24

Jane kebingungan, dia merasa hilang arah. Gadis itu tidak benar-benar hapal lokasi sungai dan jarak antara sumber air tersebut dengan pondok milik Joseph. Dia tidak memperhatikan karena selama perjalanan waktu itu hanya bergantung pada langkah James. Gadis itu merasa kelelahan, sebab barang-barang bawaannya yang sekarang membuat tubuh jadi lebih berat.

Langit perlahan berubah warna menjadi jingga, menunjukkan fajar akan segera tiba. Jane sedikit terkejut ketika mendengar suara teriakan yang sangat tidak asing, teriakan James. Mendengar itu, Jane langsung berlari mengikuti sumber suara. Dari volume dan kejelasan suara, dia menduga bahwa jaraknya dan James tidak jauh lagi.

Kalau sebentar lagi, berarti James belum sampai sungai.

Jane mengernyit, mempercepat langkahnya melewati batang-batang pohon yang patah. Makin dekat dengan posisi James, makin mudah menemukan jalan menuju ke sana karena bekas langkah dan kerusakan yang disebabkan Eyeless begitu kentara. Beban si punggung dan badannya seolah tak terasa, Jane terus berlari. Jantungnya berpacu cepat, keringat membasahi tubuh, kedua kakinya sakit dan pegal bukan main. Namun, lebih daripada itu, Jane ketakutan membayangkan kondisi James yang sekarang.

Begitu gadis itu tiba di lokasi sang kakak, Jane langsung mengacungkan senapannya ke arah Eyeless yang hendak menghancurkan kepala pria tersebut. Jane menembak sekali, dua kali. Peluru di senapan pertama habis, dia membuang senjata api tersebut jauh-jauh dan mengacungkan senapan kedua. Kali ini tidak langsung menembak, menunggu monster tersebut berbalik untuk melihat apakah hasil dari tindakannya tadi berguna atau tidak.

Eyeless yang ditembaki Jane berbalik cepat, dia sedikit oleng ketika berusaha berjalan mendekati musuh barunya sambil mengerang lirih. Merasa marah.

Jane cepat-cepat memejamkan mata, tidak berani menatap monster di depannya. Khawatir dia bisa kehilangan pikiran kalau tidak sengaja melihat mata Eyeless itu. Jane menunduk dan membuka mata, memperhatikan kedua kaki besar nan panjang makhluk itu sebagai gantinya.

"Mata kanannya sudah buta, Jane! Kau hanya perlu melukai yang sebelah kiri."

Mendengar seruan James, monster yang sedari tadi tengah fokus pada rasa sakit di tubuhnya itu mengerang kencang dan berbalik. Hendak melukai manusia yang baru saya bicara tersebut. Melihat kaki Eyeless di depannya berputar, Jane secara refleks langsung menarik pelatuk. Khawatir makhluk besar ini akan makin menganiaya kakaknya.

Gadis itu berlari maju, masih menunduk dan kembali menembak saat jaraknya sudah dekat. Monster itu berbalik, membanting tubuh Jane dan membelah senapannya sekaligus. Tubuh gadis itu menabrak batang pohon dengan keras, Jane mengeluarkan pisau dari saku celana dan mengayunkan tangan saat merasakan badannya ditarik ke belakang.

Eyeless itu menggigit tangan Jane, membuat gadis itu sontak menjerit dan menendang wajah makhluk di depannya. Sebenarnya Jane hanya menendang udara asal-asalan karena dia masih tidak bisa melihat. Makhluk itu menjatuhkan Jane karena tendangan gadis itu tepat mengenai matanya yang sudah buta.

Jane tiarap, tangan kirinya perih dan berdarah. Gadis itu melepaskan tas punggung berat yang menghalangi gerakannya lantas mulai merayap maju. Monster di belakang gadis itu mengangkat tangan, lantas menusuk tanah.

Jane berguling ke kanan, berusaha berada tetap di titik buta makhluk itu. Dia berdiri, berlari mengelilingi monster itu ke arah kanan tubuhnya dan berdiam di belakang badannya yang besar sambil berusaha memikirkan ide untuk mengalahkan makhluk sialan ini.

Eyeless itu berputar ke kiri, menggunakan sebelah matanya yang tersisa untuk melacak keberadaan orang yang mencelakainya. Badan monster itu sudah berlubang-lubang dan memiliki garis-garis lurus panjang yang mengeluarkan cairan hijau-kehitaman.

Jane terus bersembunyi, memasang jarak sedekat mungkin dengan bagian belakang monster itu dan memastikan dirinya selalu berjalan ke sebelah kanan untuk menghindari matanya yang masih bagus. Dia melirik ke belakang, melihat James yang terkulai lemah di atas tanah. Gadis itu teringat obat-obatan dalam tas dan merutuk karena sudah melepaskan benda itu dari tubuhnya.

Setelah aksi sembunyi-sembunyi selama hampir genap dua menit, Jane akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk membungkuk rendah dan berjalan maju guna melukai mata Eyeless itu. Sayangnya, monster tersebut sadar dan mengempaskan tubuh Jane menggunakan tangannya. Membuat Jane terpelanting mundur dengan bekas sabetan memanjang di bagian perut.

Tubuh Jane terjatuh tak jauh dari sang kakak, dia meringis pelan. Samar-samar, gadis itu bisa mendengar suara parau James yang memanggilnya.

"Ja-Jane, pergilah dari sini. Aku akan menghalau monster itu untukmu."

"Kau bodoh apa? Bagaimana caranya kau menyelamatkanku kalau tidak bisa mengurus dirimu sendiri," cibir Jane, dia berusaha menahan rasa sakit dan meringkuk. Kemudian duduk di tanah, tangannya tak lagi menggenggam pisau. Entah terlempar ke mana selagi dia terbanting tadi.

Gadis itu berlari menjauhi James saat Eyeless mendekat, bersyukur monster tersebut tidak menghabisi kakaknya. Jane meriah sebuah batu runcing, ukurannya tidak terlalu besar dan ramping sehingga mudah digenggam. Permukaannya kasar, bergerigi, dan berwarna abu-abu. Melihat benda itu bisa dijadikan senjata, Jane menggenggamnya erat-erat dan menunggu sampai Eyeless itu cukup dekat dengannya.

Bermodalkan pendengaran, Jane menutup mata. Langkah kaki besar dan berat monster di belakangnya kian dekat, ketika yakin bahwa mereka hanya berjarak beberapa langkah. Jane memutar badan ke sebelah kiri dan menancapkan ujung runcing batu tersebut ke wajah Eyeless. Berharap dia mengenai matanya.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top