0. Nightmare
"STEVE! TONY!"
Suara Clint yang tidak biasa terdengar panik dan menggema membuat kedua superhero yang sedang bertarung dengan para musuh disekelilingnya berbalik.
"Bertahanlah Peter, kau harus tetap sadar... kedua ayahmu datang. Kau dengar aku?"
Tony yang pertama mencapai tempat dimana Clint berada. Ia tahu jika Clint yang selalu tenang dan santai menjadi panik, ada sesuatu yang terjadi. Dan itu sangat buruk.
"Dad..."
Namun ia tidak pernah menyangka keadaannya akan seburuk ini. Ia bisa melihat pemuda berseragam spandex merah yang tampak berlumuran darah.
"Peter!"
Suara Steve tampak seolah jauh, bahkan meski kemungkinannya Steve segera berjongkok dan menahan tubuh remaja itu yang begitu saja terjatuh dipelukan sang Kapten, "Peter kau dengar aku? Tetap fokus padaku Peter, kau akan baik-baik saja."
Ia melihat lubang menganga yang menyebabkan luka tembus pada bagian dada kirinya.
"Maaf pops... a--aku ceroboh," ia bisa merasakan bagaimana pemuda itu bahkan kewalahan hanya untuk bernapas. Seharusnya ia setuju pada Steve untuk tidak memperbolehkannya ikut dalam misi ini. Seharusnya ia tidak begitu saja mengiyakan saat Peter memintanya untuk membujuk Steve yang melarangnya keras untuk ikut. Spiderman harusnya hanya menjadi pahlawan kota. Hydra terlalu kompleks untuk dilawan oleh Peter bahkan sebagai seorang Spiderman.
"Dad..."
"Aku disini Peter, tetaplah fokus padaku dan ayahmu," Tony menggenggam tangan anaknya, "...Bruce. BANNER!"
Suara Tony menggema, ia melihat Hulk yang masih menyerang para musuh. Banner tidak akan bisa muncul dengan segera. Mereka tidak akan sempat untuk membawanya ke rumah sakit. Peter tidak akan...
Tidak...
Peter akan selamat.
"Kita harus menghentikan pendarahannya. Jarvis bantu aku. Berikan protokol pertolongan pertama untuk kondisi Peter," ia mencoba untuk tenang, namun suaranya bergetar menghianatinya. Ia bisa melihat Peter mencoba untuk tetap sadar. Ia mencoba untuk tetap berbicara pada Steve yang memangku kepalanya. Terus mengajaknya berbicara, sementara Clint menyerang beberapa musuh yang mendekati mereka dibantu Hulk dan juga Natasha.
"Paru-paru kanan Peter hancur karena peluru kaliber besar yang mengenainya dalam jarak dekat. Napasnya tidak teratur dan detak jantungnya melemah. Pembuluh darah arterinya dipastikan terputus dan suhu tubuhnya menurun drastis," Tony tidak pernah sebelumnya mempermasalahkan bagaimana suara Jarvis yang monoton setiap berbicara dengannya, "tekanan darah semakin tidak terukur. Tidak ditemukan penanganan awal untuk menyelamatkan kondisi Peter, Mr. Stark."
Namun untuk kali ini...
"Detak jantungnya akan berhenti dalam kurang dari 10 menit lagi Mr. Stark."
...mendengar vonis kematian anak sematawayangnya seolah menjatuhkannya dari ketinggian ratusan ribu meter dan membuatnya terhempas ke tanah.
Heck! Ia bahkan merasa itu lebih baik daripada apa yang ia hadapi saat ini.
"Dad... dad..." ia bahkan tidak sadar saat Peter memanggilnya. Ia segera tersentak, dan menatap kearah iris mata anaknya yang semakin tidak fokus padanya, "aku tidak bisa melihatmu dengan jelas Dad..."
"Aku disini Peter..."
"Aku tidak bisa melihatmu... aku merasa dingin..."
"Kau akan baik-baik saja Peter. Kau dengar aku? Semua akan baik-baik saja dan kita akan pulang. Aku bahkan akan memberikanmu izin untuk pergi berkencan dengan Wilson. Kau dengar aku?" Tony semakin menggenggam erat tangan anaknya. Ia bahkan tidak peduli jika Peter meminta izin untuk membawa Wade Wilson kerumahnya. Ia tidak akan melarangnya untuk berhubungan dengan kekasihnya itu lagi.
"Wade... Wade ia membutuhkanku dad, aku tidak... aku tidak bisa meninggalkannya sekarang. Kumohon dad... pops..." ia mencoba mengatur napasnya. Tony tahu jika Peter kewalahan. Ia kesakitan, dan itu membuatnya semakin panik dan juga sedih. Ia tidak ingin Peter pergi darinya, namun melihatnya seperti sekarang hanya membuat hatinya lebih hancur, "aku tidak bisa pergi sekarang..."
