, namun tentu tidak terlalu bebas," Peter tampak berbinar mendengar itu, menatap Tony yang lanjut menjelaskan. Ia benar-benar menginginkan hal itu, namun ia tidak berani dan tidak ingin memintanya.

"Kau lihat bagaimana wajahnya?" Clint dan anggota Avengers lainnya yang berada disana hanya tertawa karena wajah shock dari Peter.

"Ini bahkan bukan berita terbaiknya," Steve tampak tertawa dan menatap Peter yang kembali bingung dan menatap keduanya, "kami akan memasukkanmu ke sekolah."

"SUNGGUH?!"

"Aku ingin memasukkanmu ke sekolah privat yang bagus, namun ayahmu ini mengatakan agar kau bisa merasakan sekolah umum yang biasa saja," Tony tampak menghela napas dan Steve memutar bola matanya, "aku sudah mengatur untukmu bisa masuk ke sekolah Midtown High School. Minggu depan kau bisa mulai bersekolah."

"Oh God! Terima kasih dad, pops!" Peter tampak tidak sadar sudah memanggil mereka seperti itu dan segera berlari memeluk mereka berdua. Sementara Steve dan Tony yang menyadari panggilan itu tampak saling bertatapan sebelum tersenyum.

"Tetapi kalau kau tidak keberatan, kami ingin kau menyembunyikan identitasmu sebagai anak kami Peter," Peter tampak diam, berpikir dan mengangguk. Ia tahu jika kedua orang tua angkatnya melakukan itu agar ia tidak dalam bahaya.

"Nama apa yang akan kugunakan saat di sekolah?"

.
.

"Namaku adalah Peter Benjamin Parker. Mulai sekarang aku akan bersekolah disini, salam kenal..."

Peter berdiri di depan kelas dan memperkenalkan diri. Ya, kedua orang tua angkatnya mengetahui nama aslinya dan memperbolehkannya untuk menggunakan nama aslinya dengan tambahan nama Peter di depannya.

"Baiklah Mr. Parker, senang bertemu denganmu. Kau bisa duduk di samping Mr. Leed," ia menoleh dan menemukan pemuda bertubuh gempal yang ada di salah satu sisi ruangan kelas. Ia mengangguk dan segera berjalan kearah yang dimaksud. Ia baru saja akan duduk, saat kursi yang ditempati tampak ditarik mundur hingga ia terjatuh.

Seisi kelas tampak tertawa, ia menoleh kearah belakang mejanya untuk menemukan pemuda berkulit tan yang tampak tersenyum miring padanya.

"Kau tidak apa-apa?" Pemuda gempal itu tampak segera mengulurkan tangannya dan membantunya berdiri.

"Oh, terima kasih," Peter tersenyum, sepertinya teman sebangkunya baik. Ia segera duduk di kursi kembali dan menghela napas, "namaku Peter, Peter Parker."

'Jika kau berkenalan, katakan senang berkenalan denganmu saat berkenalan dengan oramg lain.'

"Senang berkenalan denganmu," Peter tampak tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Ned, namaku Ned Leed."

.
.

"Parker, apakah kau sudah melihat lokermu?" Ned tampak menyapa saat mereka selesai dengan pelajaran dan sedang berada di jam istirahat.

"Oh, ah kau bisa memanggilku Peter saja Ned," karena di sekolah Xavier semua orang langsung memanggil namanya, ia tidak biasa dipanggil dengan nama keluarganya, "dan karena aku tadi sedikit kesiangan aku tidak sempat untuk melihat lokerku."

"Baiklah Peter, bagaimana kalau kuantarkan kalau kau tidak keberatan?"

"Tentu, kenapa aku keberatan?" Peter mengangguk dan berjalan mengambil beberapa barang yang bisa ia masukkan kedalam loker bersama dengan Ned.

.
.

"Kebetulan lokermu ada di dekatku," Ned tampak menunjuk lokernya saat Peter mendapatkan loker yang ia miliki. Peter hanya mengangguk dan tampak membuka lokernya dengan kunci yang ia dapatkan.

