10

Jane pikir dia sudah berhasil mengenyahkan makhluk besar meresahkan tadi. Dia sampai kehabisan tenaga untuk menyingkirkan Eyeless tersebut, bahkan dengan senjata tajam di tangan monster tersebut masih kukuh berusaha menenggelamkan.

Saat Jane sudah kehabisan tenaga, dia beruntung bisa tersangkut pada batu dan melihat James membantunya. Sayang, gadis pirang ini sudah tak sanggup mengatakan apa pun dan membiarkan saja James mencari cara untuk mengeluarkannya dari dalam air. Ketika Jane pikir, kakaknya akan berhasil. Tubuhnya ditarik ke dalam air untuk kesekian kali.

Bebatuan di dasar sungai bisa Jane rasakan di balik kepalanya, dia masih berusaha menahan napas sementara Eyeless itu menekan perut dan dadanya seperti pijakan agar dia tetap berada di atas. Senapan yang tadi membelit Jane sudah tak ada, dia bergerak lebih leluasa untuk menjatuhkan makhluk sialan tersebut dari atas tubuhnya.

Masih menggenggam pisau di tangan kanan, Jane sekali lagi menyabet kaki-kaki besar Eyeless yang mendorong punggungnya menekan dasar sungai. Kondisi di dalam air membuat gadis tersebut tidak dapat membuka mata, apalagi dinginnya suhu udara malam hari membuat sisa-sisa napas terasa berat untuk dipertahankan. Sekali lagi Jane menarik pisaunya, menancapkan benda tersebut sekuat tenaga ke kaki besar Eyeless.

James memberinya tiga pisau, satunya sudah hanyut dibawa air dari sejak pertama kali tenggelam karena hanya diletakkan dalam saku. Sementara yang satu lagi dikepit di bagian atas celananya yang agak ketat. Gadis itu melepaskan pisau yang baru dia tusukkan dan menarik keluar pisau dari balik baju.

Jane menempelkan ujung tajam bilah pisau tersebut. Dalam keadaan hampir hilang kesadaran sepenuhnya dia menekan pisau itu sampai pangkal bersama satu pisau lainnya dan mencabut kedua benda tersebut bergantian saat merasakan guncangan dari makhluk besar di atas.

Kaki yang menahan dada dan perutnya menyingkir, badan Jane serta-merta kembali terbawa arus sungai selagi dia mengapung ke atas. Gadis itu menarik oksigen sebanyak-banyaknya begitu tiba di permukaan, mengisi paru-paru yang nyaris kosong. Gelombang air menabrak wajah, air mengisi hidung, mata, dan kedua telinga. Jane benar-benar merasa lemas.

Suara letusan senjata api terdengar, diiringi raungan tajam dari seekor monster. Samar-samar dibantu cahaya bulan, Jane melihat James berlari di pinggir sungai. Gadis itu tidak dapat mendengar apa yang dikatakan James, apalagi dia benar-benar merasa kehilangan semua tenaga dan bisa tenggelam kapan saja.

---

James yang melihat kondisi mengenaskan adiknya, hampir kehilangan harapan untuk menarik tubuh kurus tersebut ke tepi sungai. Dia hampir kehilangan akal dan ikut menceburkan diri. Sambil berusaha menahan sisa kewarasan, James berlari lebih cepat melewati Jane. Mengabaikan luka kakinya yang kembali terbuka.

Pria bertubuh setengah basah itu melompati bebatuan sungai, berusaha sedekat mungkin dengan bagian tengah sungai. Bermaksud mengadang tubuh adiknya dengan senapan dan mengarahkannya agar tertahan batu sungai. Tentu saja, rencana tersebut tidak akan bisa berjalan lancar kalau Jane tak mampu bergerak sama sekali.

“Jane! Jane, sadarlah!” James terus berteriak, memanggil adiknya yang hanyut ke arah air terjun tak jauh dari tempat pria ini tengah berjongkok. “Jane! Kumohon ....”

Pria itu berdecak, dengan satu tangan dia mengulurkan senapan anginnya yang tak lagi terisi ke badan Jane. Gadis itu hanya bergerak sedikit, menyadari bahwa dia sudah sangat dekat dengan air terjun. Tangan licinnya yang tak memegangi pisau, berhasil meraih ujung senapan laras panjang.

“Jane, aku tidak bisa menarikmu dengan tanganku yang patah.” Suara James yang memelas terdengar hampir putus asa, tetapi dia tidak ingin menyerah atas adiknya. “Kumohon, Jane. Berenanglah ke tepi. Ada air terjun di belakangmu, sekitar satu meter dari tempat kita sekarang. Kalau kau tidak segera menepi, aku tidak bisa membantumu lagi.”

Jane membuka matanya sedikit. Dia merasa badannya lebih berat daripada batu, ditambah dingin udara bercampur air seolah sudah membekukan gerakannya bahkan yang terkecil. Suara James pun hanya terdengar sedikit saja. Gadis itu tak mampu membalas dengan terjangan air yang memasuki mulut setiap kali hendak bicara.

Perlahan, Jane memasukkan pisau di tangan kanannya ke balik celana. Menjepit dua senjata tajam itu menghadap bawah dengan karet celananya--yang di bagian pinggang--tangannya yang satu lagi kini bergerak untuk meraih batu tempat James berpijak.

Namun, sialnya tangannya yang licin terlepas dari ujung senapan dan badan kurusnya kembali terbawa arus sungai. Jane menggelepar dalam air, sementara James berteriak memanggil namanya.

Sekujur tubuh dua bersaudara itu perih akibat luka dan dihantam kelelahan. Bahkan James tak lagi bisa bergerak untuk membantu adiknya saat melihat badan Jane terlepas, tepat sebelum dia berhasil mengamankan gadis itu ke barisan batu sungai.

Jane muncul-timbul dari dalam air. Dia mulai menggerakkan kedua tangannya untuk mencapai tepi sungai, berusaha sekuat tenaga melawan arus yang melilit badannya seperti tali. Bayangan air terjun yang dikatakan James membuat Jane ketakutan setengah mati dan dia belum mau mati.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top