Saat Steve dan yang lain mencoba untuk mempertahankan kesadarannya, ia tahu Peter tetap bertahan hanya karena mereka. Dan juga Wade.
...
"Baiklah... kau tidak akan kemana-mana Peter," ia tidak menyangka suaranya akan lebih tenang daripada yang ia duga. Bibirnya tertarik menyunggingkan senyuman, tangannya bergerak mengusap kepala anaknya itu, "tenang saja. Kau akan baik-baik saja Peter. Tidurlah, aku akan membangunkanmu jika kita pulang. Kau akan baik-baik saja..."
Ia harus melepaskannya...
Ia tahu jika Peter tertidur, ia tidak akan terbangun untuk kedua kalinya. Peter Rogers Stark akan pergi selamanya. Dan begitu juga dengan Spiderman.
'Maafkan aku...'
Peter hanya diam, ia tampak menatap nanar pada suara dari Tony. Tony tahu jika Peter tidak bisa melihatnya. Namun, untuk sesaat pemuda itu seolah bisa melihat apa yang ada dibalik senyuman itu, bisa melihat jika ia tidak akan bisa bangun lagi. Kedua orang tuanya tidak bisa melakukan apapun lagi.
"...maafkan aku. Dad... Pops... semuanya..."
Dan matanya tertutup.
"...Wade."
Dan dunia kembali mengambil hal yang berharga untuk Tony Stark.
.
.
Tony membuka matanya.
Hanya langit-langit ruangannya yang gelap yang terlihat saat itu. Ia menggerakkan lengannya, menutup bagian dahinya menyembunyikan kedua matanya. Ia menoleh kesebelah kanannya untuk menemukan Steve yang tertidur dengan sebelah tangan melingkar pada badannya.
Mimpi buruk?
Ia berharap seperti itu. Ia berharap jika apa yang ia lihat tadi hanyalah mimpi buruk, dan saat ia terbangun semua akan menjadi lebih baik. Steve akan memaksanya untuk bangun dan sarapan, bertemu dengan Peter Rogers Stark--anaknya--yang sudah bersiap untuk pergi ke tempat kuliahnya, berbincang tentang kerja sambilannya yang menurut Tony sangat tidak dibutuhkan.
Perlahan tidak ingin membangunkan Steve, ia beranjak dari tempat tidur. Ia bergerak menuju salah satu kamar yang berada di depan kamar mereka dan membukanya perlahan. Masih terus berharap jika ia akan melihat seseorang yang tertidur pulas disana. Ia masih bisa melihat pakaian yang tergantung tidak bergerak dari posisinya sejak 1 bulan yang lalu. Begitu juga dengan kostum Spiderman yang tampak rusak namun tergantung rapi di samping tempat tidurnya.
Anaknya tidak akan kembali. Anaknya dan Steve, satu-satunya yang paling berharga untuknya. Ia bahkan akan menukarkan semua yang ia miliki hanya untuk membuatnya kembali. Jika saja bisa ia lakukan.
"Tidak bisa tidur?" sepasang tangan melingkar memeluknya dari belakang. Ia tidak perlu melihat untuk mengetahui jika itu adalah kekasihnya--sang Kapten Amerika, Steve Rogers.
"Terbangun."
...
"Sudah satu bulan," Steve tidak perlu mengatakan hal lainnya untuk tahu apa yang ia maksud. Bukan hanya Tony, Steve juga masih merasa kehilangan anak sematawayangnya itu. Semua orang merasakannya meski tidak menunjukkannya secara gamblang.
"Tidak... kau bohong. PETER TIDAK MUNGKIN TEWAS! IA.... Ia menghubungiku sebelum misi itu. Bersemangat mengatakan kalau akhirnya ia bisa menjalankan misi dengan kalian! KENAPA KALIAN TIDAK BISA MELINDUNGINYA?!"
Wade yang tidak segan menunjukkan bagaimana ia terpukul atas kematian Peter. Lagipula, mereka sudah berpacaran sejak 5 tahun yang lalu. Meski Tony tidak pernah menyukainya, namun ia tahu bagaimana Wade sangat mencintai anaknya.
Dan setelah pemakaman Peter, ia menghilang dan tidak pernah muncul kembali.
"Ini semua salahku," Tony berbisik dan tampak menghela napas, "kau sudah memperingatkan jika itu adalah misi yang berbahaya. Dan aku tetap menurutinya."
"Tidak Tony, kau hanya menuruti apa yang ia inginkan selama ini. Tidak ada yang akan menyalahkanmu," Steve mengeratkan pelukannya, tampak membenamkan wajahnya diatas kepala Tony, "Peter tidak akan suka melihatmu seperti ini."
"Aku tahu..."
.
.