"Hei, nerd," saat Ned membuka pintu lokernya, pintu itu ditutup dengan kencang oleh seseorang. Dan saat ia menoleh, Flash sudah menghalanginya, "mencoba untuk mencari teman baru? Hanya orang aneh yang mau berteman dengan orang sepertimu kau tahu?"

"Jangan menggangguku Flash."

"Memang kau pikir aku akan berhenti jika aku menyuruhmu? Kurasa tidak, dan kau tidak bisa meninggikan nadamu padaku bodoh," Flash tampak menatap dengan tatapan mengejek kearah Ned yang hanya diam menghela napas, "bagaimana jika kuberi kau pelajaran seperti yang biasa kita lakukan?"

"Hei," Peter tampak mengerutkan dahinya dan tampak menatap Flash tidak suka, "kau tahu ia tidak suka kau melakukan itu bukan? Kenapa kau tetap melakukannya?"

"Lalu, apa masalahmu anak baru? Ini hanya antara aku dan si aneh ini, kau tidak usah ikut campur," Flash tampak menatap tajam kearah Peter yang tentu tidak terpengaruh dengan itu.

"Aku tidak mungkin membiarkanmu mengganggunya."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan? Menggantikannya dan kuganggu huh?" Flash tampak menjauh dari Ned yang mencoba menghentikan Flash, namun Peter tampak tidak mundur ataupun menarik ucapannya, "sebaiknya kau segera pergi atau kau benar-benar akan menggantikannya."

"Dan membiarkanmu mengganggunya? Kurasa tidak."

.
.

"Ow," Ned tampak memberikan sebuah kompres es pada Peter yang tampak memegangi matanya yang berubah menjadi gelap karena dipukul oleh Flash. Ia memang sempat menghindar, namun ia tidak cukup cepat untuk menghindari semua pukulan itu.

Dan ia tidak membalas karena ia selalu melihat 'keluarga'nya tidak pernah mau melukai orang biasa yang lebih lemah dari mereka.

"Maafkan aku. Aku sudah mengatakan jika kau bisa menolak jika kau keberatan kuantar."

"Tidak-tidak, lagipula saat kau sempat membuka lokermu aku melihat Puzzle Death Star sekilas. Kau suka drngan film itu?!" Peter tampak menggeleng dan melihat teman barunya itu.

"Kau bercanda?! Itu film terbagus yang kutonton! Aku punya kepingan puzzle death star itu yang berjumlah 2500 keping!"

"Whoaa! Pamanku membelikanku bulan lalu puzzle yang sama. Tetapi kukira itu berjumlah 4200 keping?" Peter ingat bagaimana Clint membelikannya sebuah set puzzle padanya. Namun, karena misi mereka semakin banyak ia tidak sempat untuk menyelesaikannya bersama Clint.

"Duuude kau tidak mengatakan tentang puzzle Death Star limited edition itu bukan?!" Ned tampak semakin bersemangat mengatakannya dan Peter dan Ned tampak berbincang beberapa hal seolah mereka adalah teman lama.

.
.

"Aku membuatkan catatan tentang pelajaran sebelum ini. Pasti menyebalkan karena kau harus menghadapi ujian kimia saat kau baru masuk," jam pulang selesai, dan Ned memberikan catatan karena besok mereka akan menjalani ujian pelajaran Kimia di kelas mereka. Sembari menunggu jemputan mereka tentu saja.

"Oh thanks Ned. Lain kali aku akan mengajakmu untuk merakit puzzle itu," Peter mengambil buku catatan itu dan mengangguk. Namun, mendadak saja seseorang menabrak mereka berdua yang ada di tepi jalan.

Siapa lagi kalau bukan Flash.

"Hei pasangan homo baru, jangan menghalangi jalanku!" Flash tampak mendorong Peter yang tampak hampir terjatuh. Ia menoleh dan menatap Flash dengan tatapan kesal, "ada apa? Kau mau protes?"

"Apa masalah--"

"Kenapa kau lama sekali brat?" Suara itu tampak membuat ketiganya menoleh dan melihat pria botak berkulit hitam dengan eyepatch di salah satu matanya. Nick Fury tampak berdiri di dekat mereka dan cukup mengintimidasi Flash dan Ned. Sebenarnya Peter juga, karena dibandingkan dengan kedua ayahnya dan paman serta bibinya, Nick terlihat mengintimidasinya seperti sekarang, "apakah ada masalah dengannya?"

