16

James menegur Jane. Dia menyenggol lengan adiknya itu pelan. “Tidak ada gunanya kau menceritakan hal itu padanya.” Pria itu berbisik sepelan mungkin.

Fakta bahwa Joseph membiarkannya pergi dari sana tanpa kurang satu apa pun, sebenarnya James akui sudah patut disyukuri. Dia malah tidak menyangka bahwa adiknya malah akan membeberkan kondisi mereka pada pria tersebut. Membuat si pemilik pondok makin menyadari bahwa mereka seratus persen lemah tak berdaya, tidak punya apa-apa untuk dicuri, dan tidak punya siapa pun untuk dimintai tolong.

Meskipun sudah membayangkan kemungkinan yang akan terjadi setelah Jane membocorkan cerita mereka. James tetap tidak menyangka bahwa Joseph justru terlihat memikirkan kisah tersebut.

Pada akhirnya Joseph malah mengangguk. Dia menatap dua bersaudara yang masih bersimpuh di lantai tanpa niat untuk menyuruh mereka berdiri atau apa pun. “Kalian memang kelihatan menyedihkan, sampai harus menyusup ke rumah orang lain. Biasanya tidak ada orang yang cukup bodoh untuk masuk ke kediaman orang, apalagi kalian tidak punya siapa pun selain satu sama lain.” Pria berjanggut putih itu mengangkat bahu.

James membenarkan ucapan Joseph dalam hati. Dia pun punya kecurigaan bahwa tempat ini jebakan untuk memerangkap seseorang dan merampoknya tadi karena itulah James sibuk memeriksa kondisi bangunan, selagi meminta Jane menunggu di luar. Siapa sangka, bahwa ternyata sang pemilik pondok teramat lihai menyembunyikan fakta dan James sendiri melupakan satu faktor penting dari proses pemeriksaannya tadi.

Joseph membuang napas panjang. “Aku akan memberikan kalian obat-obatan dan makanan." Mata kelabu menatap kedua bersaudara di depannya lekat-lekat. “Aku tahu, itu benda yang paling kalian inginkan.”

Tangan James memegangi saudarinya erat-erat. Mustahil Joseph bersedia melakukan ini tanpa balasan apa pun. Sebelum pria itu sempat menghardik Joseph dan berkata kalau pria itu sebaiknya tidak berharap mereka mau membantu, pria tersebut sudah menuturkan syaratnya.

“Kawanku baru saja meninggal hari ini. Eyeless.” Mata Joseph berkilat, dia mengisap rokoknya dan mengembuskan asap. “Aku tidak sempat menolongnya.” Dia terdengar menyesal.”

James memperhatikan gelagat Joseph. Sesuatu terasa mengganggu perasaannya, tetapi dia tidak bisa menebak hal apa itu. Kenapa pula dia jadi ikut-ikutan menceritakan masalahnya? batin James heran. Mendadak merasa bahwa sekarang jadi sesi curhat, tetapi Jane malah kelihatan tertarik.

Joseph melanjutkan, “Aku menyelamatkan diri dan lari kembali kemari. Jadi kutinggal jasad temanku di dalam sana.” Dagu Joseph menunjuk ke arah luar pondok. “Kalau kalian bisa membawanya kembali. Akan kuberikan apa yang sudah kusebutkan tadi.”

“Biar aku yang pergi.” James berdiri. Dia punya rencana untuk melarikan diri dari Joseph bersama Jane, tetapi jika apa yang dikatakannya benar dan pria itu menepati perkataan. Maka keuntungan akan berpihak pada mereka. Pria itu masih menyusun bagaimana rencana untuk membawa Jane kabur, tetapi juga mendapatkan apa yang mereka inginkan ketika Joseph menggeleng kuat-kuat.

“Tidak, tidak. Dengan kondisi terluka seperti itu, mustahil kau bisa berguna.” Dia menggeleng, kemudian menunjuk Jane. “Aku mau gadis itu saja yang pergi.’

[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top