"Kau tahu jika kau dan Steve tidak perlu memaksakan diri kalian untuk datang dulu bukan?" Natasha melihat Steve dan Tony yang bergabung dengan mereka pagi harinya di markas SHIELD karena permintaan Nick Fury. Semua anggota Avengers yang ada disana juga menatap dengan tatapan khawatir namun membiarkan Natasha yang mengatakannya.
"Tidak apa. Lagipula Nick sendiri yang bilang jika hari ini ia hanya ingin menyampaikan sesuatu. Bukan misi yang berat," Steve tampak menjawabnya namun Tony hanya diam berjalan kearah salah satu ruangan di pesawat induk milik SHIELD itu. Mereka memiliki alasan untuk tidak berada di Menara terus menerus. Tempat itu akan selalu mengingatkan mereka jika Peter tidak akan pernah ada disana lagi menunggu mereka.
Tempat dimana Peter dibesarkan, tempat penuh kenangan yang sekarang terasa menyesakkan.
"Kalian datang. Ikut aku," Nick tampak sudah menunggu mereka saat pintu otomatis terbuka. Tidak ada yang berniat untuk bertanya, bahkan tidak Clint. Perjalanan mereka tampak sangat sepi tanpa ada siapapun yang berbicara.
"Aku mendengar kabar tentang anakmu Cap, Stark," sebelum Nick memecah keheningan perjalanan itu, "dan tentang identitasnya sebagai Spiderman. Dunia belum mengetahui jika Spiderman sudah tidak ada. Namun, media sudah mencium adanya sesuatu yang aneh terutama bagi para penduduk Queens yang sudah sangat mengenal Superhero mereka. Satu bulan tidak ada kabar dari Spiderman dan mereka sudah mencari sosok itu."
...
"Aku tidak memaksamu untuk memberitahu identitas sebenarnya Spiderman sebagai anak kalian atau siapa nama aslinya. Tetapi kita harus memberikan jawaban tentang apa yang terjadi pada Spiderman," Nick tampak membuka pintu di depannya dengan menggunakan kode. Pintu terbuka otomatis, beberapa orang berpakaian putih layaknya seorang dokter sudah menunggunya.
"Bagaimana keadaan anak itu?"
"Untuk sekarang kondisinya stabil. Kami mencoba memantau efek dari penelitian mereka pada anak itu namun hingga sekarang hasilnya nihil," Nick hanya menghela napas sementara yang lainnya tampak menatapnya bingung.
"Aku tidak akan menyalahkan kalian yang tidak mempertimbangkan korban selamat yang mungkin ditemukan karena kematian dari Spiderman. Saat kami menelusuri reruntuhan dari markas Hydra yang kalian hancurkan, kami menemukan seseorang yang terkurung dalam sebuah sangkar besi di dekat bagian penelitian Hydra," semuanya tampak membulatkan matanya. Mereka sampai pada pintu otomatis kedua yang segera dibuka oleh Nick Fury.
"Ia dalam keadaan sadar, namun hanya sedikit respon yang diberikannya," baik Steve ataupun anggota lainnya tampak berhenti saat Nick berhenti di depan sebuah dinding kaca yang menghubungkan ruangan tempat mereka berada dengan sebuah kamar. Seorang anak laki-laki berusia belasan itu tampak duduk sambil membaca buku yang ada dipangkuannya.
"Dia?"
"Kita tidak bisa menginterogasinya dengan bebas untuk sekarang karena ia masih terpapar sinar radioaktif dalam jangka waktu sangat lama. Kami harus memastikan jika ia aman," Nick memperhatikan beberapa dokter yang menyuntikkan obat pada anak itu. Steve dan Tony ingat bagaimana saat Peter mungkin seusia anak itu, ia akan menangis histeris saat disuntik.
Tetapi anak itu bahkan sama sekali tidak meringis dan hanya menatap dokter yang menyuntiknya.
"Itu adalah suntikan yang ke-lima untuk hari ini. Dan ekspresinya sama sekali tidak berubah," Nick menjelaskan dan menghela napas. Dokter yang menyuntik anak itu tadi tampak menghampiri Nick, membicarakan beberapa hal sebelum berjalan menjauh dari sana.
"Kebetulan sekali. Pemeriksaan akhir menunjukkan sinar radioaktif yang mengenai tubuh anak itu tidak berbahaya untuk orang-orang. Jadi, aku bisa langsung mengatakan misi kalian," Nick menatap seluruh anggota Avengers di depannya.
"Aku ingin kalian menjaga anak itu untuk sementara waktu."
...
"Huh?"
.
.
Sementara di dalam markas Avengers yang kosong, tidak ada suara sama sekali diseluruh bagian ruangan itu. Sunyi, bahkan Jarvis sama sekali tidak mendeteksi kehadiran seseorangpun.
Namun, pemuda itu tampak membuka mata. Ia yang seharusnya sudah tidak ada tampak berbaring di kasurnya dan membuka matanya.
"Dad? Pops?"
To be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top