"Ah tidak Mr. Fury, maaf menunggu lama, aku tidak tahu kau sudah tiba," Peter menggeleng dan tampak berjalan mendekati Fury. Pria itu masih menatap kearah Flash yang bergidik ngeri namun segera berbalik bersama Peter menuju mobil sedan hitamnya.

"Sampai jumpa lagi Ned!"

.
.

"Jadi, apakah matamu yang terlihat lebih parah dari mataku yang tertutup ini karena anak tadi?"

Nick berada di kursi mengemudi dan mengemudikan mobilnya sendiri. Peter sendiri duduk disampingnya dan refleks menutup matanya yang dipukul Flash dengan tangannya.

"Yah, jangan katakan pada dad dan pops Mr. Fury," Peter tampak mengatupkan tangannya seolah memohon padanya.

"Itu bukan urusanku. Kau ingin aku tidak mengatakannya, tentu tidak kukatakan. Jadi, beberapa minggu ini aku akan mengantar dan menjemputmu di sekolah. Jika aku terlambat, kau harus menunggu di dalam sekolah dan jangan berbicara dengan orang asing," Peter mengangguk-angguk, ingat bagaimana kedua ayah angkatnya mengatakan jika ia masih harus dikawal dengan ketat. Ia tidak tahu kenapa ia harus dikawal seperti itu, namun ia hanya bisa menurutinya.

"Hei Mr. Fury, apa ini?" Ia tampaknya cukup bosan mendengar perkataan dari Fury dan menekan tombol yang ada di dekatnya.

"HEI JANGAN TEKAN SEMBARANGAN!"

Sebuah senjata muncul di kap depan mobil.

"Whoaa," matanya berbinar begitu saja saat melihat itu sementara Nick segera menekan tombol dimana senjata itu kembali masuk kedalam kap depan mobil, "lalu tombol ini?"

"Hei! Kau bisa membunuh seseorang kalau kau sembarangan menekan tombol disini," Nick tampak menepis tangan Peter dan tampak melirik pada pemuda itu yang tampak sedikit murung dan merasa bersalah karena membuat Nick marah dan kesal.

Ia menghela napas, tidak mengerti kenapa ia menjadi lunak hanya karena wajah itu.

"Kau bisa menekan tombol ini," ia menunjuk tombol di dekatnya. Peter yang mendengar itu tampak berbinar dan menatap kearah Nick dan tombol itu.

"Tombol apa ini?!" Peter menekannya--

"Whiper mobil."

--dan whiper mobil menyala di depan mereka membuat Peter speechless dibuatnya.

.
.

Steve tidak pernah mengerti apa yang dipikirkan oleh Nick. Saat ia menjalankan misi bersama Natasha, ia mendapati jika Natasha mendapatkan misi lain dari Nick hingga membuat misi mereka hampir gagal.

"Kau terlihat kusut," suara itu membuatnya menoleh dan menemukan pemuda berkulit gelap yang menepuk pundaknya. Sam Wilson, teman lari paginya yang baru saja selesai memimpin sesi terapi untuk para mantan tentara.

"Hanya sedikit masalah dengan misi. Nick menyuruhku untuk ikut dalam terapi yang kau pimpin," Steve menghela napas dan tersenyum tipis, "kau terlihat sangat menikmati pekerjaanmu saat ini."

"Tentu, tidak ada yang lebih baik daripada hidup jauh dari peperangan dan juga membantu orang lain," Sam tertawa dan mengangkat bahunya, "lagipula, kurasa ini membuatku tidak terlalu merasa bersalah dengan apa yang terjadi saat aku masih di medan perang."

"Apakah kau kehilangan seseorang?"

"Rekanku sesama penerbang," Sam tampak menghela napas dan menatap kearah Steve, "ia tertembak saat patroli malam. Dimana semua mengira keadaan aman dan bahkan aku yang berada diatasnya juga mengira semua akan berjalan lancar seperti biasa. Namun, mendadak ia ditembaki dan aku hanya bisa melihatnya meledak tanpa melakukan apapun."

...

"Kau juga merasakannya bukan? Dan sekarang, ada rasa takut akan kehilangan seseorang kembali yang lebih berharga," dan Steve hanya bisa diam mendengarnya, karena apa yang dikatakan oleh Sam benar adanya. Karena sekarang, Peter dan Tony adalah hal berharga yang akan ia lindungi dengan cara apapun.

Dan ia tidak ingin kehilangan kembali seperti saat ia kehilangan Andrew tanpa bisa melakukan apapun.

.
.

"Apakah pops baik-baik saja paman Fury?"

Peter menoleh pada Fury yang mengemudikan mobil. Semenjak Steve menjalankan misi dengan Natasha, dan Tony berada diluar negeri bersama dengan Happy, Peter diantar dan jemput oleh Fury yang entah sejak kapan dipanggil sebagai paman. Baginya, Fury yang pada awalnya menakutkan ternyata terlihat cukup keren dengan bebera0a teknologi dan cerita yang sering diceritakan oleh Fury tentang kedua ayahnya ataupun keluarganya.

"Ya, misinya juga selesai. Besok aku tidak perlu menjemputmu lagi brat," ia terdengar kesal, namun Peter bisa mengerti jika pria itu tetap peduli padanya, "kudengar kau ada ujian hari ini. Bagaimana kau mengerjakannya?"

"Lebih mudah daripada yang diajarkan oleh dad."

"Aku ragu ia mengajarimu pelajaran tingkat SMA," Fury tampak menghela napas dan melihat kaca spion depan.

"Ada apa paman?"

...

Fury tidak menjawab, dan menghentikan mobil di lampu merah. Peter melihat sekeliling, dan pandangannya tertuju pada mobil polisi yang ada di samping mobil Fury. Dua orang polisi tampak melihat kearah mereka, dan Peter hanya tersenyum.

"Peter. Stay away," Fury tampak menyadari sesuatu yang aneh, Peter sendiri tampak mengerutkan dahinya dan tampak mengangguk patuh. Ia segera mundur dan menutup kaca mobil yang ia buka tadi. Kedua polisi itu tampak menjalankan mobil, namun secara tiba-tiba berhenti dan mobil di belakang mereka menabrakkan diri. Belum sampai disana, mobil di sebelah kiri tampak menabrak bagian dimana Peter duduk dan mobil depannya mundur menabrak mobil Fury begitu juga dengan mobil sebelah kanannya.

Mereka terkepung dari 4 arah.

"A-ada apa?!" Peter memegangi kepalanya yang tampak terkena dampak dari benturan itu.

"Kencangkan sabuk pengamanmu Peter!" Fury mengambil obat bius di dalam dashboard mobil, memberikannya pada Peter karena luka di kepalanya, "suntikkan ini di lenganmu."

"Itu obat? Tetapi kau bahkan patah lengan!" Peter mengambil obat itu dan menusukkannya pada Fury. Baik Peter maupun Fury tampak melihat sekeliling saat semua orang tampak membidik kearah mereka, "uh... aku tidak ingin terdengar tidak sopan, tetapi apakah kau melakukan sesuatu yang melanggar hukum paman?"

"Tidak yang sampai membuat mereka akan menembakku," Fury menghela napas dan tampak menatap Peter, "mundurkan kursimu dan berlindung di belakang."

"Huh--" sebelum Peter bisa merespon, mereka sudah menghujani mobil dengan tembakan. Ia bisa melihat pertahanan mobil yang tinggal 1% dan Fury tampak memunculkan sebuah senjata dan menembaki orang-orang disana. Segera, saat mereka bisa terbebas dari empat mobil yang menghimpit, ia segera menancapkan gas, "--paman Fury, aku akan memegang senjatanya!"

"Ini bukan mainan Peter, dan sudah kubilang berlindung!" Fury tampak mencoba menghentikannya, namun ia terlalu sibuk dengan konsentrasi jalanan didepan. Peter segera mengambil senjata mesin itu, dan menembakkannya pada sekelilingnya. Terlalu tenang untuk seseorang seumuran Peter dan yang (menurut mereka) tidak pernah menggunakan senjata.

"Paman Fury, didepan!" Fury melihat kearah depan untuk melihat seseorang berdiri di tengah jalan. Orang itu tampak tidak bergerak, berambut cokelat gelap sedikit panjang dan tangan kiri yang terlihat seperti sebuah tangan besi. Ia tampak bergerak menggelindingkan sesuatu, ke bawah mobil Fury.

"Peter!" Fury segera melindungi Peter saat sebuah ledakan menggulingkan mobil mereka hingga terbalik. Mereka berdua masih sadar, namun Fury melihat orang itu tampak mendekat. Peter segera membuat lubang di bagian atap mobil yang terbalik.

"Kau tidak apa paman Fury?!"

"Pergi sekarang. Bawa ini dan pergi dari sini. Jangan percaya pada siapapun selain ayahmu," Peter mengambil sesuatu yang diserahkan oleh Fury. Sebuah flash disk kecil dan juga sebuah pistol kecil disana. Sebelum Peter bisa mengatakan apapun, Fury segera mendorongnya hingga jatuh ke lubang yang dibuat oleh Fury. Sebelum Fury bisa melakukan dan bergerak kemanapun, pria itu sudah berada di depan mobil. Mengenakan masker yang menutupi wajahnya, dan membawa senapan di tangannya.

"Dimana benda itu dan anak itu?"

"Kau tidak berpikir aku akan mengatakannya padamu bukan? Son of bitch."

...

"Kalau begitu," ia mengulurkan senjatanya kearah Fury, "matilah."

.
.

Steve menghela napas, lelah dengan misi yang baru saja ia selesaikan dan pergi menuju ke menara Avengers. Ia hanya ingin pulang dan bertemu dengan Peter. Sejak pertama kali ia masuk sekolah, Steve tidak bisa mendampinginya dan ia ingin Peter menceritakan semua hal yang ia dapatkan di sekolah.

"Kau sudah kembali?"

Steve menoleh dan melihat Tony yang berada di dapur sedang menyeduh kopi. Tony sendiri juga mendapatkan misi dari Nick dan pekerjaan di perusahaan Stark yang membuat mereka harus meninggalkan Peter sendirian lagi.

"Ya, baru saja. Kau juga sudah selesai?"

"Ya," Tony tampak meletakkan kopinya di meja dan berjalan mendekap Steve dan menghela napas lega, "sangat melelahkan."

"Hei, aku berkeringat--"

"Tidak apa," Tony tampak menutup matanya dan tampak menenangkan dirinya dalam dekapan Steve yang membalas dekapannya, "ini sudah jamnya seharusnya Peter kembali setelah dijemput oleh Fury..."

"Sir, Mr. Murdock datang dan ingin bertemu dengan anda. Beliau bersama dengan Peter."

Steve dan Tony mengerutkan dahinya, saling bertatapan. Mereka hanya tahu Nick yang mengatur pulang pergi Peter ke sekolah. Tetapi bagaimana bisa Peter bersama dengan Matt?

DING

Suara lift terdengar, dan terbuka begitu saja.

"Kurasa aku selalu menemukannya disaat yang tidak tepat."

Suara itu tampak membuat Steve dan Tony tersentak. Mereka bahkan tidak bergerak sama sekali, saat mereka melihat bagaimana Matt membawa Peter di punggungnya dalam keadaan terluka. Mereka bisa melihat darah mengalir menetes dari punggung Matt yang berasal dari Peter, dan bagaimana luka di kepala dan tubuhnya tampak membuat semua terlihat lebih buruk.

"Dad... pops..."

Dan yang ada didalam pikiran mereka hanyalah sebuah kilas balik, saat Andrew sekarat di tangan mereka. Dimana Andrew terluka, dan mereka sama sekali tidak bisa melakukan apapun.

Dan Peter, merasa kesadarannya menurun, dan menutup matanya saat melihat kedua orang tuanya dan berkata--

"I'm sorry..."

To be Continue

*kabur sebelum dihajar para pengidap PTSD karena Infinity War*

BTW sebelum ada yang nimpuk, saya cuma mau bilang. Gimana Matt bisa nemuin Peter, itu bakal diceritain di bagian selanjutnya.

Oke, saatnya cabut.

*kabur*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top