18

James duduk bersimpuh dengan tangan di belakang, Joseph tidak membiarkannya bergerak dari tempat semula. Pria berambut pirang itu hanya bisa memandangi Joseph yang tengah bersandar di sofa sambil mengupas kulit kacang.

James tengah memikirkan cara untuk mengambil barang-barang milik Joseph dan segera menyusul Jane. Dari segi ukuran tubuh, James diuntungkan karena dia lebih tinggi dan berotot. Namun, fisiknya sedang benar-benar tidak bisa diandalkan sekarang dengan luka-luka di sekujur tubuh. Ada luka besar dari paha sampai mata kaki kanan, lalu pergelangan tangan kirinya patah dengan rasa sakit yang menjadi-jadi. Belum luka di punggung gara-gara pertarungan melawan Eyeless di sungai, juga sejumlah luka lain dari pertarungan yang sama.

Selama setengah jam duduk dengan posisi tak nyaman, James mulai merasakan kedua kakinya sakit dan kram. Di sisi lain, Joseph tampak mengantuk dan mulai menyandarkan lehernya ke kursi. Tatapannya terlihat mengantuk, tangan tetap siaga memegangi senapan pangkuan.

Kondisi pondok yang hangat ditambah semilir angin dari celah-celah jendela memang mengundang rasa kantuk. James akui bahwa dia juga merasa ingin memejamkan mata dan mengistira. Namun, James menyadari bahwa dia masih harus terjaga. Tatapan pria itu sesekali mengawasi keberadaan Joseph. Tak lama, suara dengkuran mengisi kekosongan dalam pondok tersebut. James masih memandangi tubuh Joseph yang kini tidak bergerak, suara dengkurannya makin keras.

James merasa punya kesempatan, meskipun sangat riskan bahwa itu hanyalah pancingan. Namun, setidaknya James sudah memastikan bahwa jari Joseph tak berada pada pelatuk senapan. Dia mulai menggerakkan kaki sedikit, berusaha menghilangkan rasa kesemutan yang menyerang. Tatapan James tidak lepas dari Joseph, dia mulai berlutut dengan satu kaki di depan. Seperti ancang-ancang melakukan lari.

Ketika menit berganti, James menerjang maju dan menabrakkan tubuh ke sofa Joseph. Pria pemilik pondok yang sejak awal memang hanya berpura-pura tertidur, langsung hendak memasang posisi siaga. Namun, dia tidak menyangka kalau James akan menyerang kursinya sehingga membuat Joseph hilang keseimbangan.

James meninju wajah Joseph, pria itu memukul kening kirinya dengan badan senapan. Sebelum Joseph sempat mengambil posisi untuk menembak, James menendang kakinya sampai dia terjatuh. Keduanya bergelut di lantai kayu, sesekali menabrakkan lawan ke dinding. James menggunakan patung di atas perapian untuk memukuli kepala Joseph, sementara pria itu masih berusaha mengarahkan moncong senapan ke arah James.

Joseph berhasil menarik pelatuk, meletuskan timah panas yang mengenai bahu kanan James. Pria itu tersungkur ke belakang, jatuh di atas punggungnya sementara Joseph meninju wajah James sekali dan kini tengah mengacungkan moncong senjata ke depan wajah pria itu.

James mengerang di tempat, sedikit menggeliat berusaha mengenyahkan rasa perih dan panas yang mengenai bahu kanannya. Dia menggeram tertahan sambil menatap Joseph tajam. Pria itu yakin Joseph tak ada kemauan membantu dia dan Jane sejak awal, pria itu pasti sengaja memanfaatkan Jane untuk menemukan temannya---yang mungkin saja aslinya tidak ada---dan membunuh mereka berdua setelah itu. Tawaran pergi di awal seolah-olah dirinya sedang bermurah hati juga pasti palsu. James merutuk dalam hati. Dia yakin sekali dugaannya tepat sasaran.

Kini di depan James ada ujung laras panjang yang mengarah ke mukanya, juga tatapan dan ekspresi kejam Joseph dengan darah mengotori kumis dan janggut. Pria itu kelihatan kesal, tetapi juga puas karena bisa mengembalikan keadaan.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top