23

Belum sampai ke sungai, James sudah menopang tubuhnya pada sebatang pohon besar, dia terengah-engah. Keringat membanjiri tubuh dan kakinya terasa sakit setengah mati, begitu juga seluruh badannya yang telah dipenuhi luka sejak tadi. Pria itu berbohong dengan berkata bahwa dirinya sudah berobat. Dia melihat obat-obatan simpanan Joseph dan menyadari bahwa jumlah sesedikit itu tidak akan bisa menyembuhkan dia dan adiknya sekaligus.

Mendengar suara tapak kaki yang mengarah ke tempatnya, James menyembunyikan diri ke balik pohon sembari mengatur napas. Dia sadar, tidak mungkin bisa bertahan setelah hampir seluruh staminanya dikuras dalam pertarungan melawan Joseph tadi. Selain itu, dia dan Jane sama-sama tidak beristirahat hampir semalaman penuh.

James mengerang lirih, menggeser kaki kirinya yang sudah berdarah-darah. Pria itu juga menekan bahu kanan yang tadi sempat tertembak. Dia sedikit mengintip, makhluk yang mengejarnya berdiri di tempat tadi dia sempat mengatur napas dan membaui batang pohon tempat James beristirahat sebentar tadi.

Pria berkulit pucat itu meraba celana dan mengeluarkan sebilah pisau. James telah bertekad untuk tidak lari lagi. Jika dia harus mati sekarang, maka tidak masalah selama Jane bisa bertahan hidup dengan makanan, senjata, dan obat-obatan yang gadis itu ambil di tempat Joseph. Lagi pula dengan kondisi James yang sekarang, dia bahkan tak yakin bisa berdiri tegak. Cepat atau lambat dia memang akan mati, akan lebih baik kalau dia mati tanpa harus merepotkan adiknya.

James menekan pisaunya di dada, mata terpejam dan dia menarik napas dalam-dalam. Udara di dalam hutan jadi lebih dingin sekarang, pertanda bahwa pagi akan segera datang. James tak mungkin membiarkan seekor Eyeless berkeliaran dalam kondisi terang-benderan, bisa-bisa monster tersebut menghabisi Jane atau merusak otaknya hanya dengan menatap matanya.

Kalau aku mati di sini, setidaknya aku juga harus membunuh monster itu. Demi Jane. James bersumpah dalam hati, tepat saat itu pria tersebut bisa merasakan napas panas menerpa sisi kiri wajahnya dan dengan cekatan James menusuk wajah rata Eyeless menggunakan pisau di tangan kiri.

Eyeless tersebut sontak mengangkat kepala sambil meraung kencang. James tidak melepas tusukannya dan berusaha memperdalam pisau itu sampai ke pangkal-pangkal.

“AKH!" Tusukannya ditekan kuat-kuat, James mencengkram pisau itu erat-erat tanpa niat melepaskan.

Monster tersebut berlutut dengan satu kaki saat James memperdalam tusukannya. Dia kemudian berdiri tegak sambil menjerit, sampai-sampai James yang duduk bersandar pada batang ikut terangkat ke udara sebab perbedaan tinggi badan. Makhluk itu meronta-ronta, tangannya yang berbentuk sabit mengayun-ayun di depan wajah untuk mengenyahkan James yang bergelantungan menyakiti wajah.

James menendang-nendang kedua tangan sabit monster tersebut, masih bertahan memegangi pisau selagi tubuhnya tak memijak tanah. Ketika Eyeless itu membuka mulut, bermaksud melukai perut James, pria tersebut langsung menendang wajahnya.

Pisau James berhasil terlepas setelah monster tersebut menggeleng kuat-kuat, menyebabkan luka sobek panjang di wajahnya yang rata dan agak maju. Dia meraung kesakitan, lantas langsung memburu James yang terjatuh di tanah dan menusuk pahanya. Cakar sabit Eyeless tersebut berhasil menembus paha kiri James, membuatnya berteriak. Selagi monster itu mendekatkan kepala untuk menyerang kepala James, pria itu menusukkan pisau merahnya ke bola mata kiri monster tersebut. Membuatnya kembali mengerang.

Cairan merah kental mengotori wajah James saat dia mencabut pisau. Pria itu merebahkan diri ke belakang begitu cakar sabit Eyeless hendak memenggal kepala. Kini Eyeless itu buta sebelah matanya, sementara James sudah tak lagi bisa berjalan.

Monster itu berdiri, melepaskan tusukannya pada paha James dan meraung. Tatapannya terarah pada tubuh tak berdaya di atas tanah, nyaris tak bergerak. James memejamkan mata, siap untuk serangan berikutnya meskipun itu berarti dia harus meregang nyawa pula